4. BOTOL BEKAS

17 3 0
                                    

Halo! Author kembali lagi nih😁
jangan lupa spam komen dan bantu vote ya
enjoy, selamat membaca dan semoga suka

***

4. BOTOL BEKAS

Senja baru saja melabuhkan diri di langit kota, meninggalkan jejak jingga yang perlahan larut dalam kelam malam. Di GOR yang mulai sepi, hanya terdengar suara langkah-langkah kecil yang bersahutan dengan hembusan angin lembut. Rafael, yang sedang menghabiskan waktu sendirian, menikmati momen-momen tenang setelah hiruk-pikuk harinya. Langkahnya melambat saat menyadari GOR itu kini hampir sepenuhnya miliknya. Di tempat ini, ia merasa bebas, seolah-olah dunia ini hanya miliknya sendiri, tanpa beban, tanpa kekhawatiran.

Namun, kedamaian itu tiba-tiba terusik. Sebuah botol jatuh dari suatu tempat, memantul sekali sebelum akhirnya berguling pelan di aspal. Suara kecilnya menggema di telinga Rafael, seolah memanggilnya. Ia berhenti, menatap botol itu sejenak sebelum memutuskan untuk mengambilnya. Tangannya yang besar namun lembut meraih botol tersebut.

“Kenapa lu taruh sini lagi?” Suara itu tiba-tiba muncul, memecah keheningan. Rafael menoleh dan melihat seorang perempuan berdiri di depannya, matanya menatap tajam dengan bando pink yang menghiasi rambutnya. Ia tampak manis, meskipun dari caranya berbicara, jelas ada ketegasan yang ingin disampaikan.

Rafael hanya tersenyum tipis. “Ya, lu buangnya sembarangan,” jawabnya santai, tak ingin memulai konflik.

Perempuan itu tampak tidak terkesan. “Ya, emang kenapa?” balasnya dengan nada menantang, seolah menantikan jawaban yang lebih dari sekadar alasan sederhana.

Rafael merasakan sebuah panggilan didalam dirinya, sebuah dorongan untuk mengatakan sesuatu yang lebih dari sekadar nasihat. “Kita harus ngehargain alam, harus ngehargain orang yang udah bersihin tempat ini,” ucapnya, suaranya berubah menjadi tegas, seakan ia sedang mengajarkan pelajaran penting kepada seseorang.

Perempuan itu terdiam sejenak, tampak berpikir sebelum mengeluarkan kalimat yang sama sekali tidak terduga. “Terus kenapa cowok ga bisa ngehargain perasaan cewek?”

Pertanyaan itu menggetarkan Rafael, membuatnya berhenti sejenak. Itu bukanlah sesuatu yang ia harapkan dalam percakapan ini. “Apa hubungannya?” tanyanya, bingung, mencoba mengerti arah percakapan yang tiba-tiba berubah ini.

“Ya, ada lah,” jawab perempuan itu dengan nada yang lebih tenang, seolah menyembunyikan sesuatu di balik kata-katanya. Matanya menatap Rafael dengan tajam, menunggu reaksi yang mungkin bisa membuka percakapan yang lebih dalam.

Rafael, meski sedikit bingung, memutuskan untuk menanggapi. “Ya udah, kita jalani dulu hubungannya,” ucapnya, mencoba mengikuti arus pembicaraan.

Namun, perempuan itu tampak tak puas. “Ih, serius gua nanya,” katanya, kini suaranya lebih serius, menunjukkan bahwa apa yang ia katakan benar-benar penting baginya.

Rafael hanya bisa tersenyum. “Cieee, mau curhat ya?” tanyanya dengan nada meledek, mencoba meringankan suasana yang mulai serius.

Perempuan itu mendengus, “Bodo ah,” jawabnya dengan nada kesal, tetapi di balik kekesalan itu, ada sesuatu yang mengisyaratkan bahwa ia sebenarnya ingin bicara lebih banyak.

“Mungkin, cowok itu ga punya perasaan ke lu,” kata Rafael tiba-tiba, mencoba menebak apa yang ada di pikiran perempuan itu. Meskipun ia tidak tahu banyak tentang perempuan di sampingnya itu, nalurinya sebagai seorang pria memberinya petunjuk.

Perempuan itu tampak terkejut. “Lu tau dari mana?” tanyanya, nada suaranya menunjukkan rasa penasaran yang nyata.

“Ya, gua kan cowok,” jawab Rafael dengan percaya diri.

RAFA ELVAROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang