Author's PoV
"Apa kau sudah memikirkannya, Edgar?" Suara berat seorang pria paruh baya terdengar tegas. Rambut hitam yang ditata rapi dan pakaian kebanggaannya membalut tubuhnya dengan sempurna.
Walau ia tak lagi muda seperti dulu, tapi hanya satu kata yang bisa menggambarkannya. Pria itu terlihat sempurna.
Edgar berpikir sejenak. Pria yang dihadapannya ini adalah Raja Albert, atau bisa dibilang adalah ayahnya. Ayah yang telah mengeksekusi ibu kandungnya dan menempatkannya di Istana Rubi yang terletak paling jauh di belakang istana utama.
"Aku tidak akan memaksamu melakukan hal itu. Aku tahu kalau aku bukanlah ayah yang baik bagimu. Aku memang kelihatan keras dan mungkin sangat buruk bagimu. Tapi semua yang kau lihat itu bukan segalanya."
Edgar berdecih sinis. Pria itu menatap sang ayah dengan tatapan datar, tak ada sedikit pun emosi di dalamnya.
"Apa anda yakin ingin menyerahkan takhtamu pada Pangeran Iblis seperti saya?"
Edgar ingat jelas saat dirinya ditempatkan a.k.a. dibuang ke Istana Rubi. Saat itu adalah hari ketujuh hari sepeninggalan sang ibu, dan Edgar mengurung dirinya di kamar selama itu.
Namun hari itu, anak sekecil itu tanpa sengaja mendengar seseorang menjelek-jelekkan nama ibunya yang saat itu telah tiada. Mengatainya pengkhianat karena telah bersekutu dengan iblis hingga mengatakan rumor-rumor aneh yang sama sekali tak bisa dibuktikan kebenarannya.
Sial sekali memang. Tak tahu mendapatkan kekuatan dari mana, Edgar yang saat itu masih belia mengamuk dan mengacaukan segalanya. Ia mengamuk seperti orang kesetanan dan berteriak hingga memaki-maki sekaligus menghancurkan barang apapun yang bisa ia hancurkan. Tidak --bahkan lebih dari itu, Edgar bahkan hampir membunuh orang yang menghina sang ibunda yang belum lama meninggal dunia.
Ah, sejak hari itu pula rumor buruk berkembang secara luas. Semua orang mulai menghinanya dan menatapnya takut seperti ia adalah monster mengerikan yang harus dibasmi.
Namun apa yang ia dengar sekarang?
Mengapa Raja Albert malah ingin memberikan takhtanya pada Pangeran dengan segudang berita buruk seperti dirinya? Edgar yakin tak akan ada satupun fraksi bangsawan yang akan mendukung kenaikan takhta dari Pangeran seperti dirinya.
"Apa anda tak takut kalau kerajaan ini akan hancur karena dipimpin oleh orang sepertiku?" Edgar tersenyum sarkas.
"Berikan saja takhtamu pada Revan. Kerajaan ini pasti akan lebih makmur jika dipimpin oleh orang sepertinya."
Hanya itu kalimat terakhir yang Edgar ucapkan, pria itu tak ingin lagi mendengarkan satu patah katapun dari sosok yang telah merenggut nyawa sang ibunda. Ia membencinya, dan Edgar akan pastikan bahwa pria itu akan merasakan rasa sakit seperti apa yang ia dan mendiang ibunya rasakan.
******
Yara's PoV
Sebenarnya apa sih yang dipikirkan oleh Pangeran Edgar?
Dia itu benar-benar tipe pria yang sulit ditebak. Tiba-tiba kelihatan kayak anjing gila, lalu tiba-tiba kelihatan seperti cowok butuh perhatian.
Setelah pesta semalam, hari ini aku kembali bekerja di istana Rubi. Bangun pagi-pagi buta dan mengerjakan pekerjaanku seperti biasa. Namun bedanya, pagi hari ini, kepala pelayan memanggilku ke ruangannya.
Ada apa?
Apakah ada masalah?
Kepala pelayan istana Rubi terkenal dengan ketegasannya, aku tidak akan dipanggil ke ruangannya jika aku tidak membuat kesalahan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Impossible
FantasiKata orang, kita bisa menyelesaikan masalah hidup dengan menikah. Punya penyimpangan seksual? Menikah solusinya. Pusing dengan kuliah dan skripsi? Menikah solusinya. Tak dapat-dapat pekerjaan? Maka menikah pula lah yang menjadi solusi. Kesulitan fin...