15. CURAH

1 1 0
                                    

Halo! Author kembali lagi nih😁
jangan lupa spam komen dan bantu vote ya
enjoy, selamat membaca dan semoga suka

***

15. CURAH

Pagi itu hadir dengan tenang, namun bagi Rafael, setiap cahayanya hanya mengingatkan pada malam yang penuh kesedihan. Matahari yang biasanya menyambut dengan hangat, kini terasa hampa, seakan sinarnya tidak mampu menembus kabut kelam yang menyelimuti hatinya. Kesunyian pagi menyusup ke dalam jiwanya, memantulkan kembali kenangan pahit yang ingin dia lupakan.

Dalam keheningan, Rafael duduk di tepi tempat tidurnya, merenungi sisa air mata yang mengering di bantal. Waktu seakan berhenti sejenak, memberi ruang bagi pikiran-pikiran yang berputar tanpa henti. Dia tau, hari baru telah menantinya, namun perasaan beku di dalam hati itu membuatnya enggan untuk bergerak.

Udara pagi yang biasanya menenangkan, kini terasa dingin dan menusuk, menyusup melalui jendela yang setengah terbuka. Angin membawa bisikan, mengingatkan Rafael pada luka yang belum sepenuhnya sembuh, luka yang meninggalkan jejak di dalam hatinya. Dia menghela napas, seolah berharap beban itu bisa terlepas bersama udara yang dia hembuskan.

Rafael akhirnya bangkit, meskipun dengan langkah yang terasa berat. Dia melangkah ke kamar mandi, menatap bayangan dirinya di cermin. Wajah yang dulu cerah dan penuh semangat, kini tampak lelah dan sendu. "Gua harus berubah," gumamnya pelan, seakan mencoba meyakinkan dirinya sendiri.

Setelah bersiap, Rafael meninggalkan rumah dengan perasaan yang campur aduk. Jalan menuju tempat kerja terasa lebih panjang dari biasanya, seakan setiap perjalanan membawanya semakin jauh dari dirinya yang dulu.

Sementara itu, di tempat lain, Acha menyambut hari pertama di semester baru dengan perasaan yang berbeda. Di kampus, suasana ramai dan penuh semangat, tapi Acha merasakan ada kekosongan yang tak terjelaskan. Pikirannya tak bisa lepas dari Rafael, dan meskipun dia berusaha untuk tetap fokus pada studinya, kekhawatiran itu tetap menggelayut di sudut hatinya.

Saat Rafael tiba di tempat kerja, senyum yang biasanya dia bawa seakan tertinggal di rumah. Dia lebih banyak diam, tenggelam dalam pikirannya sendiri. Abim, sahabatnya, menyadari ada yang tidak beres.

“Lu kenapa, El? Biasanya lu ga gini,” suara Abim memecah keheningan, membawa Rafael kembali ke realitas yang dia hindari.

Rafael menatap Abim sejenak sebelum menjawab, “Gua kayaknya harus berubah, Bim. Gua ga bisa terus-terusan kayak gini, selalu terbuka, selalu terlalu baik, akhirnya gua yang terluka.”

Abim mendengar dengan penuh perhatian, menyadari bahwa sahabatnya sedang bergulat dengan pergulatan batin yang dalam. “El, berubah itu penting selama itu baik, tapi jangan sampai lu kehilangan diri lu sendiri,” katanya pelan, dengan nada yang penuh empati.

Rafael mulai menyadari bahwa perubahan yang dia inginkan bukan hanya tentang menghindari luka, tapi juga tentang belajar menjadi lebih kuat tanpa harus menutup diri sepenuhnya, meski perjalanan itu tidak akan mudah.

Abim menatap sahabatnya dengan seksama. “Tapi kalo gua boleh tau, apa yang terjadi sama lu, El?” tanyanya dengan nada lembut, seolah tidak ingin memaksa Rafael untuk bercerita lebih dari yang dia mau.

Rafael tak langsung menjawab. Dia menunduk, menarik napas dalam-dalam seolah ingin menenangkan diri. Kemudian, perlahan-lahan, dia mulai membuka cerita yang sejak semalam menggelayuti pikirannya, menyesakkan dadanya seperti beban yang terlalu berat untuk dipikul sendirian.

“Dulu, saat kita belum sesukses sekarang, waktu itu gua pernah bilang ke lu, mungkin lu udah ga inget, tapi gua pernah janji sama diri gua sendiri kalau gua bakal berjuang buat ngebahagiain orang yang gua sayang,” Rafael memulai, suaranya sedikit gemetar, tetapi dia terus bercerita, seolah kata-kata itu memaksa keluar dari hatinya yang terluka. “Dan tadi malam, saat semuanya udah kayak yang orang tuanya inginkan, dimana gua udah sukses, ternyata semuanya ga sesuai seperti yang gua harapkan, Bim. Dia... udah tunangan.”

RAFA ELVAROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang