Bab 18.

12.8K 353 7
                                    

Sampai di kafe Valerie lagi, Verris perlahan masuk untuk mencari sang wanita.

Sayangnya, para pekerja di sana mengira ia adalah tamu pendatang yang hendak menempati salah satu meja.

"Maaf, aku kesini mencari Valerie. Dimana ruangannya?" tanya Verris secara sopan.

Pelayan tersebut langsung membawa Verris ke kasir, serta mereka menghubungi Valerie lebih dulu.

Verris di beri tahu arah jalan menuju ruangan Valerie menggunakan lift.

Tidak lupa mengucapkan terimakasih, kepergian Verris menjadi bahan perbincangan semua karyawan Valerie.

Mereka bersuit-suit atas hubungan baru sang bos, yang sepertinya sudah melupakan masalalunya.

Masalalu Valerie cukup di ketahui mereka. Karena untuk kali ke duanya, ada pria yang datang mencari wanita itu.

Sampai di ruangan Valerie, Verris mengetuk terlebih dahulu. Sampai terdengar sahutan dari dalam, barulah ia mendorong pintu untuk masuk.

"Sudah selesai?" tanya Valerie yang saat ini duduk di kursi kebesarannya, dengan layar laptop di atas meja.

Verris mengangguk, juga melihat sekeliling ruangan Valerie. "Sudah. Apa aku terlalu lama?"

"Tidak juga." Valerie bangun dari kursinya, berjalan menghampiri Verris.

Posisi ruangan Valerie berada di lantai tiga, dengan pemandangan bangunan yang cukup ramai. Verris berdiri melihat sebuah gedung tinggi yang berlogo kata Louvent. Gedung puluhan tingkat itu terlihat dari sana. Meski jaraknya cukup jauh dan terhalang beberapa gedung.

Tangan Valerie melingkar di perut Verris. Wanita itu memeluknya dari belakang.

"Aku bosan ...."

Verris segera menarik Valerie untuk pindah ke hadapannya. Berbalik arah agar berpelukan dari depan, Verris mengecup puncak kepala Valerie yang begitu harum dan lembut.

"Kita jalan-jalan saja, bagaimana?" ajak Verris.

"Mau .... Tapi kemana? Aku malas ke mall, atau ke tempat ramai."

Verris berpikir tempat yang cocok untuk ia dan Valerie.

"Sebetulnya, aku sudah memesan tempat makan malam kita." Valerie mengingat reservasi yang ia lakukan tadi di sebuah restoran.

"Jadi bagaimana?" ujar Verris yang bingung untuk membawa Valerie kemana.

"Bagaimana kalau besok kita ke pantai?" ide Valerie.

Verris lekas mengangguk. Valerie mendongak menatap Verris dan tersenyum. "Kamu mau?"

"Iya ...."

Valerie berjinjit sedikit mencium bibir Verris. Meski ia sudah memakai sepatu hak tinggi, tapi tinggi badannya masih kurang mengsejajarkan Verris.

Mereka kembali berpelukan, sampai Verris mengeluarkan suara lagi. "Val, boleh bertanya dan mengatakan sesuatu?"

Valerie mendongak lagi, memasati wajah Verris yang nampak lebih serius kali ini.

"Boleh." Valerie memberikan ruang untuk Verris memberikan pertanyaan padanya.

"Apa ... kamu punya kekasih?" tanya Verris sedikit ragu.

Valerie terdiam, ia melonggarkan pelukannya, sampai meberi jarak dengan Verris.

"Aku hanya takut. Kita melakukan δεx, dan aku selalu membuangnya di dalam. Aku khawatir jika nanti kamu hamil bagaimana?"

Valerie menunduk, ia mendadak gemetar untuk saat ini karena pembahasan Verris.

Dengan langkah beratnya, Valerie memilih berjalan ke arah sofa dan duduk di sana.

Terjerat Gairah Tunawisma TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang