Setelah makan malam mewah yang penuh kebahagiaan, Andrew dan Ethan memutuskan untuk berjalan-jalan sebentar di taman yang tidak jauh dari restoran. Malam itu langit cerah, bintang-bintang bersinar terang, dan angin malam yang sejuk membuat suasana terasa begitu tenang.
Mereka berdua berjalan berdampingan, menikmati keheningan malam. Andrew tiba-tiba berhenti di sebuah bangku taman yang terletak di bawah pohon besar, menghadap ke danau kecil yang memantulkan cahaya bulan. "Mari duduk sebentar," kata Andrew dengan lembut, menarik tangan Ethan ke arah bangku.
Mereka duduk berdampingan, berjarak dekat, dan Ethan merasa jantungnya berdetak lebih cepat. Suasana yang tenang dan intim membuat Ethan sedikit gugup, tetapi juga memberinya keberanian untuk berbicara dari hati.
"Andrew, terima kasih untuk hari ini. Aku benar-benar menikmati setiap momennya." kata Ethan dengan suara lembut.
Andrew menoleh, menatap dalam ke mata Ethan. "Aku juga, Ethan. Aku senang bisa menghabiskan waktu bersamamu." jawabnya dengan suara yang rendah dan hangat. Perlahan, Andrew meraih tangan Ethan yang tergeletak di pangkuannya, menggenggamnya dengan lembut.
Tangan mereka yang bertautan membuat Ethan merasakan kehangatan yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Andrew sedikit merapat, jarak di antara mereka hampir tak ada lagi. Ethan bisa merasakan napas Andrew yang hangat di pipinya.
Kemudian Andrew menyandarkan kepalanya di pundak Ethan.
"Ethan," bisik Andrew, menoleh dan menatap dalam ke mata Ethan, "Kau tahu, ada sesuatu yang ingin aku katakan sejak lama."
Ethan menahan napas, merasakan detak jantungnya semakin cepat. "Apa itu, Andrew?"
Andrew tersenyum lembut, lalu dengan perlahan mengangkat tangan Ethan ke bibirnya, memberikan ciuman ringan yang begitu lembut. "Aku rasa, aku jatuh cinta padamu, Ethan. Bukan hanya sebagai teman, tapi lebih dari itu."
Mata Ethan melebar, tak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. "Andrew..." katanya pelan, suara bergetar.
Andrew mendekatkan wajahnya, jarak mereka hanya beberapa inci. "Aku ingin kamu tahu, bahwa aku serius tentang ini. Kamu orang yang sangat berarti bagiku."
Tanpa berpikir panjang, Ethan bergerak maju, menghapus jarak di antara mereka. Bibir mereka bertemu dalam ciuman yang lembut dan penuh perasaan. Ciuman itu adalah ungkapan perasaan mereka yang sudah lama terpendam, dan akhirnya menemukan jalannya.
Ciuman itu tidak tergesa-gesa, penuh kehangatan dan ketulusan. Andrew mengangkat tangan untuk membelai wajah Ethan, merasakan kulitnya yang halus di bawah jari-jarinya. Ethan pun menutup matanya, membiarkan perasaan cinta yang mendalam menyelimuti mereka berdua.
Ketika ciuman mereka akhirnya terhenti, mereka tetap berdiam dalam pelukan satu sama lain. Andrew mengusap rambut Ethan dengan lembut, sementara Ethan menyandarkan kepalanya di dada bidang Andrew, mendengarkan detak jantungnya yang tenang dan menenangkan.
Malam itu, mereka tidak perlu banyak bicara lagi. Kebersamaan mereka, sentuhan, dan kehangatan satu sama lain sudah lebih dari cukup untuk menyampaikan semua perasaan yang ada di dalam hati mereka. Di bawah langit malam yang dipenuhi bintang, mereka merasakan cinta yang tumbuh semakin kuat, sebuah awal dari sesuatu yang lebih indah dan dalam di antara mereka.
Setelah beberapa saat, Andrew memecah keheningan dengan suara yang lembut, hampir seperti bisikan. "Ethan, malam ini... mau tidur di rumahku?" tanyanya sambil menatap dalam ke mata Ethan.
Ethan sedikit terkejut mendengar pertanyaan itu. Matanya melebar sejenak, dan ada kilauan harapan serta kebahagiaan yang jelas terlihat di sana. "Serius?" tanyanya dengan suara yang sedikit ragu, namun ada antusiasme yang tak bisa ia sembunyikan.
Andrew tertawa kecil melihat ekspresi Ethan yang begitu polos dan menggemaskan. "Tentu saja boleh, Ethan. Apa sih yang nggak boleh buat kamu?" jawabnya dengan nada bercanda, sambil mengusap pipi Ethan dengan ibu jarinya.
Ethan tersenyum lebar, merasa hatinya begitu hangat. "hehe, jadi malu aku kak." jawabnya dengan jujur, merasa begitu beruntung bisa bersama dengan Andrew malam itu.
Andrew kemudian meraih tangan Ethan, menggenggamnya erat seakan memastikan bahwa Ethan tahu betapa berharganya dia. "Ayo kita pulang, Ethan," ajak Andrew dengan lembut, lalu berdiri dan menarik Ethan untuk ikut berdiri bersamanya.
Mereka berjalan menuju mobil Andrew, tangan mereka tetap saling menggenggam. Di dalam mobil, suasana terasa begitu nyaman dan tenang. Ethan merasa sangat senang dan sedikit bersemangat, sementara Andrew tak bisa berhenti tersenyum melihat Ethan yang begitu bahagia.
Setibanya di rumah Andrew, mereka masuk ke dalam rumah yang luas dan nyaman. Andrew menuntun Ethan ke ruang tamu, lalu berkata, "Anggap saja ini rumahmu sendiri. Aku akan siapkan sesuatu yang hangat untuk diminum."
Ethan mengangguk dan mulai merasa lebih santai. Andrew pergi ke dapur, menyiapkan dua cangkir teh hangat. Setelah kembali, mereka duduk di sofa bersama, menikmati minuman mereka sambil terus berbicara dengan santai.
----To Be Continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boss BL {COMPLETED} ✅
RomansaEthan Miller, seorang pemain basket ceria dan penuh semangat, memiliki kehidupan yang sederhana tapi memuaskan sebagai bagian dari tim basket yang sedang berkembang. Di luar lapangan, kafe kecil di sudut kota adalah tempat favoritnya untuk bersantai...