Tak seperti hari biasanya, kali ini Shani entah mengapa sangat excited untuk segera kembali ke kostnya.
Mobil Mazda putih milik Shani baru saja terparkir rapi di halaman, membuat Eli dan Oniel yang sedang Mabar di teras bertanya-tanya.
"Tumben udah pulang kak." Ucap Eli saat melihat sang kating yang biasanya pulang larut malam atau malah tidak pulang dan memilih untuk tidur di ruangan Hima itu kini jam 7 malam sudah berada di kost.
Shani menaruh sebungkus roti goreng yang ia beli di meja depan mereka, membuat keduanya bersorak riang. "Mau ketemu cewe aku." Ucap Shani dan segera berlalu masuk.
"Jinan!!" Teriak Shani dengan nada riang nya, menghampiri Jinan yang sedang membuat makan malam di dapur.
Shani mengintip mendapati sayur SOP yang menjadi menu makan malam mereka membuatnya sedikit mengomel. "Ih! Kok sayur semua sih Ji! Mana pentol sama sosis nya!" Shani amat membenci sayur-sayuran ini.
Jinan memukul sendok nya ke lengan Shani. "Banyak request lu! Udah baik gue masakin ya!" Omelnya. "Sana mending lu panggil tuh anak-anak buat kesini."
Shani berdecih mendengar jawaban Jinan. "Cewe aku di kamar?" Tanya Shani membuat alis Jinan terangkat.
"Cewe bapak lu." Oceh Jinan.
"Dih! Udah kamu suruh minum obat belum cewe aku." Tanya Shani lagi.
"Udah ndoro! Sana lu ganggu aja! Cepet panggil yang lain!" Jinan menendang pantat Shani agar segera pergi.
"Gamau! Aku panggil Gita sisanya kamu." Ucap Shani sambil berlari menjauh dari Jinan.
"Shani!" Teriak Jinan dengan geram.
Shani membuka pelan kamar Gita, takut jika sang pemilik kamar sedang tertidur. Tetapi kini Shani mendapati Gita yang sedang duduk serius di meja belajar nya.
Shani menggelengkan kepala nya. "Di tinggal bentar udah belajar aja nih anak." Batinnya.
Beberapa kali Shani memanggil Gita tetapi tak ada respon sama sekali. Padahal jarak memanggil nya sangat dekat.
Gita terlalu fokus dengan kegiatan belajar nya.
Lantas sebuah bibir mendarat di pipi kiri Gita, membuat nya terlonjak berdiri.
Gita mendelik tajam, memegang pipinya. "Apa maksud anda?!" Tanyanya kesal.
Sang pelaku hanya tersenyum tanpa dosa dan terkekeh. "Kamu sih aku panggil ga denger, jadi bukan salah aku dong." Bersedekap dada memerhatikan Gita yang masih shock. "Kamu tuh bukannya istirahat malah belajar aja." Shani menghampiri Gita memegang dahi nya yang masih terasa hangat.
"Badan kamu tuh belum enakan kok ngga istirahat aja sih?!" Omel Shani.
Gita menepis tangan Shani. "Suka-suka saya, siapa anda mengatur?"
"Kamu tuh bisa ngga manggil pake aku-kamu? Aku jadi berasa lagi ngomong sama dosen tau ga!" Omel Shani meski sejujurnya bahasa baku Gita terdengar lucu di telinganya.
Gita menggeleng. "Papa saya mengajari saya untuk selalu berbicara dengan sopan dan baik."
Shani mengkerut kan dahinya. "Iya tapi kan bukan berarti sama temen harus pakai kalimat formal gitu." Bibirnya cemberut. "Sedih banget loh aku, kita jadi berasa ngga deket tau."
"Tapi nyatanya kita memang tidak dekat." Ujar Gita yang menohok hati Shani.
Shani mengikis jarak di antara mereka, menangkup pipi Gita. "Kita udah tidur bareng gitu masih belum kamu anggap dekat?"
Sepertinya memegang pipi gadis ini sudah menjadi hobi baru Shani. Sangat gemas menurutnya.
Kalimat ambigu apa ini.
Gita menatap aneh ke gadis di depannya ini. "Kita baru bertemu bahkan belum genap 2 hari, tidak usah lebay begitu."
Shani berpura-pura seperti menghapus air mata nya yang sebenarnya tidak ada. "Sedihnya, ternyata kedekatan ini hanya lah sepihak saja."
"Aneh." Gita segera berlalu duduk di meja belajarnya lagi.
Sedangkan Shani memilih duduk di pinggir kasur Gita. "Kamu nih hobi banget ya sama belajar?" Tanya Shani penasaran.
Shani sudah mendengar cerita tentang Gita yang maniak belajar ini.
Oniel sebagai informannya, ia sering terbangun di tengah malam untuk ke kamar mandi selalu dibuat kaget melihat cewe rambut panjang di tengah malam sedang terduduk sendirian di meja belajar, siapa yang tidak kaget. Apalagi karena ruangannya gelap dan hanya ada penerangan dari lampu belajar Gita selalu berhasil membuat Oniel shock.
"Belajar bukan kegemaran tapi memang sudah sebuah keharusan." Jawab Gita yang fokus dengan catatan yang diberikan Oniel hari ini karena dirinya tidak mengikuti kelas.
Shani tersenyum getir, "Bahkan kebiasaan kalian sangat sama." Gumam nya.
Jinan diam-diam selalu mengirim foto dan pesan tentang Gita kepadanya saat seminggu lalu tidak berada di kost, dan sejak itu Shani sangat ingin tau lebih banyak tentang Gita. Melihat Gita selalu berhasil membuat dirinya teringat sang mantan kekasih. Padahal benar kata Gita mereka belum genap 2 hari bertemu.
Lagi dan lagi Jinan mendapati dua orang ini sedang fokus satu sama lain, Jinan bersedekap dada di pintu yang terbuka. "Disuruh manggil malah asik berduaan, heran banget gue." Ucap Jinan menyadarkan Shani dari lamunannya.
"Kamu nih suka banget sih nongol tiba-tiba begitu, titisan jelangkung ya?" Ucap Shani.
"Lo jelangkung nya! Udah di tungguin yang lain malah asik pacaran." Ucap Jinan yang membuat Shani tersenyum.
Sedangkan Gita masih saja fokus tanpa terusik kehadiran dua orang ini.
"Iri aja kamu."
Sepertinya Jinan salah berbicara. "Serah lu dah, sana pacaran aja gausah makan lu!" Jinan melangkahkan kaki nya pergi.
Shani sih sebenernya bodo amat, toh dirinya tidak suka sayur. Tapi gadis di depannya ini harus makan dengan baik dan teratur biar cepet sembuh.
Maka dari itu dirinya segera memberhentikan kegiatan belajar Gita dan menarik nya keluar untuk makan.
Butuh banyak effort untuk membuat gadis gila belajar ini berhenti. Selalu saja ada perdebatan dahulu.
Pusing kepala Shani.
"Untung kamu gemesin jadi saya sabar banget." Ucap Shani yang sibuk menarik tangan Gita berlalu ke ruang makan.
"Aneh buat apa ngurusin saya, toh kita bukan siapa-siapa."
Hadeh.
~~~~
Apalah si Shani Shani enih haha
Dikit dulu yaaa hehe
See u dan nantikan selalu kegilaan seorang Shani Indira di lain waktu.
Love u guys 🫶🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidup itu Luka
FanfictionHidup susah mati pun tidak di ijinkan. "Ma, sebenarnya Gita hidup untuk apa?" ⚠️Content Warning ⚠️