𝚁𝚘𝚕𝚒𝚔𝚞𝚛 - 𝟸𝟸

10 5 7
                                    

Danastri dan Ibu sudah tiba di rumah dengan perasaan yang berbeda-beda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Danastri dan Ibu sudah tiba di rumah dengan perasaan yang berbeda-beda. Danastri merasa senang luar biasa, bibirnya terus-terusan menyunggingkan senyuman menawan, hatinya dalam suasana baik menjadikan sore ini terasa lebih bermakna. Sedangkan Ibu, tetap biasa saja. Namun, lebih banyak berbicara dengan Danastri.

Sebenarnya, Danastri masih penasaran. Apa yang membuat Ibu jadi baik begini? Tidak ada hujan, tidak ada badai, tidak ada angin, semua terlewat begitu saja.

Bukannya kurang bersyukur, tapi tetap saja rasa aneh itu tetap muncul dalam benak Danastri.

Ibu yang jarang berada di rumah, tiba-tiba memunculkan batang hidungnya dalam sekejap. Yang biasanya Ibu tidak pernah menawarkan apapun pada Danastri, tiba-tiba sekarang mengajaknya pergi berbelanja lalu ditawari untuk memilih semua yang Danastri suka.

Terlalu tiba-tiba 'kan? IYA!

Ingin bertanya, tapi mental Danastri tidak seberani itu. Sekedar bertanya, "Kenapa Ibu tiba-tiba ngajak Astri?" dan akan pasti berakhir dibalas, "Nggak perlu banyak tanya, udah mending Ibu ajak."

Begitulah isi pemikiran konyol Danastri. Masih teringat jelas Ibu adalah tipe orang yang ceplas-ceplos ketika bicara. Jadi, tidak ada yang tidak mungkin jika akhirnya Ibu akan membalas seperti itu juga. Walaupun pada akhirnya, Danastri lebih memilih tidak bertanya dan memendam semua rasa penasarannya.

Teringat sesuatu, mata Danastri melebar cepat. Astaga, bisa-bisanya ia melupakan semua kegiatan hari ini bersama Nenek!

Padahal sehabis mandi Danastri sudah mempersiapkan baju yang Nenek maksud. Baju dress pink dengan tampilan seperti princess. Ada hiasan sederhana yang melingkar pada sisi baju. Terkesan mahal karena Danastri jarang menggunakannya. Tadi ingin sekali agar yang pertama kali melihat adalah Nenek. Namun, semua harapan itu pupus ketika ia lebih memilih mengiyakan ajakan Ibu.

Di rumah sudah terlihat Nenek yang duduk di depan banyak masakan tersaji dengan rapi. Suasana Maghrib akan tiba. Ternyata se-lama itu perginya Ibu dan Danastri. Tidak menyangka juga akan meninggalkan Nenek sendirian di rumah yang luas ini.

"Habis pergi sama Ibu ya, Nduk?"

Danastri meneguk ludah susah payah. Nenek memang bertanya santai dan kalem, tapi batinnya entah mengapa rasanya ingin menangis. Karena merasa bersalah meninggalkan Nenek atau ada hal lain yang ia sendiri belum tahu?

"Iya, Nek. Astri juga bingung tiba-tiba diajak Ibu," kata Danastri. Masih terasa bimbang hatinya padahal sudah sampai rumah. Seperti ada hal mengganjal yang terjadi di sini.

"Astri beli apa?" Nenek bertanya lagi.

"A-Astri beli minuman, Nek."

Banyak kata yang ingin Danastri sampaikan pada Nenek. Tentang kebimbangan hatinya, tentang semua yang membingungkan di hari ini, juga tentang sikap Ibu yang tiba-tiba menjadi baik. Bukankah ini yang Danastri inginkan sedari dulu? Menginginkan Ibu memberikan perhatiannya, pergi bersama Ibu dan juga bebas memilih apapun yang Ibu tawarkan. Tetapi, kenapa semua terasa sia-sia saja?

DANASTRI: Pedar KandarpaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang