Gunung

44 2 0
                                    

"yuhuu,makan makan"

Seakan melupakan apa yang terjadi kemaren  Johan, Harry dan Reffi malah asik mukbang dengan uang hasil perasan ke satria,Jake dan Joy.

Sedangkan satria,Jake dan Joy hanya terdiam meratapi uang mereka yang ludes karna bokem kampret itu. Bayangin!! Mereka masing masing minta sejuta, walaupun cuma sejuta, tetap aja.

"Oyy,mau ngak?" Tawar Reffi kepada 3 manusia yang sedang meratapi uangnya tersebut

"Lu mau bagi?" Tanya Satria, ia sedikit heran ,karna biasanya Reffi itu super duper pelit jika berhubungan dengan makanan. Tapi kalo minta duit, bakalan dikasih

"Ngak sih,nanya doang" Reffi melanjutkan makannya dengan watados. Membuat ketiganya hanya bisa tersenyum masam.

Sedangkan Harry,Seano dan Johan hanya ngakak.

"Guys,mumpung kita belum mulai kuliah,kita harus liburan dulu gak seehh, soalnya kan ya, kalo kita udah masuk kuliah,pasti buaaaanyak tugas. Nah,jadi gimana manteman semua" perkataan Seano ada benar nya juga. Mengingat jika mereka memilih jurusan yang terbilang tidak mudah.

"Setuju aja sih" Joy menyahut setelah ia berpikir cukup lama. Toh,tak ada salahnya refreshing dulu sebelum masuk kuliah.

"Jadi,kalo ada saran tempat,silahkan di katakan yaww, " ujar Seano diakhiri dengan nada yang sedikit centill.

"Kalo kita ke gunung gimana?" Usul Reffi

"Mending pantai" Johan ikut menyuarakan pendapat

"Satria,Lo ngak ada usulan?" Tanya Seano

"Mending rebahan" dasar manusia. Disuruh cari tempat liburan,malah minta rebahan

Plak

Dengan enteng nya Jake menggeplak kepala satria.

"Si dongo, di suruh cari referensi malah turuuu aja pikirannya" omel Jake

"Menurut gw sih,kita kemah" usul Harry

"Supaya adil,kita bakal undi, kalian tulis tempat yang kalian rekomendasi kan,trus nanti kertas nya digulung,lalu di ambil secara acak. Gimana? Menurut gw sih ,itu lebih adil" ujar Seano

Semuanya mengangguk. Mereka mulai membuat tempat rekomendasi mereka dan kertas nya mereka gulung. Setelah itu diberikan kepada Seano. Lalu Seano mengambilnya secara acak dengan mata tertutup

"Naik gunung" Seano membacakan isi dari Kertas yang diambilnya

"Yeeeeyy" teriak Reffi senang

"Oh ya,kita ke gunung X aja,disitu ada sebuah villa,yang punya villa kenal sama gw" beritahu Reffi

"Terserah aja sih" sahut satria malas

"Kapan nih ?" Tanya Harry

"2 hari lagi" sahut Joy

"Kita perlu persiapan,kita harus packing barang, siapin kendaraan, dll" Joy menyambar cepat sebelum Reffi protes

"Ok" sahut mereka semua





Tibalah hari dimana mereka semua akan pergi ke gunung X,yang telah direkomendasikan oleh Reffi

Mereka membawa 2 buah mobil.
Mobil pertama ada Joy, Johan dan Seano

Mobil kedua ada Harry, satria Jake dan Reffi

Jika di mobil kedua terlihat bahagia,berbeda dengan mobil pertama . Joy nampak tertekan karna harus semobil dengan manusia pencinta gibah itu. Ia sudah menduga duga,tidak akan ada ketenangan di mobil ini

"Berangkat" sahut Reffi





Perjalanan menuju gunung X menempuh waktu sekitar 4 jam. Mobil yang dikendarai oleh Harry memimpin jalan, diikuti oleh mobil Joy.
Selama perjalanan, mereka terlihat bahagia, tidak semua sih,Joy hanya terdiam. Sesekali ia tersenyum pahit. Benar kan dugaannya, tidak akan ada ketenangan. Lihat saja, dua manusia itu malah asik gibah. Bahkan,saat mereka melewati sebuah mobil yang ban nya kempes, mereka juga menjadikannya bahan gibah. Ketika ada hal yang menarik, mereka akan memekik . Sungguh, telinga nya berdengung sekarang

Joy hanya berdoa dalam hati, semoga ia bisa cepat sampai di tujuan guna menghindari gendang telinganya yang terus berdengung.

Setelah menempuh perjalanan yang lebih lama dari perkiraan,karena ada kendala saat di perjalanan.

"Adoooh, pinggang gw" keluh satria saat sampai di depan villa. Villa tersebut terletak di kaki gunung.

"Idih,dasar manusia jompo" sindir Jake. Jake lalu berjalan perlahan,jujur saja, sebenarnya pinggang nya juga sakit.

"Dingin ternyata " ujar Seano lalu ia semakin merapatkan diri ke arah Johan . Padahal ia sudah memakai Hoodie,tapi tetap saja dingin

"Mending kita masuk aja,udara dingin ngak baik buat tubuh" ucap Joy

Reffi lalu berjalan lebih dulu, untuk membuka pintu villa

Villa tersebut terlihat nyaman ditinggali. Interior nya sangat bagus. Penataan ruangan nya juga ok. Disini villa nya berlantai 2. Di lantai dua ada balkon.

"Kamar disini ada 3, gimana cara baginya?" Tanya Harry

"Ngak tau,bodo amat" ujar satria malas. Ia tidur di sofa. Tangannya sesekali mengurut pinggang nya.

Jika yang lainnya antusias, Johan malah bengong di teras villa sendirian.

"Hey,kok bengong" tegur Joy

"Gw bukan bengong,cuma gw mikir aja, teror itu udah balik lagi,apa kita bakalan aman" ujar Johan overthinking.

"Berdoa aja , semoga semuanya baik baik aja" ujar Joy menenangkan, walaupun sebenarnya ia juga was was jika berada di sini, tapi ia tak boleh menunjukkan nya, agar yang lainnya juga tidak khawatir.

"Gw heran. Kita punya salah apa,kenapa banyak banget yang ngak suka sama kita" ujar Johan frustasi. Ia merasa menjadi leader yang tidak berguna.

"Hati orang ngak ada yang tau, bisa jadi dia iri dengan kita, atau mungkin ada hal lain yang tak sengaja kita lakukan" ujar Joy menerka neraka

"Gw harap,kita tetap aman selama disini" ujar Johan penuh harap. Ia tidak ingin ada anggota nya masuk rumah sakit lagi. Cukup Jake dan Reffi

"Mending masuk,ntar masuk angin" ajak Joy.
Mereka pun masuk lalu mengunci pintu villa

'kalian Tidak akan aman' ujar seseorang dengan seringai nya. Ia ternyata sudah berada disana sebelum 7 Gemstone tiba

"Jika aku tak bisa memiliki nya,maka orang lain pun tak akan bisa" desisnya .

Lalu ia melenggang pergi masuk ke dalam hutan.

Saat ini mereka sedang berkumpul di sofa di ruang tamu. Mereka akan melepas penat setelah menempuh perjalanan yang panjang.

"Lahar gunung berapi itu asalnya dari mana sih?" Tanya Reffi penasaran

"Dari neraka" sahut satria cepat

"Rambut nenek kenapa rasanya manis" tanya Reffi

"Karena udah gw senyumin ,makanya manis" jawab Jake . Membuat semua nya mencibir, ya, walaupun itu benar, senyuman Jake sangat manis dan menawan.

Reffi terus melontarkan guyonan,dan dibalas oleh yang lain.

'perasaan gw ngak enak' batin Seano resah. Bukan apa apa,ia hanya takut 'dia' kembali menguntit nya, atau kembali melukai teman temannya

'gw harus gimana ' batin Seano makin resah,tapi ia tetap tersenyum,saat teman temannya mengeluarkan sebuah lelucon














How Did It End?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang