18. Amarah

84 11 0
                                    

Pertemuan dimulai dengan suasana formal dan serius. Mr. Alexander, ayah Andrew, memulai pembicaraan dengan nada tegas namun penuh keyakinan. Dia mulai berbincang dengan Mr. Thompson...

Ditengah pembicaraannnya, dia berbisik kepada Andrew...

"Andrew," kata Mr. Alexander, "perjodohan ini bukan hanya tentang kamu, tapi juga tentang masa depan keluarga kita dan perusahaan. Keluarga Isabella memiliki pengaruh besar, dan pernikahan ini akan membawa banyak hal positif bagi kita. Kedua keluarga sudah saling setuju, dan Isabella sepertinya juga tidak mengutarakan penolakan."

Andrew mendengarkan dengan tenang, namun di dalam hatinya, dia merasakan ketegangan yang semakin memuncak. Dia tahu bahwa ini adalah momen penting untuk menyuarakan perasaannya. Dia memandang sekilas ke arah ibunya, Mrs. Eleanor, yang duduk di samping Mr. Alexander dengan ekspresi khawatir namun tetap tenang. Isabella, yang duduk di seberang meja, juga tampak tenang dan tidak menunjukkan tanda-tanda penolakan.

Namun, ketika Mr. Alexander melanjutkan, membahas lebih jauh tentang manfaat perjodohan ini, Andrew tiba-tiba memutuskan untuk berbicara. Dia menegakkan punggungnya, mengambil napas dalam-dalam, dan membuka suara.

"Ayah, Ibu." Andrew memulai, suaranya terdengar jelas namun penuh emosi, "aku mengerti bahwa perjodohan ini dianggap penting untuk keluarga kita. Tapi... aku tidak bisa melanjutkan ini."

Semua orang di ruangan itu berhenti sejenak, terkejut dengan interupsi Andrew. 

Mr. Alexander menatap putranya dengan tajam, sementara Mrs. Eleanor menoleh dengan cemas.

Andrew melanjutkan, dengan keyakinan yang kini terpantul di wajahnya. "Aku sudah memiliki seseorang dalam hidupku. Seseorang yang aku cintai dan ingin aku tekuni. Aku tidak bisa dan tidak akan menikahi Isabella."

Kata-kata Andrew menggantung di udara, menyebabkan keheningan yang berat. Isabella memandang Andrew dengan ekspresi bingung, sementara Mr. Alexander tampak terguncang dan marah, merasa putranya telah merusak kesepakatan yang sudah hampir tercapai.

Mrs. Eleanor, yang masih duduk diam, melihat putranya dengan tatapan penuh perasaan. Andrew tahu bahwa apa yang baru saja dia katakan akan membawa konsekuensi besar, tapi dia juga tahu bahwa ini adalah satu-satunya cara untuk memperjuangkan kebahagiaannya sendiri dan hubungan yang dia miliki dengan Ethan.

Mr. Alexander langsung bangkit dari tempat duduknya, wajahnya memerah karena marah. Dia meraih lengan Andrew dengan tegas dan menyeretnya keluar ruangan. Andrew tidak melawan, meskipun hatinya terasa berat. Sementara itu, di dalam ruangan, Mrs. Eleanor dengan cepat mengambil alih situasi, mencoba mengubah suasana agar tidak terlalu canggung.

"Maafkan kami." ucap Mrs. Eleanor dengan suara lembut namun tegas. "Ini adalah masalah keluarga yang perlu kami selesaikan. Silakan menikmati hidangan sementara kami berbicara sebentar."

Isabella dan keluarganya saling bertukar pandang, mencoba memahami apa yang baru saja terjadi. Isabella tetap tenang, meskipun jelas bahwa dia sedikit terkejut dengan perkembangan ini.

Di luar ruangan, Mr. Alexander melepaskan genggamannya dari lengan Andrew dan menatapnya dengan kemarahan yang membara.

"Apa kamu sudah gila, Andrew?!" bentak Mr. Alexander, suaranya menggema di lorong yang sepi. "Kenapa kau tidak memberi tahu Ayah sebelumnya? Lihat apa yang telah kau lakukan! Sekarang kita menjadi tidak enak dengan keluarga Isabella. Ini bukan hanya soal perasaanmu, ini soal keluarga dan bisnis!"

Andrew menahan napas, mencoba untuk tetap tenang meskipun hatinya berdebar kencang. Dia tahu bahwa keputusan ini akan menimbulkan kemarahan, tapi dia juga tahu bahwa dia tidak bisa berpura-pura menyetujui sesuatu yang tidak dia inginkan.

"Ayah," Andrew menjawab, suaranya tetap tenang meskipun ada rasa tegang. "Aku mengerti betapa pentingnya ini bagi keluarga. Tapi aku tidak bisa menikahi seseorang yang tidak aku cintai. Aku tidak bisa berpura-pura demi kepentingan bisnis, karena itu akan menghancurkan kebahagiaan kita semua."

Mr. Alexander mendengus marah, wajahnya masih memerah. "Apa yang kau pikirkan, Andrew? Kamu sudah dewasa, dan ini adalah tanggung jawabmu sebagai bagian dari keluarga ini. Jika kau sudah punya pasangan, kenapa tidak memberitahu kami lebih awal?"

Andrew menatap ayahnya dengan mata yang tegas namun penuh perasaan. "Karena aku tahu Ayah tidak akan pernah menyetujui hubungan ini. Tapi aku tidak bisa lagi menyembunyikan perasaanku. Aku mencintai seseorang yang bukan Isabella, dan aku ingin menjalani hidupku dengan orang itu, bukan dengan seseorang yang Ayah pilihkan."

Keheningan berat jatuh di antara mereka. Mr. Alexander menarik napas dalam, mencoba mengendalikan emosinya, tapi kemarahan dan kekecewaan masih terlihat jelas di wajahnya.

----To Be Continued...

My Boss BL {COMPLETED} ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang