Halo! Author kembali lagi nih😁
jangan lupa spam komen dan bantu vote ya
enjoy, selamat membaca dan semoga suka***
Berbulan-bulan telah berlalu, dan Dinda sudah hilang dari pikiran Rafael. Meskipun begitu, Acha dan Abim tidak menyerah. Mereka terus mencoba mencarikan seseorang yang bisa membuka hati Rafael lagi. Baik dari teman-teman Abim, saudara-saudaranya, hingga dari sosmed, semua diperkenalkan kepada Rafael. Namun, Rafael tetap menutup hatinya, seolah-olah tidak ada satu pun yang mampu mengisi kekosongan hatinya.
Hari-hari berlalu dengan rutinitas yang semakin membosankan, dan Rafael semakin tenggelam dalam kesendirian yang dia pilih sendiri. Sementara itu, Acha merasa bahwa sesuatu harus dilakukan, dan dia yakin bahwa Rafael membutuhkan seseorang yang tepat untuk mengisi kembali hatinya.
Suatu sore, ketika Acha sedang bersantai di toko, Acha berbicara kepada Abim dengan penuh semangat.
"Sayang, aku punya ide nih," kata Acha dengan mata berbinar, memecah keheningan di antara mereka. "Aku ada temen di kampus, tapi dia kakak tingkat aku, udah semester akhir, namanya Mala. Gimana kalau kita comblangin dia sama Kak El?"
Abim mengangkat alis, sedikit terkejut. "Kamu yakin, sayang? Maksud aku, Rafael kan... ya kamu tau sendiri, cuek banget sama orang baru."
Acha tersenyum penuh keyakinan. "Justru itu, sayang. Kak El butuh seseorang yang bisa bikin dia nyaman, kayak Mala. Dia itu orangnya super sabar, dan suka bercanda. Aku rasa mereka bakal cocok."
Abim berpikir sejenak, lalu mengangguk. "Kalo menurut kamu gitu, aku sih setuju aja. Tapi gimana cara ngenalin mereka?"
Acha mengedipkan mata, seolah sudah punya rencana yang matang. "Aku udah ngomong sama Mala, dan dia setuju buat ketemu kita. Gimana kalo kita ajak Kak El makan di restoran? Aku bilang sama Mala buat ketemu disana juga. Jadi kesannya ga dibuat-buat, lebih natural."
Abim tersenyum, merasa ide itu cukup menarik. "Oke, kalo gitu kita coba aja. Tapi jangan salahin aku kalo Rafael kabur duluan, ya!"
Acha tertawa kecil. "Tenang aja, sayang. Aku yakin ini bakal berjalan lancar."
Beberapa hari kemudian, Acha, Abim, dan Rafael berkumpul di toko seperti biasa. Namun, kali ini ada yang berbeda, Acha dan Abim sudah merencanakan untuk mengajak Rafael makan malam di sebuah restoran yang tidak terlalu jauh dari tempat mereka bekerja. Dengan sedikit manipulasi halus, Acha berhasil mengajak Rafael untuk ikut.
"Makan bareng yuk, kak. Aku sama Abim juga mau nyoba menu baru di sana," kata Acha sambil tersenyum manis, membuat Rafael sulit menolak. "Iitung-itung refreshing, kan?"
Rafael mengangguk tanpa banyak bicara, dan mereka bertiga pun berangkat menuju restoran yang sudah dipilih Acha. Sesampainya di sana, mereka disambut oleh suasana yang hangat dan nyaman, tempat yang tepat untuk melepas penat setelah hari yang panjang.
Di sudut ruangan, Mala sudah menunggu. Dia duduk dengan tenang, mengenakan blouse biru pastel yang sederhana namun elegan, senyum ramah menghiasi wajahnya. Saat melihat Acha datang bersama dua orang laki-laki, ia segera berdiri dan melambaikan tangan.
Cahya Nirmala Aracell, perempuan dengan rambut hitam panjang. Kacamata berbingkai tipis selalu menghiasi wajahnya, memberi kesan cerdas. Tatapannya teduh, namun tersembunyi di balik lensa kacamata.
"Acha!" sapa Mala dengan antusias. Mereka berpelukan singkat sebelum Acha memperkenalkan dua orang yang bersamanya.
"Mala, kenalin ini Abim, pacar aku. Dan ini Rafael, kakakku" kata Acha sambil melirik Rafael dengan harapan. "Mala ini temen kampus aku, kakak tingkat yang pintar dan baik hati."
KAMU SEDANG MEMBACA
RAFA ELVARO
Dla nastolatków[ BELUM DI REVISI ] Rafael adalah pria sederhana yang menjalani hidup dengan penuh liku. Cerita ini mengikuti perjalanan hidupnya yang penuh dengan cinta, tantangan, dan momen-momen tak terduga. Dalam kesehariannya, Rafael berjuang di tengah kesulit...