Bab 02.

39.1K 522 5
                                    

Hari ini Valerie memilih untuk menetap di rumah. Ia tidak akan pergi kemana-mana, melainkan menunggu seseorang yang mungkin saja akan datang.

Valerie berharap, pria itu datang siang ini. Semuanya sudah ia persiapkan dengan rapih. Bagaimana cara ia mengajaknya berbicara pun sudah ia tata dengan sebaik mungkin.

Agar pria itu mengerti maksud Valerie, dan tidak tersinggung atas ajakan pekerjaan yang gila ini.

Aneh, tapi Valerie menginginkannya.

Apapun hasilnya nanti, Valerie hanya akan menerima.

Setidaknya ia sudah berusaha.

DRRTTT!!!

Ponsel Valerie bergetar di sebelahnya. Ia lekas mengambil benda pipih itu dan membaca nama yang tertera di layar.

Menghela napas panjang, Valerie bersiap-siap untuk menerima omelan dari sang ibu.

"Halo, selamat pagi ... Mommy-ku yang cantik!" Valerie berusaha memuji ibunya agara ia aman dari semburan maut.

"Gadis nakal! Sudah dua hari kamu tidak memberi kabar Mommy, ya!"

Reflek Valerie menjauhkan telinganya dari ponsel. Suara pekikan sang ibu sungguh melengking.

"Umh! Maaf, Mom. Kemarin itu aku sibuk, kafe sedang ramai ...." Alasan klise Valerie. Padahal jelas jika kafenya selalu ramai.

"Alasan! Memang kamu sudah tidak sayang sama Mommy lagi."

"Eh ... tidak begitu ...."

Ibunya sangat mudah mengambil hati dalam hal apapun.

"Minggu depan Valerie pulang, kita jalan-jalan ya, Mom ...." Rayu Valerie agar sang ibu tidak merajuk.

"Huh! Kamu ini, kenapa harus Mommy marah dulu baru mau pulang? Tidak ada inisiatif sendiri begitu ...."

Valerie menyeringai lebar. Memang benar begitu adanya. "Mommy kan pernah muda ... pasti, taulah?!"

Terdengar helaan napas dari sang ibu. "Yasudah. Kita sudahi dulu percakapan ini. Daddymu sudah merengek minta di pijat."

"Alah! Modus itu, Mom. Pasti dia mau yang lain juga!" kompor Valerie karena tahu di sana ada sang ayah.

"Sudalah, jangan hiraukan dia, Babe .... Ayo!" Suara ayahnya terdengar, berkata agar sang ibu tidak termakan ucapan Valerie.

"Mom, awas nanti–"

TUTT!!!

Belum selesai kembali mengompori, panggilan sudah terputus. Valerie terkikik geli mengingat kedua orang tuanya itu.

"Huft! Mereka saja sudah tua sangat romantis, dan masih bergairah .... Aku yang masih muda kalah telak!" decihnya mengasihani diri sendiri.

Tapi itulah pilihan hidupnya.

DRRTTT!!!

Ponselnya kembali bergetar, tapi kali ini yang menghubungi adalah Syana. Sang sahabat.

"Halo, Syan." Valerie langsung mengangkat panggilan tersebut.

"Kamu di rumah hari ini?" tanya Syana to the point.

"Iya. Kenapa memangnya?"

"Tidak, aku cuma memastikan. Karena saat ini aku mau kerumah kamu."

Valerie bangun dari duduknya, saking terkejut. "Apa!"

"Jangan, jangan kerumahku hari ini." Valerie tidak mau keberadaan Syana yang menjadi tahu kedatangan pria tunawisma itu. Bisa-bisa dia dijadikan bahan olokan oleh sang sahabat.

Terjerat Gairah Tunawisma TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang