2. SEBUAH FAKTA

20 2 2
                                    

HALO!
KEMBALI LAGI NIH
SELAMAT MEMBACA, SEMOGA SUKA.

•••

2. SEBUAH FAKTA

Sudah sebulan berlalu sejak mereka mengikat janji, sebuah janji sederhana namun penuh makna untuk saling menjaga hati di tengah dunia yang terus berputar. Waktu seakan berlari begitu cepat, tanpa terasa satu bulan pun sudah terlewati.

"Engga kerasa ya, kita udah sebulan aja," ucap Naya, suaranya lembut tapi penuh dengan kebahagiaan yang sulit disembunyikan. Di wajahnya, tersirat kegembiraan yang tulus, seolah dunia tak lagi mampu mengganggu kebahagiaan yang dia rasakan saat ini.

Rafael menoleh, menatap gadis di sampingnya dengan senyum tipis. "Emang iya? Gua aja ga ngitungin," jawabnya dengan nada santai, seakan waktu bukanlah hal yang penting baginya. Baginya, kebersamaan mereka jauh lebih berarti daripada hitungan hari.

Naya mendesis pelan, sambil menggoda Rafael dengan tawa kecilnya. "Iiih, dasar! Tapi happy anniversary, semoga kita semakin baik ya ke depannya," ucapnya dengan harapan yang mengalir dalam setiap kata. Ada rasa haru yang menyelimuti, meski dia tau ini baru langkah pertama dari perjalanan panjang mereka.

Rafael hanya tertawa kecil, menggoyang-goyangkan kepalanya dengan geli. "Dasar anak alay, baru sebulan aja udah pakai anniversary segala," katanya, mencoba menyembunyikan senyum yang mulai muncul di sudut bibirnya.

Naya tertawa ringan, nada ceria yang tak bisa dipadamkan. "Biarin dong, namanya juga lagi seneng," jawabnya penuh semangat, seakan dunia memang diciptakan untuk mereka rayakan bersama.

Namun Rafael, dengan caranya yang khas, mencoba mengalihkan perhatian dari momen manis itu. "Udah ah, geli gua dengernya. Mending kita cari makan," ajaknya, berharap bisa meredakan kehangatan yang entah kenapa membuatnya sedikit canggung.

Naya hanya mengangguk antusias. "Gass boss," jawabnya, semangatnya tak pernah surut. Mereka pun beranjak, berjalan berdampingan menuju parkiran sepeda. Rasanya, dunia mereka sederhana, namun penuh dengan kebahagiaan kecil yang mereka ciptakan bersama.

Tapi, takdir seolah ingin memainkan perannya. Di tengah perjalanan, sebuah suara asing tapi akrab menghentikan langkah Naya.

"Naya?" Suara itu datang dari seorang pria yang seumuran dengan mereka, dengan topi baseball yang terpasang rapi di kepalanya. Nada suaranya penuh keyakinan, seperti seseorang yang tak pernah meragukan masa lalu mereka.

Naya berhenti, matanya membesar melihat sosok yang berdiri di hadapannya. "Kamu?" suaranya bergetar, seakan tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

Pria itu tersenyum lebar, senyum yang seakan telah menunggu lama untuk muncul kembali. "Kita ketemu disini, alhamdulillah," ucapnya, suaranya tenang namun penuh dengan rasa bahagia dan syukur yang mendalam. Pandangannya menelusuri setiap detail di wajah Naya, seolah mengingat kembali kenangan yang telah lama terpendam.

"Setelah sekian lama, akhirnya sayang," lanjutnya dengan mata berbinar, tatapan yang mengungkapkan lebih dari sekadar kata-kata. Ada rindu yang terpendam, ada cerita yang belum selesai.

Kata terakhir itu, "sayang," menggantung di udara seperti misteri yang tiba-tiba menyeruak ke tengah-tengah mereka. Rafael yang sedari tadi hanya berdiri di samping, tak bisa lagi menahan keterkejutannya. "Sayang?" tanyanya, suaranya penuh tanda tanya, menggema dalam benaknya seolah tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.

"Jadi, kalian udah saling kenal?" tanya Rafael, mencoba mengurai kebingungan yang mengusik pikirannya. Matanya menatap pria itu dengan sedikit penasaran, berharap menemukan jawaban yang menenangkan.

RAFA ELVAROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang