Entah sudah berapa kali Shani menelan ludah nya karena perasaan gugup nya, tangannya bahkan sudah berkeringat sekarang.
Dirinya terduduk di balkon atas bersama kakak dari sang gadis manisnya, entah apa yang ingin dibicarakan gadis disamping nya ini.
Yang pasti hawa nya sangat menakutkan, bahkan ujian OSCE nya tidak terasa se-menakutkan seperti saat ini.
Karena Gracia belum kunjung mengeluarkan suaranya, Shani pun berbicara terlebih dahulu. "Kenapa ya kak?" Tanyanya dengan gugup sembari mengusap belakang lehernya.
Gracia menatap tajam ke Shani. "Aku udah denger soal kalian berdua yang lagi banyak di omongin di akun Menfess Twitter kampus kalian." Tarikan nafasnya terdengar kasar dan panjang.
"Aku cuman masih belum percaya kalau ternyata kamu begitu-" ucapan Gracia sedikit terdengar tidak jelas di akhir kalimat nya membuat Shani bingung.
"Begitu gimana kak?" Tanya Shani.
"Kamu suka cewe, bahkan udah beberapa kali pacaran sama cewe?!"
"Emangnya ada yang salah dengan hal itu kak?" Shani menelan ludah nya sekali lagi dengan gugup, rasanya seperti sedang di sidang.
Gracia menatap heran ke gadis disampingnya ini. "Ada yang salah? Bukankah itu jelas salah Shani."
Shani tersenyum kecut. "Tapi love is love kak."
Gracia mengangguk. "Sebenarnya aku ga terlalu mempersalahkan seksual seperti itu, tapi ini bersangkutan dengan adik ku Shan." Gracia meremat jari-jari nya dengan erat, "Aku gamau berita kalian sampai terdengar ke lebih banyak orang, ada reputasi yang harus kita jaga Shan, dan aku gamau hal itu sampai kedengar di kehidupan rumah kita yang bisa aja berimbas ke Gita."
Shani masih setia mendengar kan Gracia.
"Aku ga masalah kalau kamu berteman dengan dia, tapi kamu ga menaruh hal lebih ke adikku kan Shan?"
Shani sendiri pun tidak tau apa yang sedang dirasakan nya saat ini, dirinya amat senang dan nyaman berada di dekat gadis jutek itu, memang sejauh ini beberapa kali dirinya suka memainkan perasaan banyak cewek tetapi entah mengapa kali ini bersama Gita terasa beda. Terasa seperti perasaan suka yang dirinya rasakan kepada sang mantan kekasihnya saat jaman SMA dulu.
"Shani juga gatau kak."
Jawaban Shani makin membuat hati Gracia tidak tenang. "Boleh aku minta tolong jangan terlalu berlebihan lagi sampai muncul berita yang nggak-nggak itu Shan?" Gracia menggenggam tangan Shani penuh harap.
Shani menatap genggaman tangan Gracia dan mengangguk. "Tenang aja kak, Shani cuman gamau Gita ngerasa sendiri disini, jadi aku selalu nyoba berbagai hal yang bisa bikin dia jadi makin deket sama kita, kalau ngga gitu Gita selalu lebih banyak ngurung diri dikamar buat belajar. Tapi maaf ya kalau cara Shani terlalu berlebihan." Entah mengapa hati Shani terasa sesak setiap mengucap kan kalimat yang keluar dari mulutnya, ada perasaan yang menyangkal.
Gracia mengangguk. "Aku tau kok, makasih ya udah selalu nyoba deket sama Gita. Meski baru beberapa Minggu disini tapi aku perhatiin dia lebih banyak ngomong dan ekspresif."
Shani menepuk dadanya dengan bangga. "Iya dong! Hasil kerja keras Shani itu kak."
Gracia merenggut aneh. "Sok iye kamu! Intinya makasih ya tapi tolong banget yang aku omongin tadi ya Shan!"
Shani mengangguk. "Iya kak tenang aja!" Meski sebenarnya ada perasaan yang mengganjal hatinya.
Shani melangkah kan kakinya dengan lesu, menghampiri Jinan yang berada di dapur asik membuat minuman. "Napa lu? Di gebukin kak Gre kah?!" Tanya Jinan penuh heran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidup itu Luka
FanficHidup susah mati pun tidak di ijinkan. "Ma, sebenarnya Gita hidup untuk apa?" ⚠️Content Warning ⚠️