Bab 06.

18.3K 199 4
                                    

Permainan panas mereka berakhir pada tengah malam, sebelum subuh.

Akhirnya Valerie menyerah, merasa lelah dan berhenti.

Jangan tanyakan keadaan Verris.

Pria itu juga sama lelahnya, memuaskan Valerie pertama kali sangat menguji kemampuannya.

Tapi meski begitu, Verris tetap lolos akan seleksi Valerie. Pria itu mampu mengimbanginya sampai ia menyerah.

Verris meminta waktu beberapa menit untuk mengumpulkan tenaga setiap mereka keluar bersama. Baru setelahnya memulai permainan lagi.

Pagi itu, Valerie harus bekerja. Ia harus datang ke kafenya seperti biasa.

Verris masih tertidur pulas di atas kasur kamar Valerie. Sedangkan Valerie sudah berpenampilan rapih, duduk di kursi meja riasnya.

Matanya melihat di pantulan cermin ke arah Verris yang tidur terlelap. Sontak saja ia tersenyum geli mengingat kejadian semalam.

"Di kelelahan sekali," ujarnya seraya meratakan blush di pipinya.

Tidak di sangka, Verris menggeliat membuat selimutnya turun sampai ke paha. Bagian pria itu yang belum terbungkus menjadi bahan tatapan Valerie.

Perlahan Verris membuka kelopak matanya, menyesuaikan sinar mentari dari arah jendela.

"Good morning, Ver ...."

Suara lembut Valerie menyadarkan Verris sepenuhnya. Ia melihat ke arah suara, dan mendapai Valerie yang sudah sangat cantik.

"Jam berapa ini?" tanya Verris.

"Sekarang masih jam setengah delapan. Kamu bisa lanjut tidur. Aku juga mau pergi bekerja."

Verris duduk, menarik selimutnya. "Kamu bekerja dimana?" tanyanya.

"Aku cuma pengelola kafe. Ini bisnis keluarga, hanya meneruskannya saja." Valerie tersenyum menatap Verris yang masih tampan di saat bangun tidurnya.

"Maaf, aku kesiangan." Verris mengusap wajahnya.

Valerie berdiri lalu menghampiri Verris. "Aku tahu, kamu pasti kelelahan karena bekerja semalaman," ujarnya mengusap rahang Verris yang berbulu.

Pria itu meringis geli, mengingat kegiatan mereka semalam.

"Kemungkinan aku pulang sore. Kamu di rumahku sendirian tidak apa, 'kan?"

Verris mengangguk. "Boleh aku keluar?"

"Boleh saja. Asal jangan lagi berkeliaran seperti tunawisma. Kamu sudah menjadi tanggung jawabku."

Verris kembali terkekeh. "Iya, iya ...."

Valerie menunjuk dengan dagunya ke arah nakas. "Pakai kartu itu kalau kamu ingin membeli sesuatu."

Mata Verris melihat sebuah kartu hitam belogo emas yang tidak semua orang memilikinya.

"Aku pergi dulu, ya."

Saat Verris beralih pandangan ke arah Valerie, wanita itu ternyata mengecup pipinya.

Sudah melakukannya, Valerie berjalan ke arah meja rias mengambil tas juga kunci mobilnya.

"Bye, Babe!"

Verris masih tercengang di tempatnya.

Hingga beberapa saat, ia membuka selimut untuk melihat miliknya. "Oh, shit!"

Verris menegang karena kecupan sekilas Valerie.

***

Waktu terus berlalu, dan saat ini Valerie sudah berada di ruangannya.

Terjerat Gairah Tunawisma TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang