Rose dan Madelca saling pandang. Mereka berpikiran mungkin kekasih Megan-lah yang meninggalkan salep itu di sana sebelum pergi. Tapi, ke mana pria itu menghilang setelah menyiksa Megan? Kenapa dia tidak ada di saat kekasihnya membutuhkannya?
“Sepertinya dia cukup baik untuk Megan,” celetuk Madelca yang dijawab anggukan setuju oleh Rose. “Jika dia pria bejat, pastilah dia sudah meninggalkan Megan begitu saja tanpa menyiapkan apapun untuk mengobati Megan. Tapi, entah di mana dia sekarang. Kurasa pria itu sedang keluar ke suatu tempat?”
“Mari lupakan tentang pria itu untuk saat ini.”
Rose menggenggam salep tersebut di telapak tangannya dengan erat. “Kita berikan saja ini dulu kepada Megan. Aku tidak mau dia semakin kesakitan lebih lama. Ayo.”
“Oke,” jawab Madelca kemudian berbalik bersama Rose ke arah tangga. Kedua gadis itu pun kembali menaiki tangga menuju kamar Megan di lantai dua.
Saat itu Megan sedang berbincang dengan Anne. Anne memberitahu Megan bahwa Rose telah membocorkan rahasianya kepada kedua sahabatnya yang lain. Ia dan Madelca ikut ke sini karena ingin membuktikan ucapan Rose secara langsung.
Megan hanya bisa menghela napas panjang. Sudah ia duga ... Rose ... dasar tidak bisa menjaga rahasia!
Krieett
Pintu kamar terbuka tak lama setelah Rose dan Madelca pergi. Anne dan Megan mendongak dan mengarahkan pandangan kepada gadis-gadis itu. Anne menatap mereka bingung. “Kenapa kalian sudah kembali? Apakah kalian ketinggalan sesuatu?” tanya Anne.
Rose melempar-lempar botol salep di tangannya kemudian berjalan mendekati ranjang bersama Madelca. “Tidak, sepertinya kekasih Megan sudah membelikannya obat sebelum dia pergi. Kami menemukan ini di meja ruang tamu.”
“Oh, baguslah. Kita bisa langsung mengobatimu,” Anne mengangguk mengerti. Ia mengambil botol salep tersebut dari Rose dan membaca tulisannya. “Oh, wow, salep untuk Miss V? Kekasihmu perhatian sekali. Dia tahu apa yang harus dibeli setelah menggempurmu semalaman.”
“Kurasa begitu. Aku tidak tahu lagi, aku tidak ingin memikirkannya untuk sekarang oke? Tubuhku sakit, jangan bicarakan dia untuk saat ini.” sahut Megan dengan bibir mengerucut. Yakin betul bahwa si hantu brengsek itulah yang meletakkan obat itu di sana. Ia menegakkan punggungnya dari headboard kemudian meringis ngilu.
“Ugh, kalian bertiga. Tolong bantu aku ke kamar mandi. Aku harus membersihkan diri dan mengobati milikku. Ini sangat perih dan rasanya tidak nyaman,” pinta Megan dengan raut memelas.
Ketiga sahabatnya langsung bergerak cepat. Anne memasukkan salep itu ke saku jaketnya dan ia meraih lengan kanan Megan. Rose meraih lengan kiri gadis itu, sementara Madelca membantu di belakang. Ketiganya memopong Megan ke kamar mandi. Setiap langkah yang Megan ambil terasa begitu menyakitkan, seolah tubuhnya dicabik-cabik oleh hewan liar.
Namun, saat mereka sampai di kamar mandi, Megan sadar bahwa ia merasakan sesuatu mengalir di antara pahanya. Dia didudukkan di sisi bathup dan tangannya mencengkram pinggiran dengan kuat. Kakinya gemetaran saat ketiga temannya melepaskan pegangan mereka.
Anne menatapnya dengan prihatin lalu mengulurkan salep di sakunya kepada Megan. “Apakah kamu ingin membersihkan tubuhmu sendiri atau memerlukan bantuan kami? Megan, kamu terlihat seperti akan pingsan sekarang.”
Megan menggeleng pelan. Ia telah membuat ketiga temannya repot dan mengkhawatirkannya. “No, aku bisa melakukannya sendiri. Jangan khawatirkan aku. Aku juga sedikit malu jika kalian membantuku seolah aku tidak bisa melakukan apa-apa.”
Akhirnya, ketiga teman megan keluar dari kamar mandi. Rose menutup pintu di belakang mereka dan menghembuskan napas berat. Mereka masih ngeri dengan keadaan Megan. Wanita itu seperti baru saja mengalami kekerasan rumah tangga, tetapi itu bukanlah lebam yang disebabkan oleh pukulan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hantu Tampan Penghuni Rumah Kosong 21+++
Random⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️ Megan tidak menyadari bahwa rumah yang ia beli adalah rumah bekas pembunuhan beberapa tahun silam. Beberapa hari tinggal di rumah itu Megan tidak merasakan apa-apa dan juga tidak terjadi apa-apa. Hingga suatu pagi dia terbangun dal...