...
Pagi hari, setelah pertengkaran semalam dengan Meshal, suasana di rumah terasa sangat tegang. Clemira, dengan perasaan campur aduk, mencoba menenangkan dirinya dengan menyiapkan sarapan untuk Meshal. Dia mengatur meja makan dengan rapi, meskipun hatinya masih terasa berat. Ketegangan di udara begitu kental, namun Clemira tetap berusaha menjalankan tugasnya sebagai istri.
Meshal masuk ke ruang makan dengan wajah tanpa ekspresi. Ia duduk tanpa berkata apa-apa, hanya menatap sarapan yang sudah disiapkan oleh Clemira. Clemira, yang merasa canggung, mencoba untuk membuka percakapan.
"Meshal... Sarapannya sudah siap." ujar Clemira dengan suara yang sedikit gemetar.
Meshal hanya mengangguk kecil, tidak mengatakan apapun. Ketegangan antara mereka begitu terasa, membuat udara di sekitar mereka seakan menekan. Meshal mulai makan dalam diam, sementara Clemira duduk di seberang meja, mengamati dengan gelisah.
Namun, ketegangan itu sedikit terpecahkan ketika tiba-tiba terdengar bel pintu rumah mereka berbunyi. Clemira segera menuju pintu dan membukanya, mendapati ibunya, Ameerah, dan Kakak sepupunya, Shazeera Myesha Zara, yang berumur 29 tahun, berdiri di sana. Shazeera tampak menggendong seorang bayi laki-laki, Nizam, anak keduanya yang baru berumur 10 bulan.
"Kak Zeera!" seru Clemira dengan nada yang lebih ceria, meskipun ia masih merasakan beban dari pertengkaran tadi malam. Ia menyambut mereka masuk dengan senyuman yang dipaksakan.
"Nizam, sayang, ini tante Clemira!" kata Shazeera sambil menggendong Nizam mendekati Clemira.
Clemira tersenyum dan berbicara dengan lembut kepada Nizam, “Hai, Nizam. Tante kangen banget sama kamu. Kamu makin besar aja, ya.”
Shazeera tertawa kecil, “Iya, Clemira. Nizam ini cepat banget tumbuhnya, nggak kerasa baru kemarin lahir, sekarang udah segede ini. Kamu harus sering-sering ke rumah, Nizam ini butuh main sama tante yang sayang dia.”
Clemira mengangguk sambil mengelus kepala Nizam, “Pasti, Kak Zeera. Nizam ini lucu banget, ya. Tante senang lihat kamu sehat dan ceria.”
Di meja makan, Meshal tetap duduk dengan sikap dinginnya, hanya menjawab seperlunya ketika Ameerah dan Shazeera berbicara kepadanya. Meskipun begitu, suasana menjadi sedikit lebih ringan dengan kehadiran keluarga Clemira. Meshal mungkin tetap menunjukkan sikap cuek, tapi setidaknya dia menghargai keberadaan ibu mertuanya dengan tetap berada di meja makan.
Ameerah berbicara dengan tenang, mencoba mencairkan suasana. “Meshal, bagaimana pekerjaanmu belakangan ini? Semoga semua lancar.”
Meshal mengangguk singkat, “Lancar, Alhamdulillah.”
Shazeera, yang melihat ketegangan antara Clemira dan Meshal, berusaha mengubah topik dengan nada bercanda, “Clemira, kapan nih mau kasih sepupu buat Nizam? Dia pasti senang punya teman main nanti.”
Clemira tersenyum tipis, menahan rasa yang bercampur aduk dalam dirinya, “Insya Allah, Kak Zeera. Doakan saja yang terbaik.”
Meshal yang mendengar percakapan itu hanya memberikan anggukan singkat dan tetap fokus pada sarapannya. Meskipun suasana masih tegang, kehadiran Ameerah dan Shazeera membawa sedikit kelegaan bagi Clemira, setidaknya untuk saat itu.
...
Setelah sarapan selesai, suasana di meja makan sedikit mencair, meskipun ketegangan masih terasa di bawah permukaan. Ameerah, yang bijaksana dan peka, dapat merasakan bahwa ada sesuatu yang tidak beres antara Clemira dan Meshal, namun ia memilih untuk tidak langsung menyinggungnya. Ia berharap, kehadirannya bersama Shazeera dan Nizam bisa sedikit meringankan beban di hati Clemira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia di Balik Istana Pasir (END)
Teen Fiction"Kau tahu, Clemira," Meshal mulai berbicara, suaranya penuh ketenangan yang menakutkan. "Aku bukan hanya suamimu. Aku juga akan menjadi orang yang mengambil alih apa yang kau miliki. Keluargamu... perusahaanmu... semua itu akan menjadi milikku." Cle...