16. Pertemuan

81 11 0
                                    

Pagi telah tiba, sinar matahari masuk perlahan melalui jendela, membanjiri kamar dengan cahaya hangat yang lembut. Andrew membuka matanya lebih dulu, merasakan kehadiran Ethan yang masih tertidur pulas di dadanya. Alih-alih bangun, Andrew memutuskan untuk tetap berbaring, menikmati momen tenang ini.

Dia menatap kepala kecil Ethan yang bersandar dengan nyaman di dadanya. Senyum tipis terukir di wajah Andrew saat ia dengan lembut mengelus rambut Ethan, merasakan kehalusan dan kehangatan dari rambutnya. Andrew merasa damai, dan dalam gumamannya yang pelan, dia berbicara kepada dirinya sendiri, "Betapa indahnya pagi ini, denganmu di sisiku."

Tak lama kemudian, Ethan mulai bergerak pelan, mengeluarkan suara manja saat dia menggeliat, mencoba untuk lebih nyaman di dalam pelukan Andrew. Matanya terbuka sedikit demi sedikit, dan dia menatap Andrew dengan senyuman malas.

"Pagi," kata Andrew dengan suara lembut dan penuh kasih.

"Pagi, Kak," jawab Ethan dengan suara serak namun manis, masih setengah mengantuk. Dia tersenyum lemah dan kemudian menarik Andrew lebih dekat, memeluknya erat seolah tidak ingin melepasnya.

Mereka berdua saling berpelukan kembali, menikmati kehangatan satu sama lain. Tak ada desakan untuk segera bangun, karena hari ini adalah hari Minggu, dan mereka tidak punya kewajiban untuk bergegas memulai hari. Keduanya memilih untuk tetap malas-malasan di tempat tidur, merasakan kenyamanan dan kebahagiaan yang jarang mereka dapatkan di tengah-tengah kesibukan sehari-hari.

Andrew menyadari betapa berartinya momen-momen sederhana seperti ini, di mana tidak ada yang perlu mereka lakukan kecuali menikmati kebersamaan. "Hari ini santai aja, ya. Kita bisa habiskan waktu di rumah atau mungkin jalan-jalan kalau kamu mau," kata Andrew dengan senyum lembut.

Ethan mengangguk pelan, masih bersandar di dada Andrew. "Hm." jawabnya dengan mata yang masih terpejam, menikmati kehangatan dari tubuh Andrew.

Mereka pun terus berbaring bersama, membiarkan waktu berlalu dengan perlahan, menikmati momen pagi yang penuh kedamaian dan kehangatan.

Sampai tiba-tiba...

Suara ponsel Andrew berbunyi, memecah keheningan pagi yang tenang. Andrew merasa sedikit enggan untuk bangkit dari tempat tidur, tapi dia tahu dia harus mengambil teleponnya.

Dengan lembut, dia meraih ponselnya yang terletak di meja samping tempat tidur dan melihat layar yang menampilkan nama ayahnya. Andrew menghela napas sebelum mengangkat teleponnya, dan segera terdengar suara ayahnya di ujung telepon.

"Andrew, selamat pagi. Aku dan ibumu sudah merencanakan pertemuan hari ini. Kami ingin kamu bertemu dengan wanita yang telah kami jodohkan untukmu, Isabella. Mereka akan datang ke rumah kita siang ini," kata ayahnya dengan nada serius namun penuh perhatian.

Andrew merasa sedikit tertekan, namun dia berusaha tetap tenang. "Pagi, Ayah. Aku baru saja bangun, apa pertemuannya harus hari ini? Aku memiliki beberapa urusan pribadi yang harus diurus." Andrew merasa tidak ingin pergi, karena dia ingin menghabiskan waktunya dengan Ethan. 

Ayahnya terdengar sedikit tertekan di ujung telepon. "Andrew, pertemuan ini sangat penting. Isabella dan keluarganya sudah mengatur semuanya, dan ini adalah kesempatan besar untuk mempererat hubungan bisnis antara kedua keluarga kita. Aku harap kamu bisa menghargai ini."

Andrew menghela napas, merasakan perasaan berat di dadanya. "Aku mengerti, Ayah. Tapi aku juga punya hal penting yang sedang aku jalani sekarang."

"Ini adalah tanggung jawabmu," jawab ayahnya dengan nada serius. "Keluargaku berharap kamu datang, dan aku yakin kamu bisa menyeimbangkan semuanya. Jangan lupa bahwa ini adalah bagian dari peranmu sebagai anggota keluarga. Temui aku dirumah jam 10 pagi."

Setelah mengakhiri panggilan, Andrew menatap Ethan yang masih berbaring di sampingnya, tampak kebingungan dan sedikit khawatir.

Mungkin aku bisa berbicara dengan keluarga Isabella dan Ayah dengan baik melalui kesempatan ini, aku akan menjelaskan hubunganku sekarang dengan Ethan kepada mereka. Batin Andrew...

"Ethan, aku baru saja menerima telepon dari ayahku. Mereka ingin aku bertemu dengan wanita yang sudah dijodohkan untukku dan keluarganya hari ini. Aku perlu pergi, supaya aku bisa menjelaskan situasi kita sekarang. Aku benar-benar tidak ingin dijodohkan." kata Andrew dengan nada sedikit berat.

Setelah mendengar pengakuan Andrew, Ethan terlihat terkejut dan sedikit kebingungan. Dia tidak pernah tahu bahwa Andrew telah dijodohkan dengan seorang wanita, dan berita itu terasa mengejutkan baginya. Namun, setelah beberapa saat merenung, Ethan menyadari betapa pentingnya bagi Andrew untuk menghadapi situasi ini secara terbuka.

Ethan mengangguk, mencoba memberikan dukungan penuh. "Kak, aku kaget kalo kakak ternyata harus dijodohkan. Tapi aku setuju dengan keputusanmu. Kamu harus menjelaskan situasi kita dan memperjuangkan hubungan kita."

Dia menggenggam tangan Andrew dengan lembut, mencoba memberikan ketenangan di tengah ketegangan. "Jangan khawatir, Kak. Apapun yang terjadi, aku akan ada di sini buat kakak. Kakak harus berbicara dengan jujur dan terbuka. Aku yakin semuanya akan berjalan dengan baik."

Andrew merasa lebih tenang setelah mendengar kata-kata Ethan. "Terima kasih atas pengertian dan dukunganmu. Itu sangat berarti bagiku."

----To Be Continued...

My Boss BL {COMPLETED} ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang