𝙿𝚒𝚝𝚞 - 𝟽

28 23 26
                                    

"Mau punya Ibu atau Bapak, tapi tetap kasih sayang Nenek yang selalu hadir setiap langkah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mau punya Ibu atau Bapak, tapi tetap kasih sayang Nenek yang selalu hadir setiap langkah."─Danastri Priyanka.

***

⚠️ [Karena alurnya maju-mundur, baca pelan-pelan aja oke? gausah terburu-buru]

Hari-hari, Danastri lalui dengan sepi. Pagi menjelang diiringi ayam jantan berkokok, Nenek sudah pergi meninggalkan tempat tidur. Beliau sangat rajin dibanding Danastri yang baru saja bangun.

Setelah mengumpulkan nyawa yang belum terisi penuh, Danastri beranjak bersamaan dengan kehadiran Nenek.

"Astri sudah bangun?" Nenek tersenyum lembut, ciri khas yang Danastri sukai dari Nenek. "Hari ini lauknya sayur ya, Nduk, jangan nunda sarapan."

Danastri membalas dengan senyum juga. Suaranya tercekat, malas mengeluarkan. Danastri merepotkan Nenek. Harus memasak untuk keluarganya, harus bekerja, harus menjadi teman cerita juga untuk Danastri.

Keluarganya setengah rusak. Ibu dan Bapak tidak se-peduli itu pada Nenek atau Danastri. Dari luar, mungkin Danastri terlihat bahagia dengan kehidupannya. Padahal, ada banyak lika-liku tersirat yang Danastri pendam sendiri.

Pertengkaran yang masih membekas dengan jelas di ingatan Danastri. Tidak berbohong, rasanya sakit melihat Ibu dan Bapak tidak rukun seperti orang tua teman-temannya. Danastri bahkan sedikit melupakan rasa khas dari masakan Ibu. Karena sekarang, Ibu jarang berdiam di rumah.

Dari Ibu, Danastri tidak bisa membenci. Terkadang keadaan sulit dipahami. Selalu saja mengorbankan isak tangis yang tragis. Danastri kebingungan. Kapan ia akan mendapatkan sebuah kasih sayang dari Ibu?

Melihat semua teman-temannya yang bisa mengandalkan Ibu di berbagai hal, Danastri kembali dibuat iri. Selama hidup, apa hanya Danastri saja yang mendapatkan takdir seperti ini?

Menapaki satu persatu lantai. Danastri melirik sebentar kamar Ibu dan Bapak. Dulu saat masih usia balita, Danastri lebih sering menghabiskan waktu di sana. Entah untuk tidur, belajar dan bermain. Sekarang saat mulai mengerti keadaan, Danastri hanya bisa memasuki kamar itu di waktu tertentu saja. Tentu ketika Ibu dan Bapak sedang tidak ada di rumah alias bekerja.

"Rasanya tetap sama, asing."

Batin Danastri tersiksa. Raganya kosong tanpa jiwa.

"Kapan Ibu dan Bapak mau main sama Astri lagi?"

Sudah kelas enam SD, tapi bukankah masih wajar jika mengharapkan kasih sayang? Bahkan menginginkan kasih sayang tidak pandang umur. Nenek yang diam-diam penasihat terbaik, tapi Danastri yakin jika sudut hati Nenek mengharapkan kasih sayang dari anak-anaknya atau dari cucu-cucunya.

Ya memang, keluarga Danastri sangat rumit dipahami dengan logika.

Tanpa berandai-andai lebih, Danastri melanjutkan langkah menuju kamar mandi. Mendinginkan pikirannya dengan air wudhu lalu berdo'a mengharapkan kekuatan dari Sang Kuasa.

DANASTRI: Pedar KandarpaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang