BAB 20

1K 117 16
                                        

Gita benar-benar sudah dibuat gila oleh Shani Indira Natio.

Entah sudah berapa kali jantung nya berdetak tidak karuan, ucapannya yang tergagap berulang kali, bahkan wajahnya terus saja memanas akan semua sikap Shani yang begitu baik dan sangat membuat hari-hari nya terasa menyenangkan.

Tiada hari tanpa kata-kata manis dan penuh apresiasi yang di lontarkan Shani kepada Gita, membuatnya selalu semangat untuk menjalani hari esok.

Gita bahkan sampai mencari ke situs internet atas apa yang sedang terjadi dengan nya.

Dan semua hasilnya sama saja dengan apa yang di ucapkan oleh Indah saat itu.

Gita menggeleng kan kepalanya kuat, mencari kewarasan nya yang sudah hilang entah kemana.

Bisa-bisa nya dia jatuh cinta kepada seorang perempuan, ini salah.

Tetapi mau sebanyak apapun hatinya menyangkal jika ini semua hanyalah bentuk kekaguman, disitulah otaknya semakin di penuhi oleh bayang-bayang Shani.

"Kak Gita!" Kathrina berteriak dan memeluk tubuh Gita yang asik melamun dengan semangkok bakso nya yang sampai terabaikan.

"Mikirin apa sih kak? Kok bengong mulu dari tadi, ada masalah kah?" Tanyanya, menatap wajah Gita yang terlihat murung.

Gita menggeleng kan kepalanya, menatap semangkok bakso nya yang sudah tidak terlihat menggiurkan karena otaknya yang sangat pusing.

"Kenapa? Cerita aja sama Atin kalau ada apa-apa."

Gita menatap Kathrina. "Kath, pegang pipi aku plis."

Kathrina yang mendengar kalimat itu seketika teriak dengan sangat histeris, membuat Gita sedikit melotot kan matanya, "Beneran nih?!" Tangannya sudah terangkat dengan ragu-ragu.

Gita mengangguk kan kepalanya. "Iya cepet!"

Dengan senang gembira Kathrina menangkup pipi Gita dengan kedua tangannya dan menekannya sedikit gemas. "Kak Gita cantik banget! Atin suka banget sama kak Gita!"

Gita terdiam, mencari reaksi jantung nya yang sama jika saat Shani yang melakukan nya.

Tetapi tidak ada, semua nya tetap berjalan dengan normal. Tidak ada rasa gugup yang membuat nya gelagapan, tidak ada debaran yang cepat dari jantung nya.

Bahkan ucapan blak-blakan dari seorang Kathrina tidak membuat wajah nya memanas.

"Kak! Ih kok bengong lagi sih!" Kathrina melepaskan tangannya dari pipi Gita dan melipat nya dengan kesal karena di acuhkan.

"Maaf, makasih ya Atin. Sorry permintaan aku aneh-aneh tadi." Ucap Gita sambil beranjak dari duduknya.

Kathrina menggeleng kan kepalanya dengan cepat. "Ga aneh! Kalau bisa setiap hari juga Atin lakuin kak!" Baginya kebahagiaan itu sangat sederhana, hanya dekat dengan Gita sudah terasa cukup untuk Kathrina.

Gita tersenyum singkat, kalimat Kathrina terasa biasa saja.

"Loh mau kemana kak!" Kathrina berteriak saat melihat Gita pergi meninggalkan meja makan.

"Ke kamar Kath, udah jangan berisik aku pusing!" Gita pergi meninggalkan Kathrina yang sudah pasti sedang tantrum dalam diam.

Gita terbengong menatap langit-langit kamarnya, otaknya sedang penuh dengan berbagai ketidakmungkinan yang terjadi.

Apakah jatuh cinta memang terasa serumit ini, jika bisa Gita tidak ingin merasakan nya.

Apalagi dengan seorang cewe, ini jelas-jelas tidak masuk akal.

Hidup itu LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang