03

382 80 8
                                    

Jisoo tidak pernah berpikir kalau Lee Taeyong akan masuk ke dalam lingkaran hidupnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jisoo tidak pernah berpikir kalau Lee Taeyong akan masuk ke dalam lingkaran hidupnya. Sosok yang sejak dulu dia anggap sebagai variabel tak penting, sosok yang selalu Jisoo abaikan jika bertemu di forum, sosok yang selalu Jisoo tak beri atensi itu justru saat ini mulai menempelinya.

Bagi Jisoo, Taeyong Lee hanya rekan Ian, itu saja. Dia tidak tahu pasti bagaimana karakternya, bagaimana cara bicaranya, dan bagaimana orang itu bersikap. Sejak mereka bertemu di makan malam bersama ayah mertua, setidaknya Jisoo bisa menyimpulkan satu hal.

Bajingan satu itu agaknya lebih sinting dari Ian.

Jisoo lebih waspada terhadap orang yang kalem dan tenang seperti Taeyong alih-alih Ian yang banyak bicara dan gamblang menunjukkan sisi minus tingkahnya. Taeyong itu ... tatapannya selalu tenang dan hangat, tetapi sewaktu-waktu ada binar antusias yang berambisi pada suatu hal, entah apa. Seakan pria itu harus mendapatkannya, tanpa celah, tanpa kegagalan, dan Jisoo takut bahwa hal yang membuat orang itu berambisi adalah dirinya.

Jisoo merasakan alarm berbahaya yang berdengung di kepalanya dan ia harus melarikan diri segera.

"Karina bilang lantai tujuh." Jisoo masuk ke dalam elevator, menekan angka tujuh dan segera menutup pintunya. Ucapan Taeyong tadi soal akan menghancurkan tempat ini pasti bercanda, 'kan? Jisoo merasa begitu, tapi dia takut orang itu betulan akan membakar gedung yang sedang ia sewa untuk semalam ini. Tidak ada yang mustahil untuk para kapitalis.

Sejenak Jisoo melirik dress hitam sepahanya malam ini. Sudah menyempatkan mandi dan membersihkan area sensitifnya, setidaknya Jisoo ingin kondisi saat ia pertama kali melakukan seks dalam keadaan yang steril. Dia juga meminta Karina agar menyampaikan hal yang sama pada escort agency manager agar memastikan lelaki yang dipilihkan untuk Jisoo dipastikan aman dari kuman, penyakit, atau malapetaka. Permintaan Jisoo memang sedikit merepotkan, tetapi uang yang Jisoo berikan juga tidak sedikit. Setidaknya dia harus mendapatkan pelayanan yang pantas.

Keluar dari lift dan menyusuri lorong, dia sampai di depan pintu yang dimaksud. Jisoo pelan-pelan menarik napas. Dia menekan tombol angka kemudian memasukkan passwordnya. Dalam hitungan detik pintu besi stainless itu langsung terbuka lebar.

Dalam langkahnya memasuki kamar itu, Jisoo menatap sekitar. Seperti apartemen mewah. Yah, tidak aneh, harganya saja ekslusif. Jisoo menaruh tas birunya ke atas meja. Dia melirik kanan kiri, mencari sosok yang sudah disediakan oleh manager. Kening Jisoo mengerut.

Apa di kamar?

Atensi Jisoo jatuh pada sebuah pintu cokelat di depan sana, sebelah ruang tamu. Secara naluriah kakinya mendekat ke dalam sana. Apa-apaan ini semua? Harusnya Jisoo disambut, bukan membiarkannya seperti main kucing-kucingan begini.

"Halo? Gigoloku, kau di mana?" Jisoo mulai memanggil santai layaknya memanggil anak kucing yang bersembunyi saja. Tangan kanannya menyentuh gagang pintu, dan begitu Jisoo membukanya, kedua matanya melebar terkejut sehingga pelan-pelan dia termundur kaku.

Paranoia • jisyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang