Episode 26

1.3K 129 17
                                        

Happy Reading!

****
Firasatku mengatakan kalau Edgar ini memang benar-benar cenayang.

Waduh! Bagaimana ini? Aku kan sering memaki kadang-kadang menjelek-jelekkan kadang juga memuji pria itu.

Aku takutnya dia tahu kalau aku sering berpikir yang tidak-tidak. Bisa gawat nanti kalau dia sampai dendam kesumat.

Aku menatapnya dengan tatapan agak takut dan waspada. Aku juga memandangnya yang kini sedang asyik memakan ikan bakar dengan penasaran.

Siang sudah berganti malam. Matahari sudah berganti shift dengan sang rembulan untuk bersinar di langit.

Gemericik air masih memenuhi telingaku. Kami --Edgar dan aku masih berada di hutan sambil membakar ikan hasil tangkapan kami.

Aku duduk di atas tanah yang berumput, Edgar pun duduk di atas tanah yang sama dengan posisi saling berseberangan dimana api unggun menjadi pembatas diantara kami.

"Kenapa?"

"Kau tidak mau makan ikan bakarnya?"

Pria itu diam sejenak, menggigit ikan bakar yang rasanya masih manis karena baru ditangkap. Lalu ia menyodorkan satu ekor ikan bakar untuk kumakan dan dengan senang hati aku ambil.

"Bisa tidak sehari saja kau tidak bodoh dan memikirkan hal aneh? Lanjutnya tiba-tiba.

Fiks sih dia ini cenayang! Dia bahkan bisa tahu kalau aku sering berpikiran aneh.

"Kau pasti berpikiran kalau aku ini cenayang kan?"

Tepat sasaran.

Aku melotot kaget. Bisa-bisanya dia mengatakan hal yang seratus persen tepat begitu. Aku jadi merinding dibuatnya.

"B-bagaimana anda bisa tahu?" Aku bahkan sampai tergagap.

Masuk ke dunia novel saja sudah menjadi hal yang mustahil.

Jadi, punya kekuatan cenayang bukanlah hal yang mustahil jika dibandingkan dengan diriku yang tiba-tiba saja merasuki salah satu tokoh di dunia novel.

"Jika kuceritakan, kau pasti akan takut padaku. Kau akan menatapku seperti monster yang siap menerkam siapa saja."

"Ah, aku ini memang monster yang menyedihkan kan di matamu?" ucapnya retoris.

Aku hanya diam. Cerita macam apa yang ingin dia ceritakan padaku?

"P-pangeran tidak perlu khawatir. Saya ini mental baja, saya bahkan tidak takut sama dedemit macam setan dan iblis." Aku tertawa sumbang. Rasa penasaranku membumbung tinggi seperti harapan orang tua.

"Saya tidak pernah menganggap anda monster sama sekali."

"Anda itu tampan,"

"Gagah,"

"Pokoknya anda itu hebat." Aku menunjukkan kedua jempolku untuk meyakinkannya.

Aku juga menambahkan kalau aku ini wanita yang tahan banting dan berani.

Setan dan iblis?

Aku tentu takut pada mereka. Tapi, manusia jelmaan setan lah yang jauh lebih menakutkan daripada setan atau iblis itu sendiri. Bahkan mungkin saja setan juga merasa insecure melihat kelakuan jenis manusia seperti itu.

Edgar terkekeh kecil.

"Kau yakin?"

"Kau yakin tidak takut pada iblis atau setan?" Edgar mengulangi ucapannya. Seketika suasana hutan yang damai berubah menjadi berisik.

'Kwak'

'Kwak'

'Kwak'

Seolah-olah sedang menghindari sesuatu, burung-burung yang bertengger di pohon-pohon berterbangan dan membuat suara berisik.

ImpossibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang