1. TAMAN KOTA

36 7 0
                                    

Halo👋
Jangan lupa vote dan komen ya!
Selamat membaca bre, semoga suka.

***

1. TAMAN KOTA

Senja merayap perlahan, meninggalkan jejak cahaya keemasan di langit yang berangsur menggelap. Taman kota yang biasanya dipenuhi tawa riang anak-anak kini berubah menjadi sunyi, hanya menyisakan beberapa orang yang tenggelam dalam dunianya masing-masing. Di salah satu sudut yang tenang, seorang perempuan duduk di bangku kayu, menghadap langsung ke jalan setapak yang membentang di depannya.

Nayara Agnesia Geraldine, perempuan berambut pirang yang selalu diikat kuncir kuda.

Taman ini adalah tempat pelariannya, sebuah tempat dimana waktu seakan berhenti dan dia bisa bernapas lega, jauh dari hiruk-pikuk rutinitas yang tiada habisnya.

Angin sore itu berhembus lembut, memainkan anak rambut yang terlepas dari ikatan kuncir kuda Naya. Dia menarik nafas dalam-dalam, merasakan aroma dedaunan basah yang mengingatkannya pada kebebasan, pada kenangan yang sudah lama terkubur. Namun, di saat yang sama, aroma itu juga membawa ingatannya kembali ke satu momen yang tak pernah bisa dia lupakan.

Pandangannya terhenti pada sebuah botol air mineral yang tergeletak di jalan setapak, seolah tidak sengaja ditinggalkan oleh seseorang. Botol itu terlihat biasa saja, mungkin tidak ada yang istimewa bagi siapa pun yang melihatnya. Namun bagi Naya, botol itu adalah simbol dari awal sebuah pertemuan, sebuah pertemuan yang tanpa disadari telah mengubah jalan hidupnya.

FLASHBACK

Beberapa bulan yang lalu, taman ini jauh lebih ramai. Hari itu, Naya juga duduk di bangku yang sama, tenggelam dalam pikiran dan kelelahan yang menggelayut di pundaknya. Dia tak memperhatikan sekelilingnya, hingga tiba-tiba sebuah suara menggema, memecah konsentrasi yang selama ini sulit didapatkan.

“Tadi gua liat dari jauh, lu cantik,” suara itu datang dari seorang pria yang entah kapan telah berdiri di depannya. Dengan hoodie hitam dan rambut yang menutupi sebagian wajahnya, pria itu tampak misterius, tetapi senyum di bibirnya jelas menunjukkan niatnya yang tidak sepenuhnya serius. “Ternyata pas dari deket, kok makin cantik, ya?”

Naya mengangkat alis, menatap pria itu dengan tatapan datar. Biasanya, komentar seperti itu membuatnya risih, tetapi kali ini, entah mengapa, ada sesuatu yang berbeda. Dia tetap menahan ekspresi, hanya menggumamkan respons, “Apaan sih, modus aja.”

Pria itu tertawa kecil, tidak terpengaruh sedikit pun oleh sikap dingin Naya. Dia menunduk sedikit, seolah ingin menyelami mata Naya lebih dalam. “Emang gua keliatan dusta, ya?”

Naya hanya mengangkat bahu, berusaha menyembunyikan senyuman yang nyaris terbentuk. “Ya, ga tau.”

Pria itu kemudian duduk di sebelahnya tanpa diundang, masih dengan senyum yang tak kunjung pudar. “Cari tau lah, Kalo ga mau cari tau sendiri, mending kita cari tau bareng-bareng,” katanya, kali ini dengan nada yang lebih santai, seolah menawarkan sebuah petualangan kecil.

Tanpa disadari, Naya mulai merasa nyaman. Bukan karena kata-katanya, tetapi karena caranya berbicara tenang, namun penuh kepercayaan diri. “Eh, btw, nama lu siapa? Biar gua enak manggilnya,” pria itu melanjutkan dengan nada yang lebih serius, seolah benar-benar ingin mengenal Naya lebih jauh.

Naya tertawa kecil, akhirnya luluh oleh kesederhanaan sikap pria itu. “Bilang aja kalo mau kenalan. Tebaklah!”

Pria itu mengerutkan keningnya, berpikir sejenak sebelum senyumnya kembali mengembang. “Kalo gitu, gua panggil sayang mau?”

Naya tertawa sedikit lebih keras kali ini, namun di dalam hatinya, ada rasa penasaran yang mulai tumbuh.

“Ga jelas banget, sih,” jawab Naya sambil terus tertawa, seakan tak bisa menahan geli yang baru saja dirasakannya.

RAFA ELVAROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang