17. Menunggu

65 12 0
                                    

Kemudian, dengan lembut, dia mencium bibir Ethan, sebuah ciuman yang penuh dengan kasih sayang dan pengertian. "Aku harus segera mandi dan siap-siap sekarang. Kamu bisa tetap di sini menunggu ku datang atau kemana terserah kamu. Aku akan menelpon nanti setelah semuanya selesai."

Ethan membalas ciuman itu dengan lembut, merasakan kehangatan dan kedekatan yang mendalam. "Oke, Kak. Semoga semuanya berjalan lancar. Aku akan siap menunggu kabar darimu."

Andrew tersenyum penuh harapan sebelum menuju kamar mandi. Sementara itu, Ethan memutuskan untuk tetap di rumah dulu, merasa lebih tenang setelah berbicara dengan Andrew. Dia berharap agar pertemuan tersebut berjalan dengan baik dan berharap bisa segera mendengar kabar dari Andrew.

----

Andrew telah pergi...

Sambil menunggu, Ethan memutuskan untuk memanfaatkan waktu dengan bersantai di rumah, mencoba menenangkan pikirannya. Dia tahu bahwa situasi ini sangat penting bagi Andrew, dan dia berdoa agar semuanya bisa diatasi dengan baik.

Saat sedang bermain ponsel, tiba-tiba dia teringat perlombaan basket yang akan diadakan dalam satu bulan lagi. Meskipun dia sudah sangat lihai dalam bermain basket, dia menyadari pentingnya terus berlatih agar dapat tampil maksimal dan meraih juara.

Dengan semangat, Ethan memutuskan untuk tidak hanya menunggu kabar dari Andrew di rumah. "Daripada nganggur di sini, lebih baik aku pergi ke lapangan untuk berlatih," pikirnya. Dia merasa bahwa latihan tambahan bisa membantunya tetap fokus dan memanfaatkan waktu yang ada dengan baik.

Ethan bergegas mempersiapkan diri, dia mencari baju yang bisa digunakan di lemari Andrew dan menemukan baju basket milik Andrew di sela-sela laci. Ethan mengambilnya dan mengenakan baju itu. Dia keluar dari rumah Andrew dan menuju ke lapangan basket tempat dia sering berlatih.

Sesampainya di lapangan, Ethan mulai melakukan pemanasan dan berlatih dengan penuh energi. Kemudain mengambil bola basket yang disediakan di lapangan.  

Ia fokus pada teknik dan keterampilan bermain basketnya, melakukan latihan tembakan, dribbling, dan berbagai latihan fisik untuk menjaga kebugarannya.

Sementara itu, di rumah Andrew, Ethan meninggalkan pesan singkat untuk Andrew: "Aku pergi ke lapangan basket untuk berlatih. Aku akan menunggu kabar darimu setelah kamu selesai dengan urusanmu. Semoga semuanya berjalan lancar."

Selama berlatih, Ethan merasa lebih tenang dan terfokus. Latihan ini membantunya melepaskan ketegangan dan merasa lebih produktif. Dia berharap bisa mendapatkan kabar baik dari Andrew segera dan melanjutkan waktu berkualitas bersama orang yang dicintainya setelah semuanya selesai.

----

Dirumah Mr. Alexander...

Setelah Andrew tiba di rumah ayahnya, dia disambut oleh Bibi Anne, pembantu rumah tangga yang sudah lama bekerja untuk keluarga mereka. "Selamat datang, Tuan Muda," sapa Bibi Anne dengan ramah. "Tuan dan nyonya sudah menunggu di lantai 2."

Andrew mengangguk, mengucapkan terima kasih kepada Bibi Anne, dan segera menuju ke lantai 2. Sambil menaiki tangga, pikirannya berkisar pada apa yang akan terjadi selama pertemuan ini dan bagaimana dia akan menjelaskan situasinya kepada ayah dan ibunya serta Isabella.

Sesampainya di lantai 2, Andrew memasuki ruang tamu utama di mana ayahnya, Mr. Alexander dan ibunya, Mrs. Eleanor sudah menunggu dengan tampilan serius namun ramah. Mr. Alexander adalah pria berusia paruh baya dengan sikap tegas dan karismatik, mengenakan setelan bisnis yang rapi.

Sedangkan Mrs. Eleanor adalah seorang wanita elegan di usia pertengahan lima puluhan, namun tetap terlihat muda dan mempesona. Rambutnya yang berwarna cokelat gelap disanggul rapi, memberikan kesan klasik yang anggun. Dia mengenakan gaun panjang berwarna krem dengan detail renda halus di bagian leher dan lengan, menunjukkan selera fashion yang tinggi.

"Selamat datang, Andrew," kata Mr. Alexander sambil berdiri untuk menyambut anaknya. "Aku senang akhirnya kamu datang. Isabella dan keluarganya juga sudah ada di sini."

Andrew menyapanya dengan hormat dan sedikit canggung. "Pagi, Ayah, ibu."

Mr. Alexander menunjukkan kursi di sebelah meja yang sudah diatur untuk pertemuan. "Sini duduk. Pertemuannya akan segera dimulai. "

Andrew duduk dengan penuh perhatian, berusaha menenangkan diri dan mempersiapkan apa yang akan dia katakan. Beberapa saat kemudian, pintu terbuka dan Isabella bersama orang tuanya masuk ke ruangan. Isabella tampak anggun dalam gaun formalnya, dan kedua orang tuanya juga terlihat serius namun ramah.

"Selamat pagi, Tuan dan Nyonya Thompson," sapa Mr. Alexander dengan sopan. "Terima kasih telah datang. Izinkan aku memperkenalkan anakku, Andrew."

Andrew berdiri dan memberikan salam kepada Isabella dan keluarganya. "Selamat pagi, Isabella. Selamat pagi, Pak dan Bu Thompson. Terima kasih sudah bersedia bertemu hari ini."

Isabella memberikan senyuman yang lembut. "Selamat pagi, Andrew. Terima kasih atas undangannya."

Setelah perkenalan singkat, pertemuan pun dimulai. Andrew tahu bahwa dia harus berbicara dengan jujur mengenai situasinya, berharap untuk menemukan jalan tengah yang dapat diterima semua pihak.

----To Be Continued...

My Boss BL {COMPLETED} ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang