BAB 19

396 61 6
                                    

Tak terasa Gita sudah berada di kost ini selama 4 bulan, awal dulu dirinya merasa sesak dan muak dengan berbagai keramaian yang terjadi di kost ini. Tetapi semakin lama justru dirinya semakin nyaman dan senang dengan berbagai hal kocak yang terjadi di kost nya.

Dirinya pun sudah bisa membaur dengan semua nya, ikut bergabung jika sedang bersantai meski terkadang itu karena paksaan dari seorang Shani.

Omong-omong soal Shani.

Entah sejak kapan jika mendengar nama Shani dan melihat wajah nya ada perasaan aneh yang menyerang diri Gita, seperti rasa bahagia dan nyaman yang menjadi satu.

Hari nya terasa kosong jika belum melihat hal aneh yang dilakukan Shani kepada dirinya, Gita benar-benar tidak tau apa yang sedang dirinya rasakan.

Sangat membingungkan.

Dor!

Suara balon meletus yang tepat berasal di samping nya berhasil membuyarkan lamunan Gita.

Menoleh dan mendapati Shani yang tersenyum lebar dengan bekas balon pecah yang menjuntai di mulutnya. "Maaf ya Gita, aku udah capek niup nanti aku beliin aja!" Ucap Shani dengan lesu dan menaruh bekas balon nya di sebuah kantong Plastik yang terisi 5 bekas balon yang juga meletus di tangannya.

Gita sedikit menghela nafasnya, padahal dirinya tadi hanya terlalu larut melihat sekumpulan mahasiswa yang sedang asik meniup balon untuk keberlangsungan acara dan entah dari mana asalnya Shani tiba-tiba juga ikut membawa balon tetapi belum tertiup.

Cantik doang tapi nyatanya tidak jago meniup balon.

"Aku ngga minta balon, emangnya aku anak kecil?!"

Shani menangkup pipi Gita dengan penuh kegemasan. "Loh kamu kan emang masih kecil! Kamu tuh badan doang yang gede Gita, tapi nyatanya gemesin banget!"

Gita menarik cepat wajah nya dan berpaling ke segala arah enggan menatap mata Shani, dirinya tiba-tiba merasa gugup.

"Kenapa Gita?!" Shani mencoba melihat wajah Gita yang terus menghindari dirinya.

Karena tak kunjung mendapatkan jawaban, Shani langsung mendekatkan tubuhnya dan menaruh dagunya di bahu Gita. "Gita kenapa?"

Suasana taman kampus yang sepi membuat suara lembut Shani ikut mengalun indah dengan suara hembusan angin yang menerpa Gita.

Cara penuturan lembut Shani selalu membuat Gita gugup, tetapi candu di satu waktu.

Oh tuhan kenapa sebenarnya ini.

"Woy! Berduaan aja nih, nanti yang satunya setan loh!" Tiba-tiba Jinan datang dengan pesanan makanan dan minuman mereka.

"Kamu setannya Jinan!" Balas Shani dengan malas, waktu berduaan nya sudah habis.

Tetapi berbanding terbalik dengan Gita yang tiba-tiba menjadi sangat lega akan kehadiran Jinan.

"Congor lu enak banget, cewe secantik gue kok di samain sama setan!" Omel Jinan sambil mendudukkan diri di samping Gita.

Jinan tiba-tiba menatap Gita dengan serius, membuat Gita sendiri bertanya-tanya. "Kenapa Git? Muka lu merah banget, kepanasan kah?!"

Gita terkejut dengan ucapan dari Jinan, membuat nya sedikit gelagapan dan bingung. "Merah dari mana kak?!"

Shani pun turut penasaran dan menatap muka Gita dengan intens, membuat semburat merah di pipinya semakin merah. "Kamu kenapa Gita! Kepanasan?" Tanya Shani sambil merasakan sinar matahari yang mengenai kaki Gita, cuaca hari ini memang cukup panas dari biasanya.

"Kepanasan si Gita gara-gara ketempelan makhluk astral kayak elu!" Cerocos Jinan.

"Dih cewek cantik kayak aku kok kamu bilang cewek astral!"

Hidup itu LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang