Gita terduduk di pinggir kasurnya sembari mengucek matanya beberapa kali, mencoba menghilangkan rasa kantuk yang masih menyerang nya.
Melirik jam yang sudah menunjukkan pukul 5 pagi. Segera Gita bangkit dari kasurnya, takut dirinya kembali membaringkan badannya dan tertidur hingga melewatkan matkul pagi nya hari ini.
Gita berjalan gontai menuju dapur, tenggorokan nya terasa amat kering sekarang.
Suasana kost masih sangat sunyi sepertinya belum ada yang bangun dari tidur nyenyak nya. Gita menikmati kesunyian ini sembari duduk santai di meja makan, memegang segelas air yang masih tersisa.
"Pagi Gita." Tiba-tiba Jinan muncul dengan rambut acak-acakan nya dan suara serak khas bangun tidurnya.
"Pagi."
Gita memandangi punggung Jinan yang asik berkutat dengan kegiatan memasak nya, tiba-tiba pandangan nya tertuju ke arah tong sampah di samping kulkas dapur.
Gita beranjak berdiri dan melihat lebih dekat tong sampah itu, ada 3 bungkus es krim yang terbuang.
Segera Gita membuka freezer dan tidak mendapati sisa es krim miliknya, semua menghilang.
"Kak." Panggil Gita.
Jinan menoleh dengan matanya yang sedikit berkedip karena rasa ngantuknya. "Iya?"
Gita menunjuk ke arah tong sampah. "Siapa yang makan es krim ku di kulkas?!"
Jinan menaikkan sebelah alisnya bingung. "Bukan lu yang makan?" Tanya Jinan yang langsung mendapatkan gelengan kepala dari Gita, "yang pasti juga bukan gue ya Git."
"Habis semua es krim lu?"
Gita mengangguk layaknya anak kecil, dirinya benar-benar sedih bercampur kesal. Karena stock es krim favoritnya di curi begitu saja, masalahnya sangat susah mendapat kan varian favoritnya itu belakangan ini.
Jinan mengusap dagu nya, mencoba mengingat apakah ada yang mencurigakan.
Tiba-tiba Eli datang dengan loyo nya dan terduduk lemas dimeja makan, kepalanya terjatuh begitu saja di meja, nyawanya belum begitu terkumpul masih entah berada dimana.
"Li." Panggil Jinan.
Eli hanya menjawab dengan deheman singkat.
"Lu ambil es krim Gita?" Tanya Jinan.
Eli pun menggelengkan kepalanya yang masih menempel di meja makan.
Tiba-tiba Jinan teringat sesuatu. "Li! Si bokem udah balik?!" Tanya Jinan, dan Eli pun mengangkat jempol nya.
Jinan menepuk dahinya, sedangkan Gita hanya menyimak dan bertanya-tanya siapa si 'bokem' itu.
"Good morning kak Jinan!" Terdengar suara teriakan yang begitu melengking entah dari mana.
Sedetik kemudian muncul lah seorang gadis dengan rambut coklat nya yang begitu mencolok, mencoba memeluk Jinan meski terus-terusan di tepis.
"Buset! Kiamat dunia telah tiba!" Ucap Jinan dengan dramatis.
Gadis itu tiba-tiba saja cemberut. "Kak Jinan kok gitu sih! Kita udah ga ketemu sebulan loh, ga kangen aku apa?!" Sedih gadis tersebut.
"Jauh-jauh Lo! Gue belum suntik rabies bulan ini!" Cegah Jinan mencoba mendorong tubuh gadis di depannya ini.
"Ih! Kak Jinan kok gitu sih!" Gadis itu terus merengek tidak jelas.
Membuat Eli terbangun dan mengacak rambut nya kasar. "Buset rame bener! Anjing tetangga sebelah aja sampek insecure dengernya!" Kesalnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hidup itu Luka
FanfictionHidup susah mati pun tidak di ijinkan. "Ma, sebenarnya Gita hidup untuk apa?" ⚠️Content Warning ⚠️