5. Tekanan Keluarga

147 14 0
                                    

Hari-hari berikutnya, rutinitas Andrew dan Ethan di lapangan basket berlanjut dengan nuansa yang sedikit berbeda. 

Sejak mereka bermain bersama, hubungan mereka semakin akrab dan hangat. Andrew tidak hanya datang sebagai investor yang mengawasi tim, tetapi juga sebagai seorang teman yang ikut terlibat dalam aktivitas tim dan mendukung Ethan secara pribadi.

Setiap kali Andrew tiba di lapangan, Ethan selalu menyambutnya dengan senyum lebar dan semangat yang terpancar. 

Kadang-kadang, mereka mengulang permainan singkat seperti yang mereka lakukan sebelumnya. Ethan senang melihat Andrew menikmati kembali basket, dan Andrew merasa hidupnya menjadi lebih seimbang dengan adanya waktu-waktu seperti ini.

----

Suatu pagi yang cerah di kantornya, Andrew sedang fokus mengerjakan laporan keuangan ketika ponselnya berdering. Di layar, nama "Dad" muncul. Andrew tersenyum kecil, lalu mengangkat teleponnya.

"Halo, Dad. Ada apa?" tanya Andrew dengan nada santai.

"Andrew, kau sedang sibuk?" Suara tegas namun hangat dari ayahnya, Mr. Alexander Harris, terdengar di seberang sana. Mr. Alexander adalah sosok yang sangat dihormati di dunia bisnis, terutama dalam industri perhiasan. Perusahaannya dikenal luas dan memiliki reputasi yang sangat baik.

"Sedikit, tapi tidak terlalu padat. Apa yang bisa kubantu?" jawab Andrew sambil menyesuaikan duduknya.

"Aku ingin membicarakan sesuatu yang penting," jawab Mr. Alexander dengan nada serius. "Kau sudah 26 tahun, Andrew. Dan aku perhatikan, kau belum punya pasangan. Kau tahu, aku dan ibumu mulai khawatir."

Andrew menghela napas panjang, tahu ke mana arah pembicaraan ini akan menuju. "Dad, aku tahu kalian khawatir. Tapi aku belum terlalu memikirkan soal pasangan. Aku sedang sibuk dengan pekerjaan dan... yah, banyak hal lain."

Mr. Alexander mendesah. "Andrew, kau tahu bagaimana pentingnya memiliki seseorang di sampingmu. Aku hanya ingin kau bahagia, dan tentu saja, memiliki seorang istri juga penting dalam membangun masa depan yang stabil."

Andrew mencoba mengalihkan pembicaraan dengan nada bercanda. "Dad, kau tahu aku selalu sibuk. Mungkin aku belum menemukan orang yang tepat."

Namun, Mr. Alexander tidak begitu saja menyerah. "Kau harus mulai berpikir tentang masa depanmu, Andrew. Perusahaan ini, nama keluarga kita, semuanya memerlukan penerus. Kau adalah harapan kami. Ibumu juga berharap banyak darimu."

Percakapan itu berakhir dengan Andrew meyakinkan ayahnya bahwa dia akan memikirkan hal itu, meskipun dalam hatinya dia merasa terbebani. Andrew tahu bahwa ayahnya mengharapkan yang terbaik untuknya, tetapi tekanan untuk menemukan pasangan terasa semakin berat.

Beberapa hari kemudian, ketika Andrew sedang rapat dengan timnya, ponselnya kembali berdering. Kali ini, Mr. Alexander terdengar lebih mendesak daripada sebelumnya.

"Andrew, aku sudah memutuskan sesuatu," kata Mr. Harris dengan nada yang tidak bisa ditawar.

Andrew merasakan firasat buruk. "Bisakah kita bicara nanti Dad? Aku sedang rapat."

"Sebentar saja, nak."

"Aku telah berbicara dengan Mr. Thompson, pemilik perusahaan teknologi terbesar di kota ini. Putrinya, Isabella, adalah wanita yang cerdas dan anggun. Kalian berdua akan cocok. Aku ingin kau mempertimbangkan untuk menikah dengannya. Ini akan sangat baik bagi bisnis kita dan juga masa depanmu."

Andrew terdiam sejenak, merasa darahnya mendidih. "Dad, kau tidak serius, kan? Aku tidak akan menikah hanya untuk alasan bisnis!"

"Andrew, ini lebih dari sekadar bisnis. Isabella adalah wanita yang baik, dan hubungan kita dengan keluarga Thompson akan memperkuat posisi kita di dunia bisnis. Ini adalah kesempatan yang terlalu baik untuk dilewatkan."

Namun, Andrew tidak bisa menerima hal itu. "Tidak, Dad. Aku tidak akan menikahi seseorang yang bahkan tidak aku kenal atau cintai. Aku tidak ingin hidup seperti itu."

Mr. Harris menghela napas berat. "Andrew, kau tidak mengerti. Ini bukan hanya tentang perasaan, tapi juga tentang tanggung jawabmu kepada keluarga dan perusahaan."

"Aku mengerti, tapi aku punya hak untuk memilih hidupku sendiri, Dad. Aku akan menemukan seseorang yang aku cintai dan ingin bersamaku karena alasan yang benar, bukan karena bisnis."

Suasana menjadi tegang, dan Andrew bisa merasakan ketidaksetujuan di antara mereka. Namun, dia tetap teguh pada pendiriannya. Dia menolak untuk membiarkan ayahnya mengatur hidupnya, terutama dalam hal yang sangat pribadi seperti pernikahan.

Percakapan itu berakhir dengan ketidakpuasan di kedua belah pihak. Andrew merasa lega telah menyuarakan pendapatnya, tetapi juga menyadari bahwa dia harus menghadapi konsekuensi dari keputusannya. 

Dia tahu ayahnya tidak akan menyerah begitu saja, dan ini mungkin bukan terakhir kalinya mereka berbicara tentang hal ini.

Namun, di sisi lain, Andrew merasa semakin yakin bahwa dia harus mengejar apa yang benar-benar diinginkannya dalam hidup, dan bukan hanya memenuhi ekspektasi orang lain, termasuk ayahnya. 

Di tengah semua tekanan ini, pikirannya sering kembali ke Ethan, seseorang yang telah membawa warna baru dalam hidupnya tanpa ada paksaan atau tekanan dari siapa pun.

----To Be Continued...

My Boss BL {COMPLETED} ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang