𝚂𝚘𝚗𝚐𝚘 - 𝟿

36 32 16
                                    

Semakin gelap langit biru, semakin senang hati Danastri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semakin gelap langit biru, semakin senang hati Danastri. Suasana yang selalu Danastri tunggu-tunggu. Sepi dan hening. Hanya terdengar mesin pemotong kayu di sekitar daerah Desa. Suara ayam jantan berkokok terkadang juga terdengar merdu.

Danastri mengambil posisi tengkurap. Di hadapannya terdapat banyak sekali kertas berceceran. Danastri fokus pada sebuah buku. Tangannya tergerak untuk menulis, entah menulis sesuatu yang bermanfaat atau tidak. Yang terpenting, menulis adalah kegiatan menyenangkan bagi Danastri.

Menulis salah satu cara Danastri menjadi dirinya sendiri. Danastri bebas menuliskan apa saja yang ia mau, tanpa takut terbongkar orang lain. Kamar Nenek sepi sekali. Danastri ingin masuk, tapi rasanya merinding.

Jam dinding di kamar Ibu dan Bapak senantiasa berdetak. Menunjukkan pukul setengah dua siang lebih tiga menit. Kamar ini sepi. Tidak ada pajangan foto khusus untuk menggambarkan se-harmonis apa hubungan mereka. Tidak ada hal romantis yang terdapat di sini.

Dinding pun berwarna putih tanpa ada warna lain. Sampai gambar coretan abstrak yang dihasilkan Danastri terlihat jelas di sana. Agak merusak pemandangan, tapi si kecil akan terus bertumbuh dan berkembang sesuai keinginan mereka. Mungkin alasan inilah yang cukup diterima Danastri.

"Ngantuk, tapi Astri nggak mau tidur." Badan Danastri kembali terlentang. Melihat langit-langit kamar. Banyak lubang pada genteng, membuat Danastri tahu sumber kebocoran ada di atas sana. Ada satu lagi genteng yang terbuat dari kaca. Gunanya agar memantulkan cahaya. Jadilah kamar Ibu dan Bapak tidak petang seperti kamar Nenek.

"Kalau Astri ada adik, pasti rame banget. Ada yang Astri ajak main, ada yang sering minta tolong ke Astri. Pasti seru daripada sendirian gini."

Rasanya penasaran. Bagaimana ya, rasanya ramai tapi menyenangkan? Bagaimana rasanya ramai tanpa takut dijauhi? Bagaimana rasanya ramai yang sebetulnya?

Seringkali Danastri berandai-andai seperti itu. Dimulai dari menginginkan perhatian kasih dari Ibu dan Bapak, lalu menginginkan sosok teman atau adik untuk diajak bermain.

Semakin besar, Danastri semakin mengharapkan banyak hal. Tentunya yang dulu-dulu belum tercapai, ingin segera tercapai. Namun, sangat sulit mencapai hal-hal sederhana itu.

Suara mesin kembali terdengar dari luar. Danastri tidak berubah dari tempatnya. Tetap terlentang sambil setia memandangi genteng seolah tidak ada yang menarik selain hal tersebut.

Sinar matahari sangat cerah, dapat dipastikan jika di luar akan panas. ingin bermain, tapi dengan siapa.

"Alvido Mahesa," gumam Danastri tiba-tiba. Setelah sadar, mata Danastri melotot dan menggembungkan pipinya. Apa-apaan ini? Kenapa jadi ke Alvido Mahesa? Danastri benar-benar tidak sadar!

"Katanya, Al suka Veli, tapi kenapa gitu ya sifatnya sama Veli? Biasanya 'kan kalau suka disayang-sayang orangnya." Danastri kembali mengeluarkan suara. Suara kecil yang mengandung unsur penasaran dan kepo tingkat tinggi.

DANASTRI: Pedar KandarpaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang