"Siapa yang ambil kardus sepatu gue! Kenapa sepatu gue udah berceceran kayak mau di obral begini!" Eli berteriak kencang memenuhi seisi ruangan kala melihat 3 pasang sepatunya yang berada di rak tidak tertata rapi di box nya.
Jinan datang dengan spatula di tangannya. "Lu sekali lagi teriak-teriak kayak di hutan begitu, gue goreng elu bareng ayam di dapur ya!" Protes nya mengingat keluhan tetangga sebelah yang pusing mendengar kan berbagai suara berisik dari kost nya berada.
Eli menunjuk rak sepatu yang sudah berantakan dengan 3 pasang sepatunya itu. "Minimal jelasin kenapa sepatu gue bisa berantakan gini kak!"
"Ya mana gue tau, lu kali yang naruh nya sembarangan."
Eli berkacak pinggang mendengar nya. "Enak aja gue selalu rapiin di box nya ya kak kalau habis pake, sekarang 3 box gue ilang liat!"
Jinan ber-oh ria. "Shani!" Teriaknya tak kalah menggelegar.
Hadeh, nelen ludah sendiri mereka ini.
Shani yang sedang menikmati tidur subuh nya di sofa ruang tamu muncul dengan muka bantal nya. "Apa sih! Berisik banget kalian itu!"
"Noh urusan lu sama si Eli, gue ga ikut-ikutan." Ucap Jinan terakhir dan segera kembali dengan acara memasak nya.
Sedangkan Eli sendiri bingung kenapa tiba-tiba jadi di tinggal berdua dengan Shani.
Saat nyawa Shani sudah terkumpul dirinya bisa melihat keberadaan Eli dan kondisi rak sepatu yang sudah berantakan, sedetik kemudian dirinya tersenyum canggung. "Waduh, lupa nih aku buat beresin."
Eli menaikkan alisnya sebelah. "Kak Shani yang nyolong box sepatu aku?!"
Shani tertawa pelan. "Bukan nyolong tau Eli! Aku cuman pinjem deh."
"Pinjem buat apaan!" Sungutnya kesal.
"Buat Gita." Sekali lagi Shani tersenyum hingga menunjukkan deretan giginya.
Di lain sisi,
Gita yang mendengar teriakan dari luar segera menatap 3 box yang tersusun rapi di samping meja belajarnya, didalamnya berisi berbagai buku nya yang tersimpan rapi.
Jadi ini ulah Shani toh yang sudah membersihkan tumpukan buku nya, dari yang awalnya meja nya penuh dengan banyak buku sekarang terlihat jauh lebih lega.
Gita hanya bisa menggelengkan kepala nya, heran dengan kelakuan Shani yang menurut nya sedikit di luar kehendak nya.
Semakin dilihat tumpukan box itu semakin membuat senyumannya mengembang. "Dasar orang aneh." Gumamnya.
____
"Kak Gita!" Dari ujung pintu terdengar suara teriakan melengking yang sangat khas.
Shani yang sedang asik berduaan dengan Gita yang sedang fokus membaca bukunya di ruang tamu, langsung merubah mimik muka nya yang tadinya senang menjadi menekuk dalam.
"Haduh kenapa cepet banget sih itu bokem pulang!" Gerutunya sebal.
Kathrina masih dengan seragam sekolah nya yang sudah tidak beraturan, berlari menuju dua sejoli yang asik berduaan itu, segera mengambil posisi di tengah sehingga memisahkan mereka.
Shani mencebik kesal. "Kamu bau Kath! Gita gasuka orang bau masam kayak kamu ini, sana mandi!"
Kathrina menjulurkan lidah nya. "Biarin, yang penting Atin masih cakep!"
Shani menarik lengan Kathrina, mencoba memisahkan nya dari Gita. "Minggir! Kamu ini ganggu aja bisa nya!"
"Dih! Kak Shani yang ganggu tau!" Ucapnya sambil masih mempertahankan posisi nya yang memeluk lengan Gita, "Sana sama cewek kak Shani aja! Kak Gita itu punya aku!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidup itu Luka
Fiksi PenggemarHidup susah mati pun tidak di ijinkan. "Ma, sebenarnya Gita hidup untuk apa?" ⚠️Content Warning ⚠️