Sejak kunjungannya yang penuh perhatian itu, Andrew Harris mulai rutin mampir ke lapangan basket setiap hari setelah pulang kerja. Setiap sore, dia akan tiba di kompleks olahraga, sering kali tepat saat latihan tim dimulai.
Andrew menemukan kenyamanan dalam menyaksikan para pemain basket berlatih dengan penuh semangat, dan kehadiran mereka mengingatkan dia pada masa remajanya yang penuh energi dan keceriaan.
Di masa lalu, Andrew sangat mahir dalam bermain basket. Dia pernah menjadi salah satu pemain andalan di tim sekolahnya, tetapi tanggung jawab sebagai pengusaha yang sukses telah menyita sebagian besar waktunya.
Kini, meskipun dia tidak lagi bermain, dia menemukan kepuasan dalam menyaksikan anak-anak muda mengembangkan keterampilan mereka dan mencapai potensi penuh mereka di lapangan.
Setiap kali Andrew datang, Ethan dan timnya sudah terbiasa dengan kehadiran pria misterius itu. Andrew akan duduk di bangku penonton dengan tenang, matanya tertuju pada lapangan. Terkadang, dia menyaksikan dengan penuh perhatian, sementara di lain waktu, dia mencatat beberapa hal di buku catatannya.
Ethan selalu memperhatikan Andrew dari lapangan, merasa terinspirasi oleh ketulusan dan konsistensi kehadirannya.
Pada suatu sore yang cerah, Andrew seperti biasa datang ke lapangan basket setelah pulang kerja. Namun, saat dia tiba, dia mendapati bahwa seluruh tim sudah pulang.
Lapangan yang biasanya ramai dengan aktivitas kini tampak sepi, hanya tersisa Ethan yang masih berlatih seorang diri.
Andrew merasa terkejut namun juga terkesan melihat dedikasi Ethan.
Dengan hati-hati, Andrew mengambil tempat duduk di bangku dekat dengan lapangan, berusaha tidak mengganggu latihan Ethan.
Dia duduk dengan tenang, memperhatikan Ethan yang tampak sangat fokus pada latihan terakhirnya. Ethan terlihat serius, berlatih dengan gerakan yang cepat dan penuh semangat, seolah dia sedang menghadapi tantangan besar.
Sekitar 15 menit berlalu, Ethan akhirnya memutuskan untuk melakukan tembakan dari jarak jauh. Dia memusatkan perhatian penuh pada ring basket, berusaha mencetak angka dengan akurasi sempurna.
Tanpa disadari, saat dia mengangkat bola dan mempersiapkan tembakan, matanya secara tidak sengaja melirik ke arah bangku di belakangnya.
Melihat sosok Andrew yang duduk di sana, Ethan terkejut. Dia tidak menyangka ada orang yang mengawasinya, dan dalam kekagetan itu, tembakannya meleset. Bola basket yang meleset mengenai pinggiran ring, memantul kembali ke arah Ethan dan mengenai kepalanya dengan lembut.
Kejadian itu membuat Ethan terhuyung sejenak sebelum akhirnya dia tertawa kecil, merasa canggung dan malu. Andrew, yang menyaksikan kejadian itu, tidak bisa menahan tawa.
Suaranya yang ringan dan ceria mengisi ruang lapangan yang sepi, menambah kesan lucu pada situasi tersebut.
Ethan menoleh ke arah Andrew dengan ekspresi malu-malu. "Aduh, apa kau melihat itu?"
Andrew masih tersenyum, matanya berkilau dengan humor. "Tentu saja. Aku tidak bisa menghindar dari momen yang lucu seperti itu."
Ethan mendekati bangku, mencoba untuk menutupi rasa malunya dengan senyuman. "Kau telat datang. Semuanya sudah pulang."
Andrew mengangguk, masih tersenyum. "Iya, aku datang telat hari ini. Kerjaan di kantorku banyak sekali. Tapi aku senang bisa menyaksikan latihanmu."
Ethan mengangkat alis, tampak penasaran. "Mr.Harris?"
"Hm?" Jawab Andrew. "Jangan panggil aku Mister, terdengar aneh jika diucapkan oleh anak seumur mu, lagipula kita tidak jauh beda. Panggil saja kak."
"Oke kak, hehe...Memangnya kakak umur berapa?" Tanya Ethan penasaran.
"Aku lahir Tahun 1998." Jawabnya. "Kamu?"
Oh?Kita beda 6 tahun berarti... Batin Ethan.
"Aku umur 20 tahun." Ethan diam sejenak, tampak penasaran. "Sebenarnya, apa yang membuatmu tertarik untuk datang ke sini setiap hari?"
Andrew berpikir sejenak, lalu menjawab dengan tulus, "Aku suka melihat dedikasi dan semangat yang kalian tunjukkan. Juga, berlatih basket mengingatkanku pada masa-masa aku bermain dulu. Kadang-kadang, aku merasa kehilangan sesuatu dari hidupku yang dulu, dan melihat kalian berlatih memberikan rasa nostalgia dan kepuasan tersendiri."
Ethan mendengarkan dengan penuh perhatian, merasa bahwa ada lebih dari sekadar minat finansial di balik kehadiran Andrew. "Aku tidak tahu bahwa kamu pernah bermain basket. Apa kamu pernah berkompetisi di level yang tinggi?"
Andrew tersenyum. "Ya, aku pernah bermain di tim sekolah dan juga di level universitas. Basket adalah salah satu hal yang sangat aku cintai. Tapi setelah memulai karier sebagai pengusaha, aku tidak lagi punya banyak waktu untuk bermain. Kini, aku menemukan kesenangan dengan menyaksikan orang lain bermain dan mendukung mereka."
Percakapan mereka semakin hangat dan mendalam, menjadikan momen ini lebih dari sekadar obrolan santai. Ethan merasa lebih dekat dengan Andrew dan mulai membuka diri tentang tantangan dan harapannya. Andrew, di sisi lain, merasa terhubung dengan semangat dan dedikasi Ethan, yang mengingatkannya pada masa-masa ketika dia juga berjuang untuk mencapai impiannya.
----To Be Continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boss BL {COMPLETED} ✅
RomansaEthan Miller, seorang pemain basket ceria dan penuh semangat, memiliki kehidupan yang sederhana tapi memuaskan sebagai bagian dari tim basket yang sedang berkembang. Di luar lapangan, kafe kecil di sudut kota adalah tempat favoritnya untuk bersantai...