50

288 18 3
                                    

Jangan lupa tekan '🌟'..

.

~ISWY~

*Skip Keesokan Harinya...

Pagi dini hari, Fanny masih tertidur dengan pulas.
Dalam tidurnya, ia meregangkan tubuhnya sembari melenguh pelan. Lalu mengubah posisi tidurnya menyamping ke arah sebaliknya.

Ia rasakan kehangatan menyelimuti dirinya. Mengusap dada bidang Rasya dalam mimpinya. Terasa seperti nyata.

Fanny tersenyum saat Rasya mengusap lembut rambutnya di mimpinya.
Ia pun semakin merasa nyaman, dan memeluk Rasya. Seakan tidak ingin mimpinya berakhir.

"Fanny.. bangun sayang.."

Fanny membuka matanya, menatap Rasya di hadapannya. Karena belum sepenuhnya sadar, ia tersenyum menatap wajah tampan Rasya.

"Abang.. sangat tampan.." ucap Fanny dengan pelan.

Rasya tertawa pelan dan mengecup kening Fanny.

"Masih bermimpi kah?" Tanya Rasya.

Fanny mengerjapkan matanya sejenak sembari menatap Rasya.
Dan beberapa detik kemudian-

"AAAA!!!!!~" Teriak Fanny, membuat Rasya ikut terlonjak kaget.

"Kenapa ada apa Fanny?!" Panik Rasya sembari memeluk Fanny.

Fanny terdiam sejenak, lalu mendorong pelan Rasya. Ia menutupi tubuhnya dengan selimut, dan bergeser menjauhi Rasya.

"Sejak kapan Abang disini? Kenapa masuk kamar Fanny tiba-tiba?!" Tanya Fanny dengan suara yang meninggi karena terkejut.

"Sejak tadi malam. Aku kan suamimu, aku bebas mau masuk keluar kamar ini kapan saja" ucap Rasya.

Fanny mengerjap sejenak, lalu dahinya mengkerut dan tangannya meremat selimut dengan kuat. Menunjukkan bahwa dia 'marah'.

"Ya, Abang adalah suami Fanny. Tapi harusnya Abang juga tau batas! Abang sejak kemarin seenaknya memberi batas pada Fanny dan Kak Fendya untuk tidak bebas masuk keluar kamar di kamar pribadi Abang.
Tapi, Abang malah seenaknya dengan bilang seperti itu. Setidaknya sadar dirilah!" Bentak Fanny, sembari menarik selimut dan menutupi suluruh tubuhnya yang memakai piyama minim.

Lalu Fanny segera memasuki kamar mandi, tanpa kembali menatap Rasya, yang pastinya terkejut dengan sikap Fanny.

Ya, Rasya terdiam seribu bahasa. Dan ini adalah kali pertama Rasya melihat Fanny membentak marah. Ditambah lagi.. bentakkan itu untuknya.

.
.

*Skip, waktu sarapan...

Suasana sarapan pagi itu, cukup membuat Fendya bingung.

Biasanya ia melihat Rasya yang tidak peduli dengan istri-istrinya. Namun sekarang, Fanny lah yang seperti tidak peduli dan bahkan menjauhi Rasya.

Ditambah lagi, Fanny yang biasanya duduk disamping Rasya, kini berpindah di samping Fendya.

Fendya cukup bingung dengan mereka. Namun memilih untuk tidak menanyakannya.

Beberapa saat kemudian, Fendya teringat sesuatu.

"Oh ya Rasya. Nanti siang aku izin ke rumah sakit. Sudah waktunya periksa kandungan, Dafly yang akan menemaniku" ucap Fendya.

"Ok, tapi kenapa Kak Fendya tidak meminta Rasya yang menemaninya?" Tanya Rasya.

I Still Want You.. {R💜F}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang