𝙻𝚘𝚛𝚘 - 𝟸

51 39 37
                                    

Beberapa tahun yang lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beberapa tahun yang lalu...

Masa kecil sebagian orang memang menyenangkan. Bermain kejar-kejaran, bermain petak umpet, bermain masak-masakan dan bermain hal lain. Dilakukan bersama teman-teman lalu bercanda ria.

Sayangnya, Danastri berbeda dengan mereka. Hidup Danastri monoton layaknya orang pintar yang gemar sekali membaca buku, melihat buku atau terus belajar. Dari kecil, Danastri sudah terbiasa hidup sepi. Dan Nenek selalu menyempatkan waktu bagi Danastri karena Nenek juga sama sibuknya dengan Ibu dan Bapak.

Sekolah Dasar ramai beberapa murid. Jajanan beraneka ragam sangat menggiurkan. Danastri kecil melihat teman-temannya, berbondong-bondong mengambil jajanan yang disuka.

Danastri mengamati dalam diam. Ia tiba-tiba tertunduk lesu. Tangannya merogoh saku dan muncul uang selembar dua ribu rupiah. Itu adalah yang pemberian Ibu kemarin, masih Danastri simpan dengan baik. Katanya, "Jangan boros-boros, Ibu dan Bapak susah cari uang."

Iya memang benar, Danastri belum pernah merasakan menjadi dewasa. Namun, ada satu hal yang sangat Danastri tanamkan. Dewasa itu ketika kita bisa mengambil keputusan dan konsekuensinya. Dan Danastri kembali bertanya-tanya, apakah kehadirannya di dunia adalah hal paling memalukan? Sampai-sampai Ibu dan Bapak tidak pernah menyempatkan waktu bermain pada dirinya satu jam saja?

"Astri, ayo jajan," kata teman Danastri berbadan tinggi. Danastri harus mendongak melihatnya. Jika seperti ini, melihat temannya itu mengingatkannya pada hewan jerapah. Tinggi layaknya harapan.

"Kamu aja dulu, Astri mau ke toilet." Sebenarnya ada rasa tak enak hinggap di hati Danastri saat menolak ajakan itu. Hatinya sangat lembut dan mudah memiliki rasa empati terhadap orang lain. Tetapi, sekarang ia benar-benar jujur. Tidak bohong jika sedari tadi ia kebelet pipis.

Temannya mengangguk. "Oh, yaudah. Aku duluan aja kalau gitu."

"Iya."

Setelah mendengar jawaban Danastri, perempuan tubuh tinggi tersebut perlahan menjauh. Danastri bergeming sebentar sebelum akhirnya berbalik badan. Meninggalkan ruang kelas yang sudah sepi. Semua teman-temannya pasti sedang nongkrong di warung jajan atau sekedar bermain bola di lapangan.

Danastri sendirian. Tidak ada teman yang mengajaknya bermain, tidak ada teman yang mengajaknya berbicara di sekitar lorong menuju toilet. Seharusnya, jika Danastri bisa bersikap normal seperti teman perempuannya yang lain, ia pasti tengah mengajak seseorang meski sekedar menuju toilet. Bukankah itu ciri khas perempuan sekali?

Letak toilet lumayan jauh. Jaraknya dengan kelas Danastri membutuhkan waktu sekitar tiga menit. Dari arah belokan, dekatdsekali dengan tangga, terdapat gambar-gambar peta. Danastri menghentikan langkahnya sejenak, memandangi gambar tersebut dengan perasaan kagum setiap waktu.

Mungkin orang-orang melihat Danastri aneh. Itu adalah gambar biasa saja, sudah melihat berkali-kali, setiap jam, setiap waktu dan setia detik ketika masih dalam lingkungan sekolah. Ya karena mereka tidak pernah tahu rasanya menjadi seorang Danastri Priyanka.

DANASTRI: Pedar KandarpaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang