7. ZONA MERAH

6 2 0
                                    

Halo, author kembali lagi nih😁
jangan lupa spam komen dan bantu vote ya
enjoy, selamat membaca dan semoga suka

***

Rafael telah mengikhlaskan Dea. Butuh waktu lama untuk mencapai titik ini, untuk bisa memandang masa depan tanpa bayangan masa lalu yang menghantui. Luka itu memang masih ada, namun tidak lagi berdarah. Dia sudah belajar menerima bahwa Dea kini bahagia dengan orang lain, dan itu sudah cukup.

Sekarang, ada seseorang yang baru dalam hidupnya, seseorang yang datang dengan cara tak terduga. Seorang perempuan yang dia temui sebulan lalu di sebuah bazar, saat senja menyelimuti kota dengan cahaya emas yang hangat. Pertemuan itu sederhana, bahkan bisa dibilang konyol, namun di situlah semuanya bermula.

Rafael duduk di kursi kafe favoritnya, memandangi secangkir kopi yang baru saja disajikan. Di seberang meja, Acha, perempuan yang dia temui di bazar itu, sedang berbincang ringan dengannya. Sudah satu bulan mereka sering bertemu, jalan bersama, menghabiskan waktu tanpa benar-benar mendefinisikan apa yang terjadi di antara mereka. Meskipun tanpa status, kebersamaan ini terasa nyaman bagi keduanya.

Obrolan mereka mengalir dengan tenang, hingga Rafael tiba-tiba terdiam, teringat pada pertemuan pertama mereka. Dia tersenyum sendiri, mengenang momen yang kini terasa seperti sebuah takdir kecil dalam hidupnya.

"Gak kerasa ya kita udah sebulan jalan, sejak lu lupa bawa dompet di hari itu," Rafael berkata pelan, suaranya sedikit nostalgia. "Lu bener-bener kelihatan panik waktu itu."

#Flashback

Senja mulai memudar saat Rafael berjalan menyusuri lorong-lorong bazar yang ramai. Penjual makanan dan pernak-pernik lokal berjajar di sepanjang jalan, menawarkan segala macam barang dengan senyuman lebar dan semangat. Di tengah keramaian, Rafael merasa ada sesuatu yang berbeda malam itu, meski dia tidak tahu apa.

Ketika dia sampai di salah satu kedai makanan, matanya tertuju pada seorang perempuan yang berdiri di depan kasir, wajahnya penuh kebingungan. Tangan perempuan itu gemetar saat merogoh tas kecilnya, mencoba mencari sesuatu.

"Duh, di mana ya?" perempuan itu tampak panik dan kebingungan.

Kasir tersenyum sabar, namun jelas ada keengganan di wajahnya.

Rafael, yang melihat kejadian itu, tanpa berpikir panjang, maju mendekat. “Udah kak, saya aja yang bayar,” ucapnya sambil menyerahkan uang tunai ke kasir.

"Eh, gak usah," perempuan itu terkejut dan menoleh ke arah Rafael dengan ekspresi campuran antara tak enak dan malu.

"Udah, gapapa. Pasti dompetnya ketinggalan," ucap Rafael menenangkan.

“Makasi ya tadi udah dibayarin,” kata perempuan itu, suaranya agak kaku.

"Nanti gimana ya aku balikinnya?" tanya perempuan itu berniat untuk mengembalikan uang Rafael.

"Udah, gak usah. Anggap aja itu sedekah dari gua," jawab Rafael.

“Btw, nama gua Rafael, panggil aja El,” kata Rafael sambil mengulurkan tangan.

“Nisa, biasa dipanggil Acha,” jawab perempuan itu, menjabat tangannya dengan hangat.

"Acha?" tanya Rafael kebingungan.

RAFA ELVAROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang