BAB 6

1.3K 141 14
                                    

Suasana pagi di hari weekend menjadi hal favorit semua manusia yang akan melakukan me time setelah padat nya hari-hari yang melelahkan, tetapi tidak untuk Gita hari ini.

Baru saja membuka mata dirinya sudah di bombardir dengan banyak panggilan masuk.

Papa 7 panggilan tak terjawab.

Hati nya berdegup kencang dan semakin kencang saat melihat pesan teks yang dikirim sang Papa.

Papa

Pulang!

Siapa yang berani ngajarin kamu jadi pemalas begini?

Ngapain aja sih kamu disana??

Papa tunggu malam ini paling lambat sudah harus berada di rumah.

Gita meremas kuat HP nya, merasakan sesak di dada nya. Bahkan untuk menghirup udara saja rasanya amat seperti mencekik nya.

Tangannya bergetar hebat, membuat HP di tangannya kini meluncur bebas ke lantai. Gita mencoba sekuat mungkin untuk memenangkan diri nya sendiri. Tapi semakin di coba, semakin pula dadanya terasa sesak.

Shani yang baru saja memasuki kamar Gita dibuat terkejut dengan pemandangan sang pujaan yang seperti kesulitan bernafas itu.

Shani menepuk pelan pipi Gita, mencari kesadaran gadis tersebut. "Gita, hey are u okay?" Tak ada respon, Gita masih terus terdiam dengan nafas yang tersenggal. "Gita!"

Entah dimana kesadaran Gita kini.

Shani meraih tubuh Gita yang bergetar, memeluknya dengan erat sembari mengelus punggungnya. Berharap dengan ini bisa membuat nya membaik seperti yang biasanya Shani lakukan.

"Nafas pelan-pelan sayang, it's okey! Ada aku disini." Shani masih senantiasa menepuk pelan punggungnya, memberi nya arahan dengan tenang dan lembut.

"Lihat aku, Gita! Tarik nafas terus buang perlahan, okay?" Pandangan Shani kini berganti ke wajah Gita dengan tangannya yang mengelus lembut pipi nya, menatap nya khawatir.

Sepertinya berhasil, Gita terlihat kembali bernafas dengan teratur meski belum ada respon yang membuat Shani tenang.

Sekali lagi Shani memanggil nya. "Gita?"

Gita yang sudah kembali dengan kesadaran nya terkejut melihat Shani yang berjongkok di hadapannya. "Maaf." Gita mengalihkan tangan Shani yang masih menempel di pipinya.

Shani tersenyum hangat. "Gapapa, kenapa hm? Everything okay?"

Gita mengangguk. "Hanya mimpi buruk dan terimakasih." Gita beranjak dari duduknya dan masuk ke kamar mandi.

Shani menatap telapak tangannya lalu menatap pintu kamar mandi yang tertutup. "Shani ga sekuat itu kak, kangen." Batinnya. Kini dada nya terasa sesak sesaat sekelebat berbagai kenangan berhamburan di otaknya.

Ia segera beranjak berdiri dan berlalu cepat masuk ke kamar nya, mengunci rapat pintu nya.

Jinan, Eli dan Oniel tentu dibuat terkejut dengan langkah cepat Shani. "Buset, kebelet boker kah Kak Shani?" Tanya Oniel yang sibuk memakan gorengan yang dirinya beli di pasar tadi.

Sedangkan Jinan hanya terdiam, dirinya mengetahui hal apa yang sepertinya terjadi dengan temannya itu.

____

Oniel yang baru saja memasuki kamarnya dibuat terkejut dengan Gita yang sudah berpakaian rapi dengan topi yang menutup rapat kepalanya. "Widih rapi bener Git, mau kemana nih? Belum juga malem udah mau kencan aja nih? Ntar namanya jadi pagming bukan malming nih." Cerocos Oniel membuat kepala Gita makin pusing sehabis membalas pesan Papa nya.

Hidup itu LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang