8. MERAJUT ULANG

6 1 0
                                    

Halo! Author kembali lagi nih😁
jangan lupa spam komen dan bantu vote ya
enjoy, selamat membaca dan semoga suka

***

8. MERAJUT ULANG

Seiring berjalannya waktu, Rafael dan Acha semakin terbiasa dengan fakta yang sempat menggemparkan hati mereka. Kejadian di warung makan itu seolah menjadi titik balik dalam kehidupan keduanya. Rafael dan Acha kini tidak hanya mencoba berdamai dengan takdir, tetapi juga dengan perasaan mereka masing-masing. Meskipun sulit pada awalnya, waktu ternyata menjadi penyembuh yang efektif. Perlahan-lahan, mereka mulai melihat sisi lain dari hubungan yang terjalin di antara mereka. Hubungan sebagai kakak-adik yang terpisah lama, namun kini bersatu kembali.

Hari itu, matahari cerah menerangi pekarangan rumah Papa dan Mama, orangtua angkat Rafael yang telah membesarkannya. Kehadiran Rafael, Acha, dan Bunda di rumah itu, menjadi momen yang sangat emosional. Rumah yang dulunya penuh dengan tawa canda Rafael bersama orangtua angkatnya, kini terasa berbeda. Perasaan campur aduk memenuhi hati Rafael saat ia berdiri di depan pintu rumah itu.

Bunda menggenggam tangan Rafael erat, mencoba menyalurkan kekuatan dan ketegaran yang hanya seorang ibu bisa berikan. "Ingat, Nak, ini bukan perpisahan. Hanya sebuah pertemuan yang akan selalu ada, meskipun dalam jarak dan waktu," ucap Bunda lembut, menenangkan kegelisahan di hati Rafael.

Pintu rumah terbuka, dan di sana, orangtua angkat Rafael berdiri dengan senyum yang penuh kasih. "Nak, Rafael," ucap Papa angkatnya pelan, suaranya bergetar menahan rasa haru yang tak tertahankan. Matanya berkaca-kaca saat melihat anak yang telah dirawatnya selama bertahun-tahun, kini kembali untuk berpamitan.

Rafael melangkah maju dan memeluk orangtua angkatnya dengan erat. "Papa, Mama, El nggak akan lupa sama semua yang udah Papa dan Mama kasih ke El. El janji, El akan sering-sering mampir," kata Rafael dengan suara yang dipenuhi kehangatan dan rasa terima kasih yang mendalam.

Papa angkatnya mengangguk pelan, air mata menetes di pipinya. "Papa tahu, Nak. Papa bangga sama kamu. Kamu selalu jadi anak Papa, meskipun sekarang kamu udah tahu siapa orang tua kandungmu," jawab Papa dengan senyum lemah yang mencerminkan kebahagiaan dan kesedihan yang bercampur jadi satu.

Sementara itu, Acha berdiri di samping Bunda, menyaksikan adegan tersebut dengan perasaan yang sulit digambarkan. Ia sendiri masih merasa bingung dengan takdir yang telah mempertemukannya kembali dengan Rafael, namun perlahan ia mulai menerima kenyataan bahwa mereka adalah saudara.

Setelah beberapa lama, Rafael dan keluarganya berpamitan untuk pulang. Rafael memeluk orangtua angkatnya sekali lagi, kali ini dengan lebih erat, seolah-olah ingin menyampaikan segala perasaan yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. "El bakal kangen sama masakan Mama," ucapnya sambil tertawa kecil, berusaha meringankan suasana yang penuh emosional itu.

Mama angkatnya tersenyum, "Mama akan selalu siapin makanan favorit kamu kalau kamu datang, Nak. Ingat, rumah ini selalu terbuka untuk kamu."

Setelah perpisahan yang berat namun penuh harapan itu, Rafael kembali menjalani hidupnya.

Kini, Rafael telah bekerja di sebuah toko sebagai tukang angkut barang-barang. Pekerjaan itu tidak mudah, dan gajinya pun tidak seberapa, namun Rafael menikmatinya. Baginya, pekerjaan tersebut adalah langkah awal untuk mandiri dan membuktikan bahwa ia bisa menghadapi hidup dengan segala keterbatasannya.

Di tempat kerjanya, Rafael tidak hanya bekerja keras, tetapi juga menemukan seorang sahabat baru bernama Abim. Abim adalah sosok yang hangat dan penuh humor, selalu membuat suasana kerja menjadi lebih ringan dengan candaan-candaannya. Meskipun hidup tidak mudah bagi mereka berdua, namun persahabatan yang terjalin membuat segalanya terasa lebih ringan.

RAFA ELVAROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang