05

374 71 8
                                    

"Apa maksudmu Taeyong tidak punya orang tua?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa maksudmu Taeyong tidak punya orang tua?"

"Ma'am, sesuai dengan data yang saya cari, memang benar beliau tidak memiliki orang tua. Riwayat pendidikannya juga tidak terdeteksi di data nasional."

"Apa dia tidak menjalani pendidikan formal dan home schooling sebagai gantinya?" Jisoo Kim mengelus dagu, mulai berpikir mengenai latar belakang temannya yang cukup menjadi anomali. Memang benar manusia tidak hanya bergantung pada pendidikan formal untuk mencapai posisi tinggi di sebuah perusahaan swasta seperti ini. Mungkin, kemampuan praktis dan manajerial Taeyong melebihi kapabilitas orang-orang pada umumnya. Bisnis pribadi itu mengandalkan kemampuan memang. Namun, tetap saja.

Lee Taeyong terlalu misterius dari yang Jisoo bayangkan.

Orang itu tahu segalanya, tetapi Jisoo kini disadarkan bahwa dia tidak memiliki informasi berguna sedikitpun mengenai orang tersebut.

Helaan napas Jisoo terdengar. Dia memalingkan wajah. Langit biru dan gedung-gedung pencakar di luar sana merebut atensi. Pada akhirnya ia belum memutuskan akan pergi ke negara mana lagi di saat kondisi mantan keluarganya kacau begini. Ian masih belum ada kabar. Tempat tinggal Jisoo di Manila juga mengalami kerusakan dan ia diberi kompensasi oleh agen properti, beruntung mereka sempat membuat klausul tentang kondisi properti sebelum Jisoo benar-benar akan menempatinya.

Ini menjengkelkan.

"Ma'am, haruskah saya carikan villa lain? Anda ingin pindah ke negara mana?" Karina yang berdiri di samping kursinya bertanya santun. Dalam hitungan detik, sebelah tangannya yang memegang tab bergerak aktif menggulir data dan mencari tempat tinggal baru untuk majikannya. "Saya sudah menandai dua puluh tempat di beberapa negara dengan mempertimbangkan medan lokasi dan keamanannya."

Jisoo menoleh malas saat Karina membungkuk sambil mengangsurkan tab tersebut.

Orang ini ... terlalu giat bekerja padahal situasi mereka saat ini tidak dalam keadaan sebaik itu.

"Lupakan," Jisoo mendengkus, "kita pergi kalau kondisi keluarga Yu membaik. Setidaknya untuk beberapa bulan ke depan kita tetap di sini."

Karina berkedip dua kali. Dengan ekspresi lempeng, asistennya itu bertanya, "Apa ada bajingan lintah yang mengancam Anda kemarin?"

"Tidak ada yang seperti itu." Jisoo memijat pelipisnya yang terasa berdenyut. Entah kenapa dia merasa insting perempuan yang selalu mengekorinya sejak dulu ini terlalu fantastis sampai terasa seperti cenayang. Kalau sampai Jisoo bilang dia sedikit diberi paksaan menyerempet ancaman dari Taeyong, Karina Yoo ini mungkin akan mendatangi Taeyong dan memberinya beberapa pukulan.

"Kau pergilah." Jisoo beranjak dari duduknya. Lantas dia melangkah pergi memasuki kamar. Masih pukul tiga sore. Sebagai perempuan yang sudah menganggur selama empat tahun tetapi tidak miskin-miskin, tidak ada aktivitas lain yang menarik perhatian Jisoo sekarang selain belanja. Dia ingin membeli sesuatu, tetapi kalau dia keluar sekarang, dia jadi teringat dengan saran Taeyong yang menyuruhnya untuk berdiam diri di apartemen saja. Lelaki itu menempatkan beberapa penjaga di sekitar gedung ini, jadi setidaknya Jisoo merasa aman.

Paranoia • jisyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang