𝚕𝚒𝚖𝚘 - 𝟻

16 15 7
                                    

Hari Minggu tiba

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari Minggu tiba. Danastri pasti akan sangat bosan jika harus berdiam diri di rumah. Ia tidak memiliki teman, mungkin lebih tepatnya belum memiliki teman yang satu frekuensi dan satu pikiran.

Jika boleh jujur, Danastri lebih suka berteman dengan laki-laki saja. Tentu ada banyak alasan mengapa ia lebih memilih berteman dengan laki-laki.

Satu. Berteman dengan perempuan menurut Danastri itu hal yang sulit dan susah. Susahnya melebihi pelajaran matematika. Jika seorang perempuan itu benar, maka bagi Danastri tidak. Karena Danastri adalah ladang kesalahan.

Dua. Sebagian teman perempuan selalu memanfaatkan kesempatan untuk mendapatkan jawaban berharga dari Danastri saat di kelas. Mereka berteman saat waktu tugas dan ulangan saja. Sisanya, mereka menjauhi Danastri tanpa sebab. Lucu memang.

Tiga. Berurusan dengan perempuan adalah hal paling menjengkelkan walaupun Danastri sendiri berjenis kelamin perempuan. Tidak menampik bahwa perempuan adalah makhluk paling sulit dipahami. Karena yang Danastri alami, ia tidak bisa menikmati menjadi dirinya sendiri.

Sebetulnya masih banyak lagi yang mengganjal benak pikiran Danastri. Namun sayang, membahas tentang perempuan tidak akan ada habisnya.

"Astri, sarapan sana, Nduk," kata Nenek kala memasuki kamar bernuansa putih polos. Itu adalah kamar Nenek, dan Danastri tidur bersama Nenek. Jika ia tidur di kamar Ibu Bapak, pasti akan sendirian.

Danastri yang tengah membuka jendela langsung menoleh. Didapatinya Nenek sehabis mandi, terlihat dari rambut panjangnya yang basah. "Nanti aja Nek, Astri belum lapar."

"Duh Nduk, suka banget nunggu lapar dulu. Padahal sarapan itu penting." Nenek menggelengkan kepala sambil menyisiri rambut. Rambut milik Nenek panjang, hingga mencapai pinggang.

Danastri terus mengamati kegiatan Nenek. Dalam hati ia membandingkan rambutnya yang hanya sebahu, jauh lebih panjang rambut milik Nenek. Namun anehnya, Danastri tidak iri terhadap rambut panjang. Ia hanya penasaran rasanya memiliki rambut panjang. Selama hidup, Danastri tidak pernah memanjangkan rambutnya karena ia termasuk orang yang gampang berkeringat dan gerah.

"Nenek, rasanya punya rambut panjang enak nggak?" tanya Danastri.

Nenek mengambil beberapa rambutnya yang sudah berjatuhan di atas lantai. Banyak sekali yang rontok. Sama seperti Danastri yang rambutnya suka sekali rontok jika disisir. Bedanya, Nenek harus menjaga rambut panjangnya agar tidak menyentuh lantai jika Danastri tidak perlu bersusah-payah.

"Ya ... itu tergantung dari orangnya, Nduk."

"Tergantung gimana, Nek? Astri nggak mudeng." Danastri menggaruk pelipisnya yang tak gatal. Ia sangat cerewet jika sudah bersama Nenek. Berbeda lagi jika sudah di luar rumah.

"Tergantung dia suka apa enggak. Tergantung bagaimana cara dia merawat. Tergantung cara apa yang mereka gunakan untuk selalu menyukai rambutnya sendiri."

DANASTRI: Pedar KandarpaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang