18. KULKAS 99 PINTU

5 2 0
                                    

Halo! Author kembali lagi nih😁
jangan lupa spam komen dan bantu vote ya
enjoy, selamat membaca dan semoga suka

***

18. KULKAS 99 PINTU

Mala menarik napas dalam setelah selesai membalut luka Rafael. Matanya menatap tangan yang kini telah tertempel hansaplast. Ada keheningan sejenak di antara mereka, dan Rafael merasa sedikit canggung. Dia tak terbiasa menerima perhatian seperti ini, terutama dari Mala.

Mala tersenyum lega setelah menempelkan hansaplast di luka Rafael. "Nah, udah," ucapnya dengan nada lembut, seolah memberi isyarat bahwa semua baik-baik saja sekarang.

Rafael hanya menatap Mala, matanya menelusuri wajahnya dengan dalam, seakan mencari sesuatu yang tak pernah dia sadari sebelumnya. Ada rasa hangat yang tiba-tiba menyeruak di dadanya, membuatnya terpaku pada tatapan itu.

Mala menyadari keheningan yang tercipta di antara mereka, lalu dia berkata, "Katanya tadi mau balik?"

Namun, Rafael masih terdiam, seolah kata-kata Mala hanya angin lalu yang tak dia dengar. Mala mengulang lagi, kali ini dengan nada LEBIH KERAS, "Katanya mau balik!"

Rafael terperanjat dari lamunannya. "Ah, iya. Yaudah, gua balik," katanya dengan suara yang sedikit terbata-bata, sambil buru-buru menyalakan motor.

Namun, baru beberapa meter melaju, Rafael mendadak mengerem. Dia menoleh ke belakang, melihat Mala yang masih berdiri di tempat, menatapnya dengan kebingungan. Ada perasaan yang tak bisa dia abaikan. Entah kenapa, dia merasa berat untuk benar-benar pergi meninggalkan Mala.

Akhirnya, Rafael memutar balik motornya dan kembali menghampiri Mala. "Kenapa balik?" tanya Mala dengan kening berkerut.

"Rumah lu dimana?" Rafael balik bertanya, suaranya yang terdengar dingin.

"Cie, nanyain," jawab Mala dengan sedikit nada menggoda, bibirnya mengulas senyum jahil.

Rafael mendengus, "Cuma nanya doang. GR banget, cepetan dimana?"

Alih-alih menjawab, Mala malah terus menggoda Rafael, "Mau tau aja apa mau tau banget?"

Rafael mulai kehilangan kesabaran. "Ngeselin banget sih, dimana?" Kali ini suaranya sedikit lebih keras, menandakan dia mulai kesal.

Mala tetap bertahan dengan sikap bercandanya. "Iya, mau tau aja apa mau tau banget?"

"Mau tau aja," jawab Rafael sambil memutar matanya, mencoba menahan diri untuk tidak tersulut emosi.

"Hehe, iya di blok Z," akhirnya Mala menjawab, diselingi tawa kecil yang masih terdengar menggoda.

"Yaudah, ayo naik!" Rafael memerintah dengan nada yang tak bisa dibantah.

"Emang searah?" tanya Mala memastikan, sedikit ragu.

Rafael menghela napas panjang, alisnya hampir menyatu, menandakan bahwa kesabarannya sudah di ujung tanduk. "Astagaaa! Lu gak usah banyak omong, mau gua anterin balik gak?"

Mala meringis, lalu menunduk seperti anak kecil yang sedang dimarahi. Dia mulai memainkan botol antiseptik dengan jempolnya, seolah-olah sedang mencari alasan untuk tidak langsung naik ke motor. "Galak banget sih. Kalo galak, Mala gak mau naik," ucapnya dengan nada manja yang sengaja dia perlihatkan untuk meredakan ketegangan.

"Yaudah," jawab Rafael singkat, suaranya terdengar datar tanpa ekspresi.

Mala buru-buru menoleh, takut Rafael benar-benar meninggalkannya. "Eh, nggak, bercanda. Hehe," katanya sambil tertawa kecil, lalu cepat-cepat naik ke motor KLX Rafael.

RAFA ELVAROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang