𝙿𝚊𝚝𝚋𝚎𝚕𝚊𝚜 - 𝟷𝟺

12 8 5
                                    

⚠️ [Ps

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⚠️ [Ps. Alur Maju-mundur]

"Selamat hari Ibu, Mama!"

"Aduh anak Mama lucu sekali."

"Hehe, 'kan aku turunan dari Mama, makanya ikut lucu!"

"Haha, anak Mama bisa aja."

"Maaf ya Ma, hadiahnya kecil, murah juga. Aku belum bisa beliin barang mahal buat Mama karena aku masih sekolah. Nanti kalau aku udah besar dan bisa kerja, aku bakal kasih hadiah Mama yang lebih mahal dari ini."

"Yaampun, gapapa sayangnya Mama. Mama udah bersyukur diucapin selamat dari kamu. Apalagi dikasih hadiah. Mama senang!"

"Sayang Mama."

"Mama lebih sayang."

Dua orang dengan usia berbeda tersebut saling berpelukan. Berbagi kehangatan yang tercipta dan menikmati momen bersama. Saling menatap penuh kasih, saling mengerti satu sama lain.

Danastri melihat itu semua. Melihat bagaimana Ibu tersebut memperlakukan anaknya. Bagaimana sifat Ibu tersebut terhadap anaknya. Merangkai kata-kata sederhana, tapi banyak memiliki makna.

Hari ini, tepat di hari Ibu, Danastri sudah menginjak usia lima tahun. Hari kelahiran Danastri tepat dua hari sebelum hari Ibu terjadi. Tidak ada ucapan selamat dari Ibu, Bapak bahkan teman-temannya. Hanya Nenek dan diri Danastri sendiri yang sangat antusias dengan tanggal kelahiran tersebut. Tidak apa-apa, Danastri masih memiliki Nenek yang selalu perhatian.

"Kalau Nana kasih ini ke Ibu, apa Ibu bakal mau?"

Nana adalah panggilan kecil dari Danastri. Dulu sangat susah menyebutkan nama Danastri secara gamblang, dan akhirnya tercetuslah nama Nana yang diberikan Nenek untuk Danastri seorang. Tentu hanya Nenek yang senang memanggilnya dengan sebutan Nana.

Perasaan Danastri kecil langsung berharap banyak hal. Dimulai dengan melakukan hal seperti yang dilakukan seorang anak di sana bersama sang Ibu. Danastri kecil pernah menonton hal semacamnya di televisi milik Nenek. Hal itu membuat otaknya berkerja cepat. Apakah ia harus menggambar untuk Ibu?

"Apa mungkin Ibu nggak pernah suka Nana gara-gara Nana nggak pernah ngasih hadiah ke Ibu ya?" gumam Danastri kecil. Masih sibuk menimang hal apa yang akan ia ambil setelah ini.

"Bisa jadi ya? Gapapalah, Nana bakal kasih Ibu hadiah. Siapa tau nanti Ibu mau diajak main." Dan tercetuslah ide tersebut. Dengan langkah senang, Danastri meninggalkan taman bermain sambil melompat-lompat kecil.

Hidupnya tidak pernah bahagia seperti ini. Memikirkan bahwa nanti Ibu akan menerima hadiahnya dengan perasaan bangga, membuat Danastri ingin cepat-cepat membuatkan Ibu hadiah. Meskipun tidak seberapa.

"Nana punya pensil warna, tapi udah kecil-kecil. Gapapa, yang penting bisa digunain." Danastri menggeledah isi tas kecilnya yang bergambar Barbie. Sebagian bahan tas sudah terkoyak. Namun, Danastri harus bisa mempertahankan tas tersebut hingga Ibunya bersedia membelikan tas baru.

DANASTRI: Pedar KandarpaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang