Sejak percakapan dengan ayahnya, Andrew terbenam dalam pekerjaan yang semakin menumpuk di kantornya. Proyek-proyek baru, pertemuan dengan klien, dan negosiasi bisnis membuat hari-harinya semakin padat.
Waktu berjalan begitu cepat, hingga Andrew sering kali baru menyadari bahwa hari telah berganti ketika malam sudah larut.
Andrew bahkan mulai membawa pakaian ganti dan beberapa kebutuhan pribadi ke kantornya, mempersiapkan diri untuk bermalam di sana.
Tekanan pekerjaan dan tanggung jawab yang dibebankan padanya oleh ayahnya semakin membuatnya tenggelam dalam kesibukan, hingga dia tidak lagi sempat membuka ponsel pribadinya.
Di sisi lain, Ethan merasa ada sesuatu yang aneh. Andrew yang biasanya rutin datang ke lapangan basket kini tidak lagi muncul.
Awalnya, Ethan mencoba untuk berpikir positif, mungkin Andrew sedang sibuk dengan urusan kantor. Ethan mencoba menghubungi Andrew beberapa kali melalui pesan singkat, berharap mendapatkan balasan atau setidaknya jawaban yang bisa menenangkannya.
Namun, ketika pesan-pesannya tidak dibalas dan Andrew tidak kunjung muncul, Ethan mulai merasa cemas dan khawatir.
Foto profilenya juga tiba-tiba menghilang, apa aku di blokir ya? Batin Ethan...
Ethan mulai merasa perasaan cemasnya berubah menjadi kecurigaan. Pikiran negatif mulai merayap masuk ke dalam benaknya. Apakah Andrew telah melupakan dirinya? Atau mungkin Andrew sudah menemukan seseorang yang lebih penting daripada dirinya?
Pikiran-pikiran itu membuat Ethan semakin gelisah, dan ia tidak bisa menghindari perasaan takut kehilangan Andrew.
Sementara itu, Andrew tidak menyadari bahwa ponsel pribadinya sudah lama tidak ia sentuh. Ponsel itu tergeletak di meja kantornya, terkubur di bawah tumpukan berkas-berkas dan laporan yang harus diselesaikan.
Andrew tidak memiliki banyak teman, maka dari itu ponsel pribadinya jarang sekali dia gunakan.
Isi kontaknya hanya...
Mom, Dad, dan..
Ethan.
Karena ponselnya pernah hilang sekali, jadi seluruh kontak temannya hilang, dan tidak ada juga yang menanyakan kabarnya.
Setiap kali ponselnya berdering, itu selalu ponsel bisnisnya yang memanggil, menuntut perhatiannya tanpa henti.
Andrew merasa lelah secara fisik dan emosional, tetapi ia terus memaksakan diri untuk bekerja, tanpa menyadari bahwa jarak yang dibangun oleh kesibukannya telah membuat Ethan merasa terabaikan.
Telepon dan pesan dari klien, investor, dan rekan bisnis datang silih berganti, menambah tekanan pada Andrew hingga membuatnya tidak memiliki waktu atau energi untuk hal lain.
Di malam-malam yang sepi di kantor, ketika hanya ada bunyi kipas pendingin ruangan dan cahaya dari layar komputer, Andrew terkadang merasa ada sesuatu yang hilang.
Namun, dia terlalu tenggelam dalam pekerjaannya untuk menyadari bahwa yang hilang itu adalah hubungan yang perlahan mulai dia bangun dengan Ethan.
Hari demi hari berlalu, dan Andrew semakin terisolasi dalam dunianya yang penuh dengan angka, kontrak, dan kesepakatan bisnis. Ethan, di sisi lain, semakin larut dalam kebingungan dan rasa sakit hati. Tidak ada kabar dari Andrew, tidak ada penjelasan, hanya keheningan yang membingungkan.
Malam itu, setelah latihan, Ethan duduk sendirian di bangku penonton, memandangi lapangan yang kosong. Ia merasakan perasaan kehilangan yang mendalam, seperti ada sesuatu yang penting yang hilang dari hidupnya.
Pikiran tentang Andrew terus menghantuinya, dan Ethan tidak tahu harus bagaimana menghadapinya.
"Kenapa kau meninggalkanku begitu saja, Andrew?" gumam Ethan pada dirinya sendiri, merasa dadanya sesak oleh perasaan yang bercampur aduk. Meskipun dia ingin marah atau kecewa, yang lebih dominan adalah perasaan rindu yang mendalam terhadap Andrew.
Andrew, di sisi lain, belum menyadari dampak dari keputusannya untuk tenggelam dalam pekerjaan. Telepon di mejanya berdering lagi, dan Andrew segera mengangkatnya, tanpa tahu bahwa di ponsel pribadinya, ada seseorang yang menunggunya dengan hati yang penuh kecemasan.
----To Be Continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boss BL {COMPLETED} ✅
RomanceEthan Miller, seorang pemain basket ceria dan penuh semangat, memiliki kehidupan yang sederhana tapi memuaskan sebagai bagian dari tim basket yang sedang berkembang. Di luar lapangan, kafe kecil di sudut kota adalah tempat favoritnya untuk bersantai...