14

298 62 5
                                        

Mengunjungi katedral itu hanya sebentar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mengunjungi katedral itu hanya sebentar. Taeyong tiba-tiba terpikirkan ingin segera pergi dari tempat itu dan dia mengunjungi pantai sebagai gantinya. Oleh sebab itu pula di siang yang mendung itu, dia berdiri di tepian pantai seraya menggenggam jas abu yang membuatnya merasa sesak. Kim Jisoo berada di sampingnya, mengukir senyuman cantik layaknya peri laut yang mempesona.

Taeyong merapatkan mulut mecoba tak mendengkus.

Padahal mereka sudah berpindah tempat, tetapi ingatan di katedral tadi mengenai Jisoo yang berseri-seri karena Ian akan kembali betulan membuatnya kesal setengah mati.

"Aku takut sekarang akan hujan," tutur Jisoo tiba-tiba, menoleh pada Taeyong dengan mata cokelat jernih. Taeyong balas menatapnya, enggan menjawab, tetapi melihat raut wajah cantik sosok di sampingnya ini membuatnya hanya mampu memalingkan wajah. Semua amarah dan perasaan buruk yang Taeyong rasakan musnah begitu saja hanya dalam sekali bertatapan dengan si wanita.

"Taeyong, bagaimana kalau nanti hujan?"

"Ya mau bagaimana lagi?" Taeyong menjawab malas. "Kalau hujan ya turun air."

"Kau pikir aku tidak tahu itu?"

"Kalau sudah tahu jangan tanya." Taeyong sepertinya benar-benar dibutakan rasa jengkelnya. Entah ini rasa kesal karena cemburu, atau dia kesal karena tak terima karena faktanya Kim Jisoo lebih bersemangat ketika hanya mendengar nama Ian saja, atau mungkin dia merasa kesal karena keduanya. Taeyong merasa seperti bajingan kekanakan. Padahal Taeyong sudah hidup selama puluhan tahun, tetapi kenapa juga dia merasa seperti bocah pubertas begini?

"Kau tiba-tiba sensitif." Jisoo mencebik. Wanita itu berinisiatif mengambil langkah lebih cepat dan meninggalkan Taeyong di belakangnya setelah menghentakkan kaki. "Dasar pria xxxxx bajingan xxxxx aku sumpahi kelaminmu mengalami xxxxxxxxx."

Kedua mata Taeyong melebar sempurna mendengar makian kasar itu. Helaan napasnya terdengar, di detik kemudian dia mengalah lalu mengejar Jisoo dan meraih tangannya. "Miss, kau sedang menstruasi, ya?"

"Tidak tahu!" balas Jisoo, kontan bersamaan dengan tangan Taeyong dia tepis. "Padahal aku hanya tanya prediksi hujan tapi kau malah bertingkah menyebalkan."

"Tapi, kan, aku tidak salah. Kalau hujan ya turun air?" Taeyong terkekeh lembut. Ah. Sial. Perempuan yang sekarang memonyongkan bibir dengan alis menekuk ini betulan membuat perasaannya campur aduk. Taeyong menyentuh pinggang Jisoo, meraihnya ke pelukan, lalu kepalanya membungkuk didekatkan pada ceruk leher perempuan ini sebelum akhirnya ia menghirup napas dalam. "Tapi aku minta maaf. Reaksimu lucu."

Taeyong menangkap jelas dengan mata kelabunya saat Kim Jisoo mendorong kepalanya menjauh. Heh. Lagi-lagi bibir wanita ini mengerucut. Taeyong jadi gatal ingin menyumpalnya dengan mulut Taeyong sendiri, tetapi kemudian dia sadar wanita ini betulan sedang dalam perasaan yang tidak bisa diajak bergurau, bisa-bisa bibir Taeyong berdarah dibuatnya. Oleh sebab itu pula Taeyong kemudian memilih menaruh sekat antara tubuh mereka, walau sebelah tanganya jadi mengambil lengan gadis itu yang bebas.

Paranoia • jisyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang