BAB 1

3.2K 146 3
                                    

"Selamat pagi Gita"

Sapaan hangat dari seorang wanita itu lantas mengalihkan perhatian Gita dari buku bacaannya.

Gita tersenyum manis sebagai balasan untuk sang gadis.

Indah Cahya Nabila, itulah namanya.

Indah adalah teman pertama Gita saat masa ospek jurusan 3 Minggu yang lalu.

Sifat Indah yang sangat social butterfly dan ramah cukup bertolak belakang dengan Gita yang memiliki sifat individualisme dan jutek.

Namun entah mengapa Indah terus saja bersih kukuh dan gigih untuk terus menjadikan seorang Gita sebagai temannya kala itu.

Gita yang awalnya sedikit risih semakin hari mulai terbiasa akan kehadiran Indah, untung nya Indah bukanlah tipe orang yang begitu berisik pikir nya, jadi ia sudah mulai menerima kehadiran nya.

Sejujurnya Indah pun bukanlah orang yang aktif berbicara jadi ia merasa sangat cocok dan nyaman untuk berada di dekat Gita.

"Rajin banget jam segini udah ada di perpustakaan aja git?" tanya Indah penasaran karena matkul pertama mereka masih jam 10 nanti dan sekarang masih pukul 8 pagi hari tapi Gita sudah ada di kampus. Indah sendiri pun yang mendengar kabar temannya sudah di kampus entah mengapa langsung ikut menyusul. Jarak antara kampus dan kost nya cukup dekat, jadi Indah bisa dengan cepat langsung sampai.

Gita yang mendengar hanya menaikkan sebelah alisnya, menatap sedikit jengah ke temannya itu.

Indah yang melihat ekspresi sang teman pun tersadar dan menepuk jidat nya pelan. "Oiya maaf lupa lagi, kamu kan pulang pergi bandung" ada sedikit kekehan di akhir kalimat nya.

Gita hanya mengangguk, ia sudah bosan mendengar pertanyaan itu berulang kali dan terus saja harus menjawab lagi dan lagi.

Sifat Indah yang pelupa itu sering kali menguras emosi Gita.

Gita adalah anak rantau yang kini menempuh pendidikan di Ibukota Jakarta. Keterbatasan info dan sifat pemilih Gita membuat dirinya belum berhasil menemukan tempat tinggal yang cukup dekat untuk pergi ke kampus nya. Alhasil selama 3 minggu masa perkuliahan sudah di mulai, Gita hanya bisa mengandalkan antar jemput sang sopir untuk ke Bandung-Jakarta yang sangat menguras energi.

"Tapi udah berhasil dapet kost an kan?" Tanya Indah dan hanya anggukan kepala yang ia dapat.

"Kapan mau pindahannya?" Ada jeda sedikit. "Nanti aku bantuin boleh?" Sekali lagi Indah bertanya.

"Belum tau, nanti masih mau survey langsung kesana. Kalau cocok mungkin besok langsung pindahan" jawab Gita sembari tetap fokus dengan buku bacaannya.

Indah untuk pertama kalinya berhasil mendengar kan jawaban panjang lebar dari sang teman nya yang sangat irit bicara itu, ia jadi antusias dan mendekat kan kursinya ke Gita. "Ih aku ikut boleh?" Gita dengan reflek cepat menjauhkan diri "aku bawa motor nanti aku anterin, ya?"

Tak mau memperpanjang obrolan Gita pun segera menyetujui ajakan sang teman. "Iya, udah diem sana. Pusing saya dengerin nya".

Indah hanya terkekeh atas ucapan baku sang teman, lucu pikirnya. Akhirnya Indah pun turut ikut fokus membaca buku.

Keadaan kembali sunyi dan Indah diam-diam mencuri pandang ke arah Gita yang sangat fokus membaca.

"Cantik" batinnya. Sejujurnya alasan lain Indah nyaman di dekat Gita selain sifat pendiamnya adalah paras pembawaan Gita yang sangat berkharisma. Entah mengapa Indah tidak pernah bosan untuk memuji bagaimana aura Gita selalu bisa membuat nya terpukau dari awal pertemuan nya.

Hidup itu LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang