13| Can, save your sister

397 75 12
                                    

Mobil berhenti karena terjebak macet yang menyebabkan arus kendaraan sama sekali tidak bisa bergerak. Canny jadi lebih leluasa menatap pujaan hatinya itu. Dia tidak hanya melirik sekarang, melainkan benar-benar mengarahkan tubuh menghadap Ayon untuk menatapnya secara langsung.

Alunan lembut musik dari speaker mobil membuat suasana menjadi sedikit santai. Seperti penawar stres dari kemacetan yang mengadang. Ditambah wajah cantik yang lagi gue puja. Mana tangannya ngusap lembut tangan gue! Anjir! Beruntung banget gue bisa luluhin hati lo, Ay!

Setiap sore menjelang, waktu jam pulang kantor seperti ini adalah saat-saat ketika kemacetan menggila. Di luar, debu dan asap mengepul dari deretan kendaraan bermotor yang sedari tadi hanya bisa berjalan tersendat sedikit demi sedikit di jalan raya. Untungnya, embusan angin sejuk AC menjadi penawar suasana gerah di luar sana.

“Ay, macetnya parah banget, nih. Kita cari resto aja, yuk? Mampir makan sekalian nunggu macet berkurang.”

“Boleh, Nyu.” Ayon setuju. Kasihan juga Canny harus menyetir menembus kemacetan. Walaupun menggunakan mobil matic, tetapi konsentrasi menyetir dalam kemacetan yang panjang pasti melelahkan. Apalagi untuk Canny yang sudah terbiasa menggunakan sopir. Bocah SMA itu rela menembus padatnya lalu lintas kali ini demi menjemput tuan putri tercintanya yang baru saja pulang dari kuliah.

“Ayang mau makan apa?” Canny menyetir sambil menoleh ke kanan dan kiri. “Itu ada resto Jepang, steik, spageti, makanan Indo juga ada.” Di sepanjang jalan itu memang berjajar berbagai macam restoran dan tempat jajan. Sebagian besar tampak penuh. Terlihat dari mobil yang berbaris padat di tempat parkir masing-masing resto.

“Terserah. Apa aja oke.” Jawab Ayon, sedikit ngeri melihat bocah kecilnya sibuk menoleh hingga kurang memperhatikan jalanan di depannya.

Tadi saja dia terpaksa menginjak rem mendadak karena ada yang memotong di depan mobilnya. Tubuh Ayon sampai tersentak, untung tertahan sabuk pengaman. Canny langsung meminta maaf, merasa bersalah karena kurang berhati-hati. Pun, dia juga mendapat sentilan di telinganya dari si pacar.

“Ihh… Ay, pilih dong. Kamu maunya apa?” Canny berkeras agar Ayon yang memilih. Bakal repot jika dia yang menentukan. Seperti yang sudah-sudah, Ayon pada akhirnya hanya memesan minuman di resto pilihan Canny dengan dalih tidak selera dengan menunya. Padahal dia sendiri yang bilang terserah bukan? Itulah cewek!

“Aku ngikut aja, Nyu. Terserah.” Lagi-lagi kata keramat sebagai jawaban.

Canny mendengus. “Bisa nggak, langsung jawab pilihanmu aja gitu, Ay? Kalo terserah gitu, aku juga bingung. Kamu kan picky masalah makanan. Kamu mau makan apa sayangku cintaku, hm? Apapun yang ayang pilih, Unyu pasti doyan kok.”

Mata bulat Ayon pun berotasi, tak mau mendebat lagi, cepat-cepat Ayon menjawab. “Ck! Oke! Makanan Italia aja kalau gitu.”

“Ay ay, kapten!”

Sesuai pilihan sang pacar, mobil Canny berbelok ke sebuah restoran Italia. Pengunjungnya lumayan penuh, tetapi seperti biasa Canny selalu bisa mendapatkan tempat duduk terbaik.

Mereka berdua memesan spageti, carbonara untuk Ayon dan bolognese kesukaan Canny. Sembari menunggu makanan disiapkan, seorang waiter mengantarkan beberapa potong garlic bread hangat dalam wadah bambu. Aroma lembut bawang putih berpadu dengan mentega segera tercium.

“Laper banget gilak!” celetuk Canny sambil mengambil sepotong garlic bread. “Baru ingat dari pagi belum makan.”

Hah? Ayon terbelalak. “Dari pagi belum makan?!” ulangnya kaget. Stlak. Sentilan kali ini mendarat di kening lebar Canny. “Bandel banget kamu, Nyu! Nanti kalo kena maag, baru tahu rasa!”

ToGetHer | RuPhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang