Episode 29

353 47 2
                                    

Aku menemukan sesuatu yang sama sekali tak masuk akal. Seseorang kini berdiri di depan pintu kamarku. Orang sepenting dia datang ke dalam kamarku yang dapat kukatakan tak sebanding dengannya.

"Salam Yang Mulia."

Ratu. Bayangkan seorang ratu datang ke kediamana seorang pelayan tak seberapa sepertiku. Tak masuk akal? Tentu saja. Aku tersenyum semanis mungkin dan menyambutnya dengan baik.

Dia cantik.

Maksudku dia cantik sekali. Fitur wajahnya mirip dengan protagonis yang ada di novel kerajaan, polos dan terlihat begitu bersahaja.

Aku hampir tak bisa berkata-kata. Kecantikannya benar-benar seperti tak lekang oleh waktu. Rambut peraknya menjuntai indah agak bergelombang, dan mata ungu itu memandang dengan tatapan tak terbantahkan.

Satu kata. Sempurna.

"Kau pasti kaget melihatku datang begini." Suaranya mengalun merdu bak simfoni. Lembut namun penuh ketegasan.

"Sejujurnya saya memang agak terkejut melihat kedatangan anda." Dibandingkan dengan suaranya yang lembut, suara milikku kini persis seperti kucing terjepit pintu. Haha.

"Pasti ada sesuatu penting yang ingin anda sampaikan." Aku langsung to the point. Waktu yang dihabiskan seorang ratu sangatlah berharga, tak mungkin ia akan menghabiskan waktu berharganya itu dengan pelayan sepertiku.

"Apakah kamu tidak mau mempersilahkan saya masuk? Sepertinya kedatangan saya tidak diinginkan dan diduga ya?"

Aku rasanya ingin menjedotkan kepalaku ke dinding. Bagaimana bisa aku lupa mempersilahkan seorang ratu untuk masuk ke dalam kamarku dan membiarkannya kedinginan terkena angin malam?

Aku gelagapan. Terlihat begitu gugup karena menyadari kesalahan fatal. Apakah aku masih bisa hidup? Itulah yang kupikirkan.

"S-silahkan masuk Yang Mulia."

Aku menatapnya ragu sang Ratu. Ratu Emilia namanya. Beberapa bulan setelah Ibunya Edgar dieksekusi, sang raja menikah kembali dengan Ratu Emilia, katanya untuk mengisi bangku ratu yang kosong dan rumor juga mengatakan kalau Ratu Emilia adalah cinta pertama Raja, jadi Raja memang sengaja mencari-cari kesalahan ibunya Edgar. Gila memang. Namun begitulah rumor yang beredar.

Kami saling tatap untuk sekian lama, sebelum sang ratu mengatakan, "Kau adalah pelayan kesayangan Edgar kan?" Matanya menatapku dengan tajam, berbeda dengan kelembutan yang tadi ditunjukkan.

Aku refleks mengangguk, "iya, Yang Mulia." Berbicara sesopan mungkin agar kepala tak melayang ke akhirat.

"Oh."
"Jadi rumor yang mengatakan kalau Edgar sudah jinak benar adanya, ya?"

"Kasihan sekali. Dia telah menunjukkan kelemahannya."

Aku merasa bingung. Ratu Emilia seperti berbeda dengan sosok yang pertama kali aku jumpai. Dia masih cantik, namun bedanya.. dia terlihat jahat.

Jinak?

Bukankah kata 'jinak' merujuk pada sifat hewan? Bagaimana bisa Ratu yang merupakan ibu sambung dari Edgar mengatakan hal itu?

"Dia pasti akan melakukan apapun untukmu, iya kan?"

"Aku pikir, dia mungkin sudah jatuh cinta padamu."

Jatuh cinta?

Mana mungkin!

Itu seperti mitos. Mustahil rasanya.

Ratu Emilia mengeluarkan sesuatu dari dalam saku gaunnya. Ia mengeluarkan sebuah gelas kaca bening yang tertutup dan berisi cairan merah pekat seperti darah. Lalu ia mengeluarkan satu kantong uang yang kutaksir isinya pasti sangat banyak.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ImpossibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang