8. Suara yang Menyentuh Hati

129 15 0
                                    

Keesokan paginya, Ethan terbangun dengan perasaan berat. Malam itu dia tidur dengan gelisah, dihantui oleh kerinduan dan kebingungan yang semakin mencekam.

Saat dia memeriksa ponselnya, terlihat ada panggilan tak terjawab dan sebuah pesan suara dari Andrew. Hatinya berdebar-debar, terhimpit antara harapan dan ketakutan.

Dengan tangan yang sedikit gemetar, Ethan menekan ikon pesan suara dan mendengarkan. Suara Andrew yang akrab terdengar, namun kali ini berbeda—penuh dengan penyesalan dan kesedihan.

"Ethan, ini Andrew. Maaf... maafkan aku. Aku tidak tahu apa yang harus kukatakan, tapi aku sangat menyesal karena mengabaikanmu selama ini. Aku terlalu sibuk dengan pekerjaanku dan... aku benar-benar minta maaf. Tolong beri aku kesempatan untuk menjelaskan semuanya. Aku ingin bertemu denganmu dan bicara. Kuharap kau masih mau mendengarku. Tolong, hubungi aku kembali."

Suara Andrew yang terdengar tulus itu mengguncang hati Ethan. Matanya mulai memanas, dan tanpa dia sadari, air mata mulai menggenang di sudut matanya.

Pesan itu terasa begitu dalam, mengingatkan Ethan pada semua kekhawatiran, ketakutan, dan rasa sakit yang dia rasakan selama sebulan terakhir.

Dia menghapus air mata yang mulai jatuh di pipinya, mencoba menenangkan diri, tapi emosi yang membuncah membuatnya sulit untuk berpikir jernih.

Andrew memang terdengar sangat menyesal dan ingin memperbaiki keadaan, namun luka karena diabaikan begitu lama masih terasa jelas di hati Ethan. Dia tidak bisa mengabaikan perasaan sakit dan kesepian yang dia alami saat Andrew menghilang tanpa penjelasan.

Ethan mematikan pesan suara itu dan duduk diam di tempat tidurnya. Pikirannya berkecamuk. Dia merasa senang akhirnya mendengar kabar dari Andrew, tetapi di sisi lain, dia juga takut membuka kembali pintu yang mungkin hanya akan menambah luka di hatinya.

Ethan bingung, padahal Andrew hanya sekedar teman yang tiba-tiba hadir di tengah kehidupannya. Tapi... Mengapa begitu sakit rasanya?

Sebenarnya... Siapakah dia di mata Andrew? Apa hanya sekedar teman bermain juga?

"Apa yang harus kulakukan?" bisik Ethan pada dirinya sendiri, merasa bimbang dan lelah. Di satu sisi, dia merindukan Andrew dan ingin mendengar penjelasannya, tapi di sisi lain, dia tidak ingin terluka lagi.

Pikiran Ethan terus berputar, mengingat setiap momen yang telah mereka lewati bersama. Senyuman Andrew, perhatian yang dia tunjukkan saat mereka pertama kali bertemu, dan cara dia selalu membuat Ethan merasa nyaman. Semua kenangan itu membanjiri pikirannya, membuat hatinya semakin kacau.

Setelah beberapa saat, Ethan akhirnya mengambil napas dalam-dalam dan memutuskan untuk bertindak. Dia tahu bahwa dia tidak bisa terus berada dalam ketidakpastian ini.

Jika dia ingin menemukan jawaban, dia harus berbicara dengan Andrew, meskipun itu berarti membuka kembali luka yang belum sepenuhnya sembuh.

Ethan meraih ponselnya lagi, jemarinya bergerak di atas layar saat dia mengetik pesan balasan untuk Andrew.

Ethan: "Kak Andrew, aku udah denger pesan suaramu. Aku ngga tahu harus berkata apa... Tapi kalo kamu benar-benar mau bicara, kita bisa bertemu. Katakan kapan kau punya waktu."

Pesan itu terasa seperti beban yang lepas dari bahunya. Ethan tahu bahwa keputusan untuk bertemu dengan Andrew bukanlah hal yang mudah, tetapi dia tidak bisa terus hidup dalam bayangan ketidakpastian.

Dia menatap layar ponselnya, menunggu dengan cemas balasan dari Andrew, sementara perasaannya bergejolak antara harapan dan ketakutan.

Waktu terasa berjalan lambat saat Ethan menunggu jawaban, tetapi di dalam hatinya, dia tahu bahwa ini adalah langkah pertama untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi antara dirinya dan Andrew.

Sebuah langkah yang, meskipun penuh dengan ketidakpastian, mungkin bisa membawa mereka pada penyelesaian yang selama ini dia cari.

----To Be Continued...

My Boss BL {COMPLETED} ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang