𝚂𝚎𝚕𝚒𝚔𝚞𝚛 - 𝟸𝟷

10 5 5
                                    

AllahuAkbar AllahuAkbar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

AllahuAkbar AllahuAkbar...

AllahuAkbar AllahuAkbar...

Tidur lelap seorang perempuan terusik. Mendengar suara adzan berkumandang merdu di sekitar. Tidak lama, kelopak indah itu terbuka sedikit demi sedikit, menghadirkan perasaan linglung sejenak.

Tidak langsung mengambil langkah untuk duduk, justru malah sibuk memperhatikan langit-langit kamar sekaligus mengumpulkan nyawa yang berceceran.

Seorang Danastri Priyanka tidur siang!

Lama berpikir, tidak ada salahnya mencoba tidur siang. Danastri tidak perlu mengharapkan kehadiran seorang teman untuk mengajaknya bermain, menghabiskan satu buku hanya untuk dijadikan uang mainan lalu mengotori sebagian kasur milik Nenek.

"Nenek ke mana?" gumam Danastri setelah berhasil mengumpulkan nyawa. Ia mendudukkan diri sambil celingukan ke sudut kamar. Teringat ajakan Nenek tadi pagi, membuatnya semakin melebarkan mata.

Danastri memutuskan keluar dari kamar. Disambut keadaan rumah yang seperti biasanya, sepi dan tidak ada penghuni selain dirinya. Mungkin ada Nenek, tapi entah sedang di mana beliau.

Sudah biasa. Namun, belum terbiasa. Danastri merasakan hal itu terus-terusan. Hidupnya seolah tidak memiliki orang tua. Hanya tinggal bersama Nenek tanpa ada kerabat lain. Padahal kenyatannya bukan begitu. Rumah Nenek memang sangat luas. Jadi, sedikit heran jika penghuninya hanya dua orang saja. Ibu dan Bapak bisa dikatakan hanya numpang tidur dan numpang makan saja. Selainnya, mereka berdua akan melakukannya di tempat kerja.

"Loh, udah bangun Nduk?"

Danastri melihat Nenek keluar kamar mandi. Wajahnya basah menandakan kegiatan Nenek di dalam sana. Nenek pernah bercerita jika Kakek adalah orang yang sangat rajin sekali menunaikan sholat di awal waktu. Tetapi, Nenek juga sama. Maka tidak ragu juga Danastri menyebut mereka adalah pasangan serasi meskipun belum tau betul seperti apa rupa Kakek saat masih hidup.

"Sampun, Nek. Baru aja Astri bangun tidur, hehe," kata Danastri nyengir.

"Bobo nyenyak nggak?" Seperti biasa, Nenek setiap saat tersenyum teduh.

"Nyenyak dong! Sampe Astri mimpi makan enak sama Nenek. Curiga kalau nanti beneran masakan Astri enak."

Nenek tertawa pelan dan geleng-geleng kepala. "Nanti kalau masakannya Astri enak, Nenek kasih ke tetangga aja ya?"

"Kok begitu, Nek?" Alis Danastri menukik tajam. "Yang masak Astri, yang makan tetangga. Eh, tapi Astri juga gitu sih. Yang masak Nenek, yang makan malah Astri."

"Bukan gitu konsepnya, Nduk. Mau Nenek kasih ke tetangga biar mereka beli, bukan Nenek kasih gratis. Sia-sia dong cucu Nenek ini masak enak, tapi nggak ada bayarannya."

Kepala Danastri manggut-manggut, tak lama ia menyanggah, "Enggak kok Nek, masakan Astri belum tentu enak. Itu enaknya cuma di mimpi doang, tapi Astri tetap belajar terus biar masakannya bisa enak kayak Nenek!"

DANASTRI: Pedar KandarpaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang