Esok harinya, Ethan dan timnya menjalani latihan seperti biasa di lapangan yang kini telah menjadi tempat latihan rutin mereka. Dengan perlombaan besar yang akan diadakan oleh yayasan bola basket resmi dalam tiga bulan mendatang, setiap sesi latihan terasa semakin penting.
Mereka semua berusaha keras, memfokuskan diri pada strategi dan keterampilan yang diperlukan untuk tampil maksimal.
Hari itu, lapangan latihan terasa lebih hidup daripada biasanya. Pelatih mereka, Coach Hendra, berdiri di pinggir lapangan, memberikan instruksi dan motivasi kepada tim.
Ethan, yang memimpin salah satu sesi latihan, tampak penuh semangat dan energik. Dia tidak bisa mengabaikan rasa antusiasme yang membara di dalam dirinya, berharap bisa menunjukkan kemajuan tim mereka.
Tiba-tiba, pintu masuk lapangan terbuka, dan Andrew Harris memasuki ruangan. Andrew, yang mengenakan setelan kasual tetapi tetap bergaya, langsung menarik perhatian.
Dia berjalan ke tempat duduk penonton, yang terletak di sisi lapangan, dan duduk dengan posisi strategis untuk mengawasi latihan. Ruang latihan ini, meskipun kecil, memiliki suasana yang mirip dengan stadion, dengan kursi penonton yang mengelilingi lapangan.
Melihat Andrew tiba, Coach Hendra segera meninggalkan lapangan dan mendekati bangku penonton tempat Andrew duduk. Mereka saling berjabat tangan, dan Coach Hendra memulai percakapan dengan Andrew, menjelaskan beberapa hal tentang tim dan latihan mereka.
Ethan, yang sedang berlari di lapangan dan menjalani latihan intens, tidak bisa mengabaikan kehadiran Andrew. Ketika dia melirik ke arah bangku penonton, dia melihat Andrew duduk dengan tenang, matanya mengamati setiap gerakan di lapangan.
Ethan tidak bisa melihat wajah Andrew dengan jelas, dia hanya tau bahwa itu mungkin adalah investor timnya yang suka di bicarakan oleh teman-temannya.
Bersamaan dengan Coach Hendra, Andrew tampak mendengarkan dengan penuh perhatian saat pelatih menjelaskan strategi dan kemajuan tim.
Saat Ethan melanjutkan latihan, dia merasa sedikit gugup. Melihat Andrew di sana membuatnya merasa tertekan, tetapi juga termotivasi untuk menunjukkan kemampuan terbaiknya.
Dia berusaha fokus, menyusun gerakan dan taktik dengan lebih hati-hati, memastikan bahwa setiap latihan berjalan dengan sempurna.
Setelah beberapa waktu, Coach Hendra kembali ke lapangan dan mendekati Ethan, memberikan beberapa instruksi tambahan. "Ethan, kita perlu memastikan bahwa semua pemain mengikuti strategi dengan benar. Andrew Harris ada di sini hari ini, dan ini adalah kesempatan kita untuk menunjukkan kemajuan kita."
Ethan mengangguk, merasa semangatnya meningkat. "Pasti, Coach. Kami akan memberikan yang terbaik."
Latihan berlanjut dengan intensitas yang meningkat. Ethan dan timnya bekerja keras, berlatih dengan penuh perhatian dan dedikasi. Mereka mengulangi latihan yang sama berulang kali, mencoba mencapai kesempurnaan dan memastikan setiap gerakan sesuai dengan strategi yang telah mereka pelajari.
Andrew, di sisi lain, mengamati dengan penuh perhatian. Meskipun dia tidak banyak berbicara, ekspresi wajahnya menunjukkan bahwa dia benar-benar memperhatikan setiap detail. Kadang-kadang, dia mencatat sesuatu di buku catatannya, sepertinya mengamati kemajuan dan kekuatan tim.
Ketika latihan hampir selesai, Andrew berdiri dari kursi penontonnya dan mendekati lapangan. Ethan, yang sedang menyelesaikan sesi latihannya, melihat Andrew mendekat dan merasa sedikit cemas tetapi juga berharap bisa mendapatkan umpan balik yang konstruktif.
Setelah latihan berakhir, Andrew mendekati Ethan dan Coach Hendra. "Latihan hari ini sangat impresif," katanya dengan nada serius tetapi hangat. "Aku bisa melihat usaha dan dedikasi dari setiap anggota tim."
Loh? Bukankah dia pria yang aku temui di kafe kemarin? Ternyata dia adalah Andrew Harris, Batin Ethan.
Ethan merasa lega dan senang mendengar pujian itu. "Terima kasih, Mr. Harris. Kami semua bekerja keras untuk mempersiapkan perlombaan mendatang."
Andrew mengangguk. "Aku melihat kemajuan yang signifikan. Aku juga senang dengan semangat dan kerja keras yang kalian tunjukkan. Aku percaya kalian akan siap untuk menghadapi perlombaan nanti."
Coach Hendra juga memberikan penilaian positif. "Terima kasih atas dukungan Anda, Mr. Harris. Kami akan terus berlatih dan berusaha memberikan yang terbaik."
Setelah pertemuan singkat itu, Andrew mengucapkan selamat tinggal dan meninggalkan lapangan. Ethan dan timnya merasa lebih percaya diri setelah mendapatkan dukungan dan pujian dari Andrew. Momen ini menjadi dorongan tambahan bagi mereka untuk terus berlatih dengan semangat yang lebih besar.
----To Be Continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boss BL {COMPLETED} ✅
RomansaEthan Miller, seorang pemain basket ceria dan penuh semangat, memiliki kehidupan yang sederhana tapi memuaskan sebagai bagian dari tim basket yang sedang berkembang. Di luar lapangan, kafe kecil di sudut kota adalah tempat favoritnya untuk bersantai...