10. DUA KELUARGA

6 1 0
                                    

Halo! Author kembali lagi nih😁
jangan lupa spam komen dan bantu vote ya
enjoy, selamat membaca dan semoga suka

***

10. DUA KELUARGA

Hari itu, Rafael datang ke toko dengan sedikit berbeda dari biasanya. Tidak seperti hari-hari sebelumnya ketika dia datang sendirian, kali ini Rafael disertai oleh Acha, adiknya. Acha terlihat ceria meski sedikit lesu, mungkin karena rasa suntuk yang dia alami di rumah. Mereka berdua memasuki toko dengan langkah yang penuh semangat.

Abim, yang sedang sibuk merapikan barang-barang di rak, tiba-tiba menoleh dan melihat Acha. Raut wajahnya seketika berubah menjadi penuh kekaguman. Acha, dengan penampilan sederhana namun menawan, membawa aura yang berbeda di antara kerumunan barang-barang toko yang berantakan.

“Eh, Rafael! baru datang lu, ini cewek lu kah?” sapa Abim sambil melanjutkan pekerjaannya. Matanya sesekali melirik Acha, tampak penasaran dengan kehadiran gadis itu.

“Ini Acha, adik gua. Lagi suntuk di rumah, jadi gua ajak ke sini aja biar dia bisa refreshing,” jawab Rafael sambil tersenyum. “Acha, ini Abim, temen gua di sini.”

Acha tersenyum ramah, “Hai, Abim. Senang bertemu denganmu.”

Abim sedikit canggung namun tetap berusaha ramah, “Hai, Acha. Seneng juga ketemu lu.”

Beberapa menit setelah mereka berkenalan, Rafael tiba-tiba teringat bahwa dia lupa membawa barang penting dari rumah. “Ah, gua lupa bawa barang. Gua balik sebentar ya. Acha, lu tunggu di sini dulu, ya?”

Acha mengangguk, “Oke, kak. Hati-hati di jalan.”

Setelah Rafael pergi, suasana di toko terasa agak berbeda. Abim, yang sebelumnya sibuk dengan pekerjaan, kini lebih banyak melirik Acha. Ini adalah kesempatan langka baginya untuk mengobrol lebih banyak.

“Jadi, Acha, apa yang biasanya lu lakuin untuk mengisi waktu luang?” tanya Abim sambil berusaha membuka percakapan.

Acha terlihat sedikit kaget, tetapi dia cepat beradaptasi. “Biasanya aku suka baca buku atau nonton film. Tapi akhir-akhir ini lebih banyak di rumah aja, jadi terasa agak membosankan. Makanya kakak ngajak aku ke sini.”

Abim mengangguk sambil tersenyum, “Iya, sering banget gua ngerasa bosan juga. Gua biasanya nonton film atau main game. Tapi, gua lebih suka ngobrol sih. Ngobrol sama orang yang seru itu bisa bikin waktu terasa lebih cepat.”

Percakapan mereka mengalir dengan lancar. Abim bercerita tentang berbagai hal, dari pekerjaan di toko sampai hobi dan minatnya. Acha, yang awalnya agak canggung, mulai merasa nyaman dan ikut bercerita tentang kegiatannya di rumah dan kesukaannya pada musik.

“Lu suka musik apa?” tanya Abim penasaran.

Acha tersenyum, “Aku suka musik indie dan jazz. Tapi belakangan ini aku lagi suka banget sama band lokal yang baru aja muncul.”

Abim terkesan, “Oh, keren! Gua juga suka musik. Kalo ada waktu, kita bisa bareng-bareng nonton konser atau sekadar hangout di cafe musik.”

Percakapan mereka semakin akrab. Abim mulai merasa lebih nyaman dan percaya diri, sementara Acha juga tampak lebih santai dan menikmati obrolan mereka. Waktu berlalu begitu cepat, dan sebelum mereka sadar, Rafael kembali ke toko.

Melihat Acha yang sedang asyik berbincang dengan Abim, Rafael merasa senang. Dia membawa barang yang terlupakan dan melihat Acha yang tampaknya sudah cukup dekat dengan Abim.

"Ekhem, kayaknya seru tuh pembahasannya," suara Rafael yang baru datang langsung menginterupsi obrolan hangat antara Acha dan Abim. Rafael berdiri di depan pintu toko dengan senyum tipis, menatap adiknya yang tampak begitu nyaman.

RAFA ELVAROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang