12

207 61 7
                                    

Setengah sebelas malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setengah sebelas malam.

Taeyong duduk bersandar pada headboard ranjang dengan sebelah kaki terangkat. Pria berpiyama tidur itu menggenggam tangan mungil di jemari kanannya, mengecup punggung tangan rapuh itu, lalu Taeyong menghirup napas dalam-dalam. Ini sudah larut, dan Jisoo yang tidur pulas di sampingnya terlihat begitu nyenyak disambut mimpi hingga kedua sudut bibir merahnya terangkat membentuk lengkung senyum samar.

Taeyong bersyukur dia tidak bunuh diri waktu itu.

Setidaknya sekarang Taeyong berada di sisi Jisoo, menggenggam tangannya erat seperti ini dengan sebelah tangan yang bebas mengelus kepala Jisoo lembut. Bagaimana Taeyong mendeskripsikan perasaannya saat ini? Ada sebuah perasaan senang dan puas, khawatir dan gusar, posesif dan obsesif. Semua perasaan itu berkecamuk di dalam dirinya, terus merundung nalarnya untuk mengambil keputusan mana yang dirasa tepat untuk membuat Jisoo berada di sisinya untuk selama mungkin.

"Eung ..."

Sebelah alis Taeyong terangkat, agak terdistraksi dengan erangan dalam tidur wanita ini. Melihat Jisoo yang kali ini beralih telungkup, mau tak mau Taeyong melepas genggaman tangan mereka, membiarkan wanita itu beristirahat sepenuhnya setelah dari sore mereka terlalu banyak beraktivitas.

"Ayah?" Suara seorang perempuan yang beriringan dengan ketukan pintu membuat Taeyong menoleh ke sumber suara.

"Ya. Kenapa?"

"Sudah mau tidur? Apa aku boleh masuk?"

Taeyong menoleh lagi pada Jisoo yang terlelap sekakan tak memedulikan dunia. Lantas, Taeyong menyahut tanpa ragu, "Ibumu sudah tidur. Tapi masuklah."

Dalam hitungan mili detik pintu kayu itu terbuka lebar. Enami Asa dengan piyama merah mudanya beserta boneka hello kitty berdiri di daun pintu, mengulas cengiran lebar sampai kedua matanya menyipit sehingga Taeyong sekarang sedang menerka-nerka kejadian apa yang membuat anak kandungnya ini seperti sekarang.

"Aku ingin tidur bersama kalian."

Mendadak Taeyong tersedak ludahnya sendiri.

"Hah?" Taeyong melirik ranjang mereka yang kacau. Beberapa pakaian memang sudah Taeyong buang ke keranjang cucian di ujung kamar, termasuk lima pengaman yang dia gabungkan ke sana. Namun, sprei mereka ....

ini tidak menyenangkan.

Taeyong membasahi bibir, agak ragu, tetapi mulutnya yang sadis itu kembali bicara, "Ada sisa kami, yakin mau tidur di sini?"

Asa mengangguk sambil memeluk bonekanya erat, betulan tak peduli dengan apa yang sudah dilakukan dua orang dewasa di depannya. "Aku mulai bermimpi buruk lagi sampai rasanya sekarang mau menangis."

"Senyumanmu tidak menunjukkan kalau kau dalam kondisi seburuk itu," sahut Taeyong sinis, "duduklah di sofa terlebih dahulu. Aku akan mengganti spreinya."

Paranoia • jisyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang