Bab 16.

7.6K 231 14
                                    

Keluar dari kamar mandi, Verris merasa aura kamar berubah menjadi dingin.

Sampai di tepi ranjang, ia melihat ke arah Valerie. Wanita itu dia menatap jendela.

"Val?"

Valerie menoleh ke arahnya.

Dan seketika aura kamar lebih dingin dan mencekam.

Tatapan mata Valerie sangat mengerikan. Verris sampai takut melihatnya. Cepat-cepat ia mengingat, apakah ia berbuat kesalahan.

"Aku lama, ya? Maaf ... tadi sedikit sakit perut." Verris naik ke atas kasur menghampiri Valerie.

Meski ia sedikit bergidik ngeri. Tapi ia berusaha mengabaikan tatapan maut Valerie, berinisiatif untuk kembali mencumbunya.

Baru tangannya hendak membenarkan anak rambut Valerie, dengan cepat wanita itu menepisnya.

"Kamu tidak mau jujur?" tanya Valerie dengan wajah datar tapi lebih menyeramkan dari pada wajah ibu tiri yang jahat.

"Jujur?" Verris mengulang kata terakhir Valerie, sambil berpikir.

"Iya. Kamu menyembunyikan sesuatu."

Apa itu? Astaga, Verris tidak bisa berpikir.

Bola matanya kesana kemari memikirkan apa yang ia sembunyikan. Otaknya buntu sekali.

"Aku hitung sampai tiga, kalau kamu tidak jujur, aku marah besar, Ver."

Oh, Tuhan! Bantu aku ....

"Satu ...."

Verris berkedip cepat, mengingat sesuatu.

"Dua ...."

"Syana!" Verris mengingatnya. "Iya, Syana ... dia, kemarin membawaku ke unitnya."

Valerie melotot tak percaya. Ternyata kejadian itu terjadi di dalam apartemen Syana?

Verris mengangkat satu tangannya dan bersumpah. "Aku tidak melakukan apapun. Sumpah ...."

"Tidak melakukan apapun?" kini Valerie yang  mengulang kata-kata Verris dengan nada kesal.

"Iya. Dia memang mengajakku melakukan δεx. Tapi aku menolaknya."

Valerie menaikkan satu alisnya seraya mengangguk. "Sinikan tanganmu." Titahnya.

Verris mengulurkan tangannya pada Valerie.

Valerie mengusap telapak tangan dan punggung tangan Verris. Di detik berikutnya, hal lain di lakukan Valerie, sampai Verris mendesis kesakitan.

"Akh!"

Valerie menggigit sela jari antara ibu jari, dan telunjuk.

"Sakit?" tanya Valerie.

Dengan keteguhan hati, Verris menggeleng.

Dan ....

"AKH!!!" Jeritan Verris kali ini lebih keras.

Valerie menggigit punggung tangannya dengan kuat.

"Sekarang bilang, kemarin apa yang kamu lakukan dengan Syana!"

"Tidak ada, Val ... kami tidak melakukannya. Dia hanya menggodaku, duduk di pahaku—"

"Apa?! Dia duduk di pahamu?!" Valerie semakin melotot lebar, karen ternyata banyak sekali sentuhan fisik Syana dan Verrisnya.

"A-aku ... langsung mendorongnya. Iya! Langsung aku dorong dengan kasar." Verris sengaja melebih-lebihkan agar Valerie tidak semakin marah.

"Iiihhhh!" jerit Valerie tak terima. Ia memukul Verris dengan kasar.

Dengan wajah meringis, Verris menerima amukan Valerie. Dadanya di pukul, wajahnya juga sesekali tertampar.

Terjerat Gairah Tunawisma TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang