𝙿𝚊𝚙𝚊𝚝 - 𝟺

21 15 10
                                    

Masa dewasa, harus ya mendapatkan banyak luka dahulu ya? Haha

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Masa dewasa, harus ya mendapatkan banyak luka dahulu ya? Haha. ─Danastri Priyanka.

***

Setelah perdebatan panjang antara Veli dan Alvido, keadaan sudah kembali seperti semula. Seolah tidak terjadi apa-apa sebelumnya. Mereka nampak bercanda ria dengan teman-teman, melangkah ringan menuju kantin.

Semua orang seperti gampang sekali memaafkan kesalahan Veli, tanpa syarat. Rasa iri kerap menghampiri hati Danastri. Iri mengapa Veli bisa mendapat perhatian dari banyak orang, iri karena Veli memiliki keluarga yang menyayanginya sepenuh hati, banyak laki-laki juga yang menyukai Veli sebab kecantikannya. Danastri terkadang menginginkan posisi Veli, tapi itu hal mustahil. Karena hidup Veli, akan tetap menjadi milik Veli dan hidup Danastri, tetap seperti ini.

Pulang sekolah siang hari seperti biasa, tidak ada yang menarik. Hanya Danastri yang memilih pulang sendirian tanpa ada yang menjemputnya. Berjalan pelan sesekali menunduk, melihat sepatunya yang sudah kusut tak berbentuk. Danastri harus menunggu waktu yang tepat untuk membeli sepatu, tidak bisa sebebas-bebasnya. Jika sepatu tersebut masih bisa untuk dipakai, maka Danastri tidak boleh membeli sepatu baru.

Matahari semakin meninggi, tepat di atas kepala Danastri. Sinarnya berlomba-lomba menghampiri Danastri dan membuat beberapa peluh berjatuhan di dahi. Rasa gerah, panas dan haus menjadi satu. Danastri ingin cepat-cepat sampai rumah jika sudah panas begini.

Di perjalanan pulang, Danastri selalu mengamati yang ada di sekitarnya. Mengamati kakak kelasnya yang pulang sambil menaiki sepeda. Sepertinya seru dan tanpa malu, sedangkan Danastri sendiri harus menyiapkan banyak mental dan jiwa raga hanya untuk membawa sepeda ke sekolah.

"Hai, Astri," sapa kakak kelas yang sedari tadi Danastri perhatikan. Ia tersenyum simpul di samping Danastri. Memberhentikan sepeda juga membuat langkah Danastri langsung terhenti.

"Iya kak," balas Danastri kikuk. Ada gerangan apa kakak kelasnya ini tiba-tiba mendekat? Apa Danastri memiliki masalah dengan kakak kelas tersebut? Perasaan tidak. Danastri saja jarang berinteraksi dengan teman sekelas, apalagi dengan kakak kelas. Itu tidak mungkin alias mustahil terjadi.

Kakak kelas tersebut masih saja tersenyum, manis sekali. "Ayo pulang bareng, hari ini panas. Biar cepat sampai rumah juga."

Tubuh Danastri bereaksi lebih. Antara tidak enak menolak atau takut kakak kelasnya ini tidak nyaman bersama dirinya. Danastri bukan tipe orang yang mudah berbaur dan membicarakan berbagai topik. Ia lebih memilih diam, karena saat ia bercerita banyak hal dengan seru, ujung-ujungnya akan disepelekan atau lebih parahnya didiamkan. Danastri seperti tidak diharapkan dan suaranya itu terdengar memuakkan para pendengar.

Hanya satu yang mau-mau saja mendengarkan cerita Danastri tanpa bosan, yaitu Nenek. Nenek berbeda dengan manusia lain. Nenek tidak pernah menganggap Danastri itu aneh. Malahan Nenek selalu berkata, "Astri itu cantik, baik, MasyaAllah semoga Allah selalu melindungi Astri."

DANASTRI: Pedar KandarpaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang